Jakarta (ANTARA) - Badan Restrukturisasi Gambut (BRG) mendukung upaya pemerintah Kabupaten Merauke, Papua untuk mewujudkan ketahanan pangan di wilayah tersebut melalui pelatihan Sekolah Lapang Petani Gambut (SLPG).
Kasubpokja Edukasi, Sosialisasi, dan Pelatihan BRG, Deasy Efnidawesty di Jakarta, Kamis menyatakan melalui pelatihan yang digelar selama 13-16 Oktober 2020 tersebut petani setempat diajarkan pengolahan lahan gambut tanpa bakar.
"Tujuan kita adalah, pertama dapat mengelola alam dengan baik. Gambut tipis dapat dikelola untuk budidaya, namun tetap harus hati-hati. Yang kedua, tujuan pemanfaatan untuk peningkatan ekonomi," ujarnya melalui keterangan tertulis.
Deasy mengungkapkan teknik mengolah lahan tanpa bakar merupakan bagian dari pemanfaatan lahan gambut secara bijak. Selain tanaman seperti padi, talas dan sagu, masyarakat yang umumnya pendatang ini juga mengembangkan pertanian hortikultura, peternakan, dan perikanan.
Pengelolaan lahan gambut tanpa bakar, lanjutnya, merupakan cara terbaik untuk mengelola lahan gambut sebab, sebagai bahan yang terbentuk secara alami, gambut harus terjaga kelembabannya.
"Peserta juga diharapkan lebih memahami regulasi dan pengelolaan ekosistem gambut dengan teknik budidaya pertanian yang adaptif dan ramah lingkungan," katanya.
Pelatihan yang diselenggarakan di Kampung Jaya Makmur, Distrik Kurik, Kabupaten Merauke, Papua tersebut merupakan kerja sama BRG dengan Majelis Lingkungan Hidup Muhammadiyah.
Salah satu model dan jenis pertanian yang dipopulerkan BRG untuk menjaga ketahanan pangan di masa depan yaitu pertanian alami di lahan gambut. Prinsip pertanian ini menggunakan dua pemahaman, pertama, mempertahankan fungsi gambut dan kedua, penggunaan spesies yang beragam dan cocok di lahan gambut dan untuk peningkatan ekonomi warga.
Pelatihan yang diikuti oleh 30 petani ini diharapkan dapat memanfaatkan potensi lahan gambut tipis dan menghasilkan berbagai macam sumber pangan yang dibutuhkan oleh masyarakat dan menjaga keberlangsungan ekosistem gambut.
Plt Kepala Kampung Jaya Makmur, Datir, berharap pelatihan ini dapat memberi pengetahuan dan ilmu baru bagi masyarakat sehingga lahan gambut yang ada di desanya bisa diolah sesuai dengan ketentuan dan tanpa merusaknya.
Kepala Distrik Kurik, Prasetyo Adi Cahyo mengatakan di wilayahnya terdapat lahan gambut dan pemanfaatannya diharapkan bisa mengatasi kemungkinan masalah kebakaran lahan dan peningkatan ekonomi.
"Pemerintah hanya memberikan stimulus di awal saja. Selanjutnya tinggal masyarakat yang harus mengambil peluang untuk mengembangkannya," ucap dia.
Kasubpokja Edukasi, Sosialisasi, dan Pelatihan BRG, Deasy Efnidawesty di Jakarta, Kamis menyatakan melalui pelatihan yang digelar selama 13-16 Oktober 2020 tersebut petani setempat diajarkan pengolahan lahan gambut tanpa bakar.
"Tujuan kita adalah, pertama dapat mengelola alam dengan baik. Gambut tipis dapat dikelola untuk budidaya, namun tetap harus hati-hati. Yang kedua, tujuan pemanfaatan untuk peningkatan ekonomi," ujarnya melalui keterangan tertulis.
Deasy mengungkapkan teknik mengolah lahan tanpa bakar merupakan bagian dari pemanfaatan lahan gambut secara bijak. Selain tanaman seperti padi, talas dan sagu, masyarakat yang umumnya pendatang ini juga mengembangkan pertanian hortikultura, peternakan, dan perikanan.
Pengelolaan lahan gambut tanpa bakar, lanjutnya, merupakan cara terbaik untuk mengelola lahan gambut sebab, sebagai bahan yang terbentuk secara alami, gambut harus terjaga kelembabannya.
"Peserta juga diharapkan lebih memahami regulasi dan pengelolaan ekosistem gambut dengan teknik budidaya pertanian yang adaptif dan ramah lingkungan," katanya.
Pelatihan yang diselenggarakan di Kampung Jaya Makmur, Distrik Kurik, Kabupaten Merauke, Papua tersebut merupakan kerja sama BRG dengan Majelis Lingkungan Hidup Muhammadiyah.
Salah satu model dan jenis pertanian yang dipopulerkan BRG untuk menjaga ketahanan pangan di masa depan yaitu pertanian alami di lahan gambut. Prinsip pertanian ini menggunakan dua pemahaman, pertama, mempertahankan fungsi gambut dan kedua, penggunaan spesies yang beragam dan cocok di lahan gambut dan untuk peningkatan ekonomi warga.
Pelatihan yang diikuti oleh 30 petani ini diharapkan dapat memanfaatkan potensi lahan gambut tipis dan menghasilkan berbagai macam sumber pangan yang dibutuhkan oleh masyarakat dan menjaga keberlangsungan ekosistem gambut.
Plt Kepala Kampung Jaya Makmur, Datir, berharap pelatihan ini dapat memberi pengetahuan dan ilmu baru bagi masyarakat sehingga lahan gambut yang ada di desanya bisa diolah sesuai dengan ketentuan dan tanpa merusaknya.
Kepala Distrik Kurik, Prasetyo Adi Cahyo mengatakan di wilayahnya terdapat lahan gambut dan pemanfaatannya diharapkan bisa mengatasi kemungkinan masalah kebakaran lahan dan peningkatan ekonomi.
"Pemerintah hanya memberikan stimulus di awal saja. Selanjutnya tinggal masyarakat yang harus mengambil peluang untuk mengembangkannya," ucap dia.