Jayapura (ANTARA) - Kementerian Pertanian melalui Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Biak mencatat pada tahun 2020  Kabupaten Biak Numfor telah mengekspor bubuk akar kayu kuning ke Cina dan jahe yang menjadi komoditas unggulan. 

"Ini adalah ekspor perdana dari Biak, setelah sebelumnya di bulan Maret pengiriman sampel dikirimkan ke Cina. Kami berharap ekspor bubuk akar kayu kuning ini bisa rutin dilakukan,” kata Kepala Karantina Pertanian Kelas I Biak, A Azhar ketika dihubungi dari Jayapura, Senin.

Menurut dia, pada April 2020  Karantina Pertanian Biak telah memeriksa 12,5 ton dengan nilai ekonomi Rp366 juta bubuk akar kayu kuning sebelum menerbitkan Phytosanitary Certificate sebagai persyaratan ekspor. 

Azhar berharap ekspor akar kayu kuning dapat menjadi komoditas unggulan ekspor asal Biak, menyusul ekspor kayu lapis atau plywood yang sudah rutin dilakukan.

“Kami akan lakukan pendampingan teknis pemenuhan standar persyaratan ekspor sesuai dengan kesepakatan internasional, agar dapat menambah negara tujuan ekspor,” katanya.

Senada dengan siaran pers Kepala BPS, Suhariyono, yang menyatakan bahwa ekspor pertanian dan hasil pertanian tumbuh cukup besar dari Juni ke Juli yang tumbuh positif sebesar 11, 17 persen dan satu diantaranya adalah pertumbuhan tanaman obat dan rempah-rempah. 

Kepala Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Biak juga gencar melakukan sinergistas dengan berbagai pihak, termasuk Pemerintah kabupaten Biak Numfor untuk mengembangkan jahe dalam satu kawasan agar dapat optimal dalam mendorong produktivitasnya.

Selama ini, Azhar menerangkan bahwa jahe asal Biak hanya dilalulintaskan domistik ke Surabaya, Jayapura, Sorong an Makassar saja.

Ia mengakui,  jahe asal Biak dapat dijadikan potensi ekspor yang harus  diperjuangkan. 

“Tahun 2019 kami mencatat hanya 1 ton jahe yang keluar dari Biak, namun di semester I tahun 2020 kami sudah memeriksa 17 ton lebih jahe yang akan keluar pulau Biak. Saya yakin ini dapat menjadi potensi ekspor selanjutnya."ucapnya dengan semangat.

Secara rutin, Azhar menerangkan bahwa kayu lapis asal Biak telah diekspor langsung ke Amerika, Korea, Taiwan dan Arab Saudi. Kami sedang melakukan koordinasi dan sinergisitas dengan instansi terkait baik itu Pemerintah Daerah Kabupaten Biak Numfor, PT. Pelindo, PT Angkasa Pura serta para eksportir kayu lapis Biak agar sekiranya juga dapat membawa jahe Biak yang produksinya sedang meningkat ini ke negara ekspor yang sama dengan pasar kayu lapis.

“Jika kayu lapis asal Biak bisa di ekspor langsung dari Biak ke AS, Korea Selatan, Taiwan dan Arab Saudi, harusnya jahe asal Biak ini juga bisa diangkut, kita koordinasikan termasuk memastikan protokol ekspornya,” jelas Azhar.

Seperti halnya akar kayu kuning yang kaya khasiat sebagai pengobatan herbal, jahe juga merupakan komoditas hortikultura yang kaya akan khasiat kesehatan. 

“Budidaya jahe yang meningkat tentu akan mendatangkan kesejahteraan yang lebih baik bagi petani jika pasar ekspor jahe dapat diupayakan dengan cepat,” tutup Azhar.

Selama ini yang menjadi primadona ekspor asal Biak hanyalah kayu lapis. Pada semester I tahun 2020 ekspor kayu lapis mengalami peningkatan 10.9 persen dibandingkan periode yang sama di tahun 2019. 

“Kedepannya dari sektor hortikultura juga diharapkan dapat menyumbangkan devisa dan PAD bagi Pemkab Biak Numfor dan meningkatkan kesejahteraan petani jahe pada khususnya,” kata Azhar.

Dorong gratieks 

Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan), Ali Jamil, terus mendorong unit kerja di lingkup kerjanya untuk  terus mengejar target program peningkatan tiga kali lipat ekspor komoditas pertanian (Gratieks).

Program yang digagas oleh Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo terbukti telah mampu mencatat angka pertumbuhan yang signifikan.

“Tidak ada yang mustahil asalkan kita serius dalam bekerja, InsyaAllah pasti akan selalu ada jalan untuk meningkatkan kesejahteraan petani Indonesia,” kata Jamil.

Pewarta : Alfian Rumagit
Editor : Muhsidin
Copyright © ANTARA 2024