Jakarta (ANTARA) - Ketua Satgas Penanganan Covid-19 yang juga Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Doni Monardo, mengatakan, mereka sudah menerima perkiraan harga uji usap alias swab test.
"Kemudian soal tes swab, kami sampaikan bahwa BPKP (Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan) telah memberikan estimasi harga untuk yang sifatnya kontraktual sebesar Rp439.000 per spesimen sedangkan untuk yang sifatnya mandiri, usulan dari BPKP adalah Rp797.000," kata dia, di Kantor BNPB, di Jakarta, Senin.
Hingga Senin (28/9) jumlah terkonfirmasi Covid-19 di Indonesia mencapai 278.722 orang dengan penambahan sebanyak 3.509 kasus baru. Terdapat 206.870 orang dinyatakan sembuh dan 10.473 orang meninggal dunia. Sedangkan jumlah pasien suspek mencapai 131.361 orang.
Menurut Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional yang juga Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, harga itu juga masih dipertimbangkan.
Monardo menyampaikan hal itu seusai menghadiri rapat terbatas dengan topik "Laporan Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi" melalui konferensi video yang dipimpin Presiden Joko Widodo.
"Namun angka ini masih akan dilakukan evaluasi lagi oleh tim dari Kementerian Kesehatan sehingga angka itu nanti tidak memberatkan masyarakat tetapi juga tidak merugikan para pengusaha yang bergerak di bidang jasa pemeriksaan laboratorium," kata Monardo.
Kemudian terkait uji PCR, kata dia, pemerintah sedang mengkaji laporan BPKP. "Memang laporan BPKP harganya ada yang direkomendasikan, yakni satu yang untuk individual dan kedua yang berkelompok. Ini juga akan kami matangkan," katanya.
Sedangkan terkait Standar Nasional Indonesia tentang masker, menurut dia, tergantung kondisi wilayah masing-masing. "Sebenarnya masker ini semuanya berguna, tidak ada masker yang tidak berguna. Namun sekali lagi, bagi daerah yang zona merah, lantas tingkat risiko penularan tinggi, perlu kita buatkan standardisasi," kata dia.
Tim pakar bersama dengan beberapa perusahaan, kata dia, telah bisa membuat masker yang diproduksi secara lokal tetapi memiliki standar filter yang cukup tinggi, antara 70-80 persen.
"Dan ini sudah mendapat rekomendasi dari BPPT dan juga standar dari Jerman. Nach ini akan kami coba kembangkan terus sehingga nanti kualitas masker yan digunakan oleh masyarakat semakin baik," kata dia, yang juga menegaskan bahwa semua jenis masker sangat bermanfaat.
"Tinggal kita melihat kita berada di daerah mana, daerah risiko rendah mungkin kualitas maskernya tidak perlu yang tinggi, tetapi daerah dengan risiko tinggi terutama zona merah tentu kami imbau masyarakat agar menggunakan standar masker yang berkualitas sehingga risiko penularan kecil," katanya.
"Kemudian soal tes swab, kami sampaikan bahwa BPKP (Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan) telah memberikan estimasi harga untuk yang sifatnya kontraktual sebesar Rp439.000 per spesimen sedangkan untuk yang sifatnya mandiri, usulan dari BPKP adalah Rp797.000," kata dia, di Kantor BNPB, di Jakarta, Senin.
Hingga Senin (28/9) jumlah terkonfirmasi Covid-19 di Indonesia mencapai 278.722 orang dengan penambahan sebanyak 3.509 kasus baru. Terdapat 206.870 orang dinyatakan sembuh dan 10.473 orang meninggal dunia. Sedangkan jumlah pasien suspek mencapai 131.361 orang.
Menurut Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional yang juga Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, harga itu juga masih dipertimbangkan.
Monardo menyampaikan hal itu seusai menghadiri rapat terbatas dengan topik "Laporan Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi" melalui konferensi video yang dipimpin Presiden Joko Widodo.
"Namun angka ini masih akan dilakukan evaluasi lagi oleh tim dari Kementerian Kesehatan sehingga angka itu nanti tidak memberatkan masyarakat tetapi juga tidak merugikan para pengusaha yang bergerak di bidang jasa pemeriksaan laboratorium," kata Monardo.
Kemudian terkait uji PCR, kata dia, pemerintah sedang mengkaji laporan BPKP. "Memang laporan BPKP harganya ada yang direkomendasikan, yakni satu yang untuk individual dan kedua yang berkelompok. Ini juga akan kami matangkan," katanya.
Sedangkan terkait Standar Nasional Indonesia tentang masker, menurut dia, tergantung kondisi wilayah masing-masing. "Sebenarnya masker ini semuanya berguna, tidak ada masker yang tidak berguna. Namun sekali lagi, bagi daerah yang zona merah, lantas tingkat risiko penularan tinggi, perlu kita buatkan standardisasi," kata dia.
Tim pakar bersama dengan beberapa perusahaan, kata dia, telah bisa membuat masker yang diproduksi secara lokal tetapi memiliki standar filter yang cukup tinggi, antara 70-80 persen.
"Dan ini sudah mendapat rekomendasi dari BPPT dan juga standar dari Jerman. Nach ini akan kami coba kembangkan terus sehingga nanti kualitas masker yan digunakan oleh masyarakat semakin baik," kata dia, yang juga menegaskan bahwa semua jenis masker sangat bermanfaat.
"Tinggal kita melihat kita berada di daerah mana, daerah risiko rendah mungkin kualitas maskernya tidak perlu yang tinggi, tetapi daerah dengan risiko tinggi terutama zona merah tentu kami imbau masyarakat agar menggunakan standar masker yang berkualitas sehingga risiko penularan kecil," katanya.