Jakarta (ANTARA) - Calon bintara peserta Pendidikan Pertama Bintara (Dikmaba) Otonomi Khusus Orang Asli Papua (OAP) Kodam XVIII Kasuari 2020 diminta untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan menanamkan nasionalisme.
"Di mana saja kalian ditugaskan kalian harus siap, itulah tentara saya bilang. Yang penting tetap semangat, jaga keutuhan NKRI dari Sabang sampai Merauke," kata Koordinator Staf Ahli Kasad Letjen TNI Ali Hamdan Bogra, dalam tayangan Youtube TNI AD, Minggu.
Sebanyak 1.000 calon bintara asal Papua saat ini tengah menjalani Dikmaba Otsus Orang Asli Papua (OAP) Kodam XVIII Kasuari 2020 di sejumlah Resimen Induk Daerah Militer (Rindam) di Pulau Jawa.
Seribu calon bintara itu terdiri atas 330 siswa yang dikirim ke Rindam III/Siliwangi Bandung, 240 siswa bintara ke Rindam IV/Diponegoro Semarang, 260 siswa ke Rindam V/Brawijaya Surabaya, dan 130 calon bintara ke Rindam Jaya Jakarta.
Kemudian, sebanyak 40 putri asli Papua mengikuti pendidikan di Pusat Pendidikan (Pusdik) Korps Wanita TNI Angkatan Darat (Kowad), Lembang, Bandung.
Ali Hamdan Bogra, putra asli Serui, Papua Barat, yang akrab disapa Kakak Besar oleh para siswa bintara otsus Papua itu menegaskan bahwa mereka tidak boleh takut mati karena mereka adalah tentara.
"Mudah-mudahan mereka tetap semangat terus dan ke depan bisa dimanfaatkan secara maksimal untuk kepentingan TNI AD," kata mantan Pangdam XVIII/Kasuari itu.
Dalam pendidikan itu diterapkan pula metode baru, yakni metode keluarga asuh dengan menjadikan setiap prajurit siswa dari daerah selain Papua yang sudah lebih dulu menjalani pendidikan sebagai kakak pembimbing untuk dua siswa dari Papua.
Sebagai kakak pembimbing, mereka ditugasi membantu para siswa asal Papua memahami materi pendidikan mengarahkan menjalani setiap peraturan, tatib berlaku, membantu kesulitan lain yang dihadapi.
"Mereka itu beradaptasi sama kami juga, saling ngobrol, ikuti gaya kami. Padahal, sebenarnya kami yang harus ikut gaya mereka karena kita kan yang pendidikan di sini," kata Mahendra Rengen, siswa Secaba Otsus Papua.
Ia mengakui, sebagai orang asli Papua tentunya mereka terbiasa mengobrol memakai logat Papua sehingga sampai kini masih kerap terbawa suasana di kampung.
Monggalina Bahamba yang juga siswi Secaba Otsus Papua mengaku senang bisa bertemu dengan kawan-kawan yang berasal dari Sabang sampai Merauke.
Sementara itu, Pangdam XVIII/Kasuari Mayjen TNI I Nyoman Cantiasa menjelaskan bahwa program bintara otsus tersebut merupakan proyek percontohan atau model yang pertama dilaksanakan.
"Kodam XVIII/Kasuari mendapatkan kepercayaan untuk mendidik 1.000 bintara khusus. Kita akan lihat 'pilot project' ini, yang model ini, mudah-mudahan kalau ini berhasil, sukses, saya berani lapor ke Bapak Kasad bahwa tahun depan ada lagi program bintara khusus ini, atau mungkin tamtama khusus," katanya.
"Di mana saja kalian ditugaskan kalian harus siap, itulah tentara saya bilang. Yang penting tetap semangat, jaga keutuhan NKRI dari Sabang sampai Merauke," kata Koordinator Staf Ahli Kasad Letjen TNI Ali Hamdan Bogra, dalam tayangan Youtube TNI AD, Minggu.
Sebanyak 1.000 calon bintara asal Papua saat ini tengah menjalani Dikmaba Otsus Orang Asli Papua (OAP) Kodam XVIII Kasuari 2020 di sejumlah Resimen Induk Daerah Militer (Rindam) di Pulau Jawa.
Seribu calon bintara itu terdiri atas 330 siswa yang dikirim ke Rindam III/Siliwangi Bandung, 240 siswa bintara ke Rindam IV/Diponegoro Semarang, 260 siswa ke Rindam V/Brawijaya Surabaya, dan 130 calon bintara ke Rindam Jaya Jakarta.
Kemudian, sebanyak 40 putri asli Papua mengikuti pendidikan di Pusat Pendidikan (Pusdik) Korps Wanita TNI Angkatan Darat (Kowad), Lembang, Bandung.
Ali Hamdan Bogra, putra asli Serui, Papua Barat, yang akrab disapa Kakak Besar oleh para siswa bintara otsus Papua itu menegaskan bahwa mereka tidak boleh takut mati karena mereka adalah tentara.
"Mudah-mudahan mereka tetap semangat terus dan ke depan bisa dimanfaatkan secara maksimal untuk kepentingan TNI AD," kata mantan Pangdam XVIII/Kasuari itu.
Dalam pendidikan itu diterapkan pula metode baru, yakni metode keluarga asuh dengan menjadikan setiap prajurit siswa dari daerah selain Papua yang sudah lebih dulu menjalani pendidikan sebagai kakak pembimbing untuk dua siswa dari Papua.
Sebagai kakak pembimbing, mereka ditugasi membantu para siswa asal Papua memahami materi pendidikan mengarahkan menjalani setiap peraturan, tatib berlaku, membantu kesulitan lain yang dihadapi.
"Mereka itu beradaptasi sama kami juga, saling ngobrol, ikuti gaya kami. Padahal, sebenarnya kami yang harus ikut gaya mereka karena kita kan yang pendidikan di sini," kata Mahendra Rengen, siswa Secaba Otsus Papua.
Ia mengakui, sebagai orang asli Papua tentunya mereka terbiasa mengobrol memakai logat Papua sehingga sampai kini masih kerap terbawa suasana di kampung.
Monggalina Bahamba yang juga siswi Secaba Otsus Papua mengaku senang bisa bertemu dengan kawan-kawan yang berasal dari Sabang sampai Merauke.
Sementara itu, Pangdam XVIII/Kasuari Mayjen TNI I Nyoman Cantiasa menjelaskan bahwa program bintara otsus tersebut merupakan proyek percontohan atau model yang pertama dilaksanakan.
"Kodam XVIII/Kasuari mendapatkan kepercayaan untuk mendidik 1.000 bintara khusus. Kita akan lihat 'pilot project' ini, yang model ini, mudah-mudahan kalau ini berhasil, sukses, saya berani lapor ke Bapak Kasad bahwa tahun depan ada lagi program bintara khusus ini, atau mungkin tamtama khusus," katanya.