Jakarta (ANTARA) - Perusahaan yang bergerak di bidang peternakan ayam terintegrasi PT Widodo Makmur Unggas (WMU) akan segera melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui mekanisme penawaran umum perdana atau IPO pada akhir Januari ini.
Perseroan melepas sebanyak-banyaknya 5,92 miliar saham baru ke publik atau setara dengan sebanyak-banyaknya 35 persen dari modal yang ditempatkan dan disetor setelah IPO, dengan harga berkisar antara Rp142 sampai Rp200 per saham.
"Perseroan akan menggunakan dana IPO sebesar 74,3 persen untuk ekspansi dengan menambah serta memperluas sarana produksi," kata Direktur Utama Widodo Makmur Unggas Ali Mas’adi dalam keterangan di Jakarta, Kamis.
Ali menuturkan, pihaknya akan membangun fasilitas breeding PS farm di Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, pembangunan fasilitas layer commercial farm di Klaten, Jawa Tengah, pembangunan fasilitas hatchery di Sukabumi, Jawa Barat, pembangunan fasilitas broiler commerical farm di Wonogiri, Jawa Tengah, pembangunan fasilitas slaughterhouse di Cianjur, Jawa Barat, dan pembangunan fasilitas feedmill di Ngawi, Jawa Timur.
Sedangkan, sisa dana IPO sebesar 25,7 persen akan digunakan untuk modal kerja perseroan terutama untuk pembelian bahan baku pada feedmill dan pembelian ayam broiler komersial untuk slaughterhouse.
Menurut Ali, peningkatan kapasitas produksi akan berdampak terhadap penetrasi pasar yang lebih baik lagi ke depannya.
"Kami optimis dapat meraih kesuksesan IPO di tengah pandemi COVID-19," ujar Ali.
Bersamaan dengan pelaksanaan IPO, perseroan juga akan melakukan penjatahan saham melalui program alokasi saham pegawai atau employee stock allocation (ESA). Dalam program tersebut, perseroan menjatahkan sebanyak-banyaknya 7,5 persen dari jumlah saham IPO. Selain itu, Perseroan juga memberikan opsi kepemilikan saham oleh manajemen (MSOP) sebanyak-banyaknya 1 persen dari portepel IPO.
Saat ini, komposisi kepemilikan saham WMU dimiliki oleh PT Widodo Makmur Perkasa (WMP) 90 persen, Warsini 5 persen, dan Wahyu Andi Susilo 5 persen.
Di tengah pandemi COVID-19, WMU juga tetap optimis dapat melanjutkan torehan kinerja positif. Pada tahun ini, perseroan memproyeksikan penjualan naik 436 persen dan laba bersih 259 persen dari tahun lalu. WMU pun fokus pada pengembangan bisnis produksi karkas, apalagi di sepanjang semester pertama tahun lalu produksi karkas tumbuh 22 persen menjadi 16.000 ton.
"Konsumen kita tersebar di seluruh Indonesia dan kebutuhan protein daging ayam nasional terus meningkat. Jadi kita yakin penjualan tahun ini tumbuh tajam," kata Ali.
Sesuai rencana, pernyataan praefektif dari Otoritas Jasa Keuangan terbit pada 30 Desember 2020. Penawaran umum perdana pada 7 Januari-13 Januari 2021. Pencatatan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) direncanakan pada 29 Januari 2021. Perseroan menunjuk CIMB Niaga Sekuritas, BRI Danareksa Sekuritas, dan Samuel Sekuritas sebagai Joint Lead Underwriters (JLU).
Hingga semester pertama 2020, perseroan mengantongi penjualan bersih sebesar Rp508,39 miliar atau melonjak 135,33 persen dari periode sama 2019 sebesar Rp216,03 miliar. Margin kotor tercatat meningkat 107,93 persen menjadi Rp70,51 miliar, dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar Rp33,91 miliar.
EBITDA margin tercatat tumbuh 81,4 persen menjadi Rp57,23 miliar, dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar Rp31,55 miliar. Margin bersih tercatat naik 95,4 persen menjadi Rp31,71 miliar dibandingkan periode sama 2019 sebesar Rp16,23 miliar.
Total aset hingga semester pertama 2020 mencapai Rp1,16 triliun dari posisi akhir 2019 sebesar Rp864,18 miliar. Total liabilitas pun tercatat turun di sepanjang enam bulan pertama 2020 menjadi Rp539,17 miliar dari Rp563,68 miliar pada akhir Desember 2019. Total ekuitas melonjak di semester pertama 2020 menjadi Rp628,9 miliar dibandingkan akhir Desember 2019 sebesar Rp300,5 miliar.
Perseroan melepas sebanyak-banyaknya 5,92 miliar saham baru ke publik atau setara dengan sebanyak-banyaknya 35 persen dari modal yang ditempatkan dan disetor setelah IPO, dengan harga berkisar antara Rp142 sampai Rp200 per saham.
"Perseroan akan menggunakan dana IPO sebesar 74,3 persen untuk ekspansi dengan menambah serta memperluas sarana produksi," kata Direktur Utama Widodo Makmur Unggas Ali Mas’adi dalam keterangan di Jakarta, Kamis.
Ali menuturkan, pihaknya akan membangun fasilitas breeding PS farm di Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, pembangunan fasilitas layer commercial farm di Klaten, Jawa Tengah, pembangunan fasilitas hatchery di Sukabumi, Jawa Barat, pembangunan fasilitas broiler commerical farm di Wonogiri, Jawa Tengah, pembangunan fasilitas slaughterhouse di Cianjur, Jawa Barat, dan pembangunan fasilitas feedmill di Ngawi, Jawa Timur.
Sedangkan, sisa dana IPO sebesar 25,7 persen akan digunakan untuk modal kerja perseroan terutama untuk pembelian bahan baku pada feedmill dan pembelian ayam broiler komersial untuk slaughterhouse.
Menurut Ali, peningkatan kapasitas produksi akan berdampak terhadap penetrasi pasar yang lebih baik lagi ke depannya.
"Kami optimis dapat meraih kesuksesan IPO di tengah pandemi COVID-19," ujar Ali.
Bersamaan dengan pelaksanaan IPO, perseroan juga akan melakukan penjatahan saham melalui program alokasi saham pegawai atau employee stock allocation (ESA). Dalam program tersebut, perseroan menjatahkan sebanyak-banyaknya 7,5 persen dari jumlah saham IPO. Selain itu, Perseroan juga memberikan opsi kepemilikan saham oleh manajemen (MSOP) sebanyak-banyaknya 1 persen dari portepel IPO.
Saat ini, komposisi kepemilikan saham WMU dimiliki oleh PT Widodo Makmur Perkasa (WMP) 90 persen, Warsini 5 persen, dan Wahyu Andi Susilo 5 persen.
Di tengah pandemi COVID-19, WMU juga tetap optimis dapat melanjutkan torehan kinerja positif. Pada tahun ini, perseroan memproyeksikan penjualan naik 436 persen dan laba bersih 259 persen dari tahun lalu. WMU pun fokus pada pengembangan bisnis produksi karkas, apalagi di sepanjang semester pertama tahun lalu produksi karkas tumbuh 22 persen menjadi 16.000 ton.
"Konsumen kita tersebar di seluruh Indonesia dan kebutuhan protein daging ayam nasional terus meningkat. Jadi kita yakin penjualan tahun ini tumbuh tajam," kata Ali.
Sesuai rencana, pernyataan praefektif dari Otoritas Jasa Keuangan terbit pada 30 Desember 2020. Penawaran umum perdana pada 7 Januari-13 Januari 2021. Pencatatan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) direncanakan pada 29 Januari 2021. Perseroan menunjuk CIMB Niaga Sekuritas, BRI Danareksa Sekuritas, dan Samuel Sekuritas sebagai Joint Lead Underwriters (JLU).
Hingga semester pertama 2020, perseroan mengantongi penjualan bersih sebesar Rp508,39 miliar atau melonjak 135,33 persen dari periode sama 2019 sebesar Rp216,03 miliar. Margin kotor tercatat meningkat 107,93 persen menjadi Rp70,51 miliar, dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar Rp33,91 miliar.
EBITDA margin tercatat tumbuh 81,4 persen menjadi Rp57,23 miliar, dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar Rp31,55 miliar. Margin bersih tercatat naik 95,4 persen menjadi Rp31,71 miliar dibandingkan periode sama 2019 sebesar Rp16,23 miliar.
Total aset hingga semester pertama 2020 mencapai Rp1,16 triliun dari posisi akhir 2019 sebesar Rp864,18 miliar. Total liabilitas pun tercatat turun di sepanjang enam bulan pertama 2020 menjadi Rp539,17 miliar dari Rp563,68 miliar pada akhir Desember 2019. Total ekuitas melonjak di semester pertama 2020 menjadi Rp628,9 miliar dibandingkan akhir Desember 2019 sebesar Rp300,5 miliar.