Timika (ANTARA) - Gereja Katolik Keuskupan Timika, Papua hingga kini terus mengirimkan bantuan kemanusiaan berupa bahan pangan ke Bilogai, Kabupaten Intan Jaya guna membantu warga yang mengalami kesulitan di wilayah itu.
Administratur Keuskupan Timika Pastor Marthin Kuayo Pr di Timika, Jumat, mengatakan pada Rabu (3/3) pihaknya telah mengirim 2.600 kg bahan kebutuhan pokok, terdiri atas beras, mie instan, gula pasir, kopi, susu, minyak goreng, dan lainnya. Pengiriman bantuan itu menggunakan dua kali penerbangan pesawat Alda Air dari Timika.
"Bantuan yang kami kirimkan itu merupakan sumbangan dari umat yang ada di Timika dan sumbangan dari PT Freeport Indonesia. Pekan sebelumnya kami juga sudah dua kali mengirim bantuan bahan pokok ke Intan Jaya. Saat ini masih tersedia stok barang cukup banyak di Kantor Keuskupan Timika, rencananya akan dilakukan pengiriman lagi pekan depan," kata Pastor Marthin.
Sesuai laporan dari Pastor Yustinus Rahangiar Pr selaku Pastor Paroki Bilogai, Intan Jaya, saat ini warga dari kampung-kampung sekitar yang sebelumnya mengungsi ke kompleks gereja dan pastoran sudah kembali ke kampung mereka masing-masing.
Meski sudah kembali ke rumah masing-masing, warga tidak bisa pergi ke kebun karena takut menjadi korban tembak salah sasaran, baik oleh aparat keamanan maupun oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) atau yang disebut TPN-OPM.
"Walaupun masyarakat sudah kembali ke rumah, mereka tidak bisa pergi berkebun. Makanya bantuan yang dikirim dari Timika sangat mereka butuhkan untuk bisa bertahan dalam situasi yang serba tidak pasti sekarang ini. Setiap kepala keluarga dua hari sekali pergi mengambil bantuan di Pastoran Paroki Bilogai," tuturnya.
Menurut laporan Pastor Yustinus Rahangiar, situasi keamanan di Intan Jaya hingga kini belum sepenuhnya kondusif. Kondisi keamanan di sana sampai sekarang tidak menentu, kontak senjata antara aparat TNI-Polri dengan KKB bisa terjadi kapan saja dan masyarakat bisa mengungsi kapan saja.
"Pihak keamanan belum memberikan jaminan sampai kapan situasinya benar-benar bisa pulih kembali, sementara Pemerintah Daerah juga tidak bisa diharapkan untuk menjamin keamanan warganya. Dalam situasi yang tidak menentu ini, kami dari Gereja Keuskupan Timika akan terus mengirim bantuan sejauh umat mampu membantu," kata Pastor Marthin.
Beberapa kampung di Intan Jaya yang saat ini masyarakatnya mengungsi ke berbagai tempat, seperti di Mamba, lokasi terjadi penembakan terhadap seorang prajurit TNI dan tiga warga pada Februari lalu.
Kondisi serupa juga terjadi di Titigi dan Hitadipa, lokasi dimana terjadi penembakan terhadap seorang pendeta dan katekis pada Oktober 2020.
Administratur Keuskupan Timika Pastor Marthin Kuayo Pr di Timika, Jumat, mengatakan pada Rabu (3/3) pihaknya telah mengirim 2.600 kg bahan kebutuhan pokok, terdiri atas beras, mie instan, gula pasir, kopi, susu, minyak goreng, dan lainnya. Pengiriman bantuan itu menggunakan dua kali penerbangan pesawat Alda Air dari Timika.
"Bantuan yang kami kirimkan itu merupakan sumbangan dari umat yang ada di Timika dan sumbangan dari PT Freeport Indonesia. Pekan sebelumnya kami juga sudah dua kali mengirim bantuan bahan pokok ke Intan Jaya. Saat ini masih tersedia stok barang cukup banyak di Kantor Keuskupan Timika, rencananya akan dilakukan pengiriman lagi pekan depan," kata Pastor Marthin.
Sesuai laporan dari Pastor Yustinus Rahangiar Pr selaku Pastor Paroki Bilogai, Intan Jaya, saat ini warga dari kampung-kampung sekitar yang sebelumnya mengungsi ke kompleks gereja dan pastoran sudah kembali ke kampung mereka masing-masing.
Meski sudah kembali ke rumah masing-masing, warga tidak bisa pergi ke kebun karena takut menjadi korban tembak salah sasaran, baik oleh aparat keamanan maupun oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) atau yang disebut TPN-OPM.
"Walaupun masyarakat sudah kembali ke rumah, mereka tidak bisa pergi berkebun. Makanya bantuan yang dikirim dari Timika sangat mereka butuhkan untuk bisa bertahan dalam situasi yang serba tidak pasti sekarang ini. Setiap kepala keluarga dua hari sekali pergi mengambil bantuan di Pastoran Paroki Bilogai," tuturnya.
Menurut laporan Pastor Yustinus Rahangiar, situasi keamanan di Intan Jaya hingga kini belum sepenuhnya kondusif. Kondisi keamanan di sana sampai sekarang tidak menentu, kontak senjata antara aparat TNI-Polri dengan KKB bisa terjadi kapan saja dan masyarakat bisa mengungsi kapan saja.
"Pihak keamanan belum memberikan jaminan sampai kapan situasinya benar-benar bisa pulih kembali, sementara Pemerintah Daerah juga tidak bisa diharapkan untuk menjamin keamanan warganya. Dalam situasi yang tidak menentu ini, kami dari Gereja Keuskupan Timika akan terus mengirim bantuan sejauh umat mampu membantu," kata Pastor Marthin.
Beberapa kampung di Intan Jaya yang saat ini masyarakatnya mengungsi ke berbagai tempat, seperti di Mamba, lokasi terjadi penembakan terhadap seorang prajurit TNI dan tiga warga pada Februari lalu.
Kondisi serupa juga terjadi di Titigi dan Hitadipa, lokasi dimana terjadi penembakan terhadap seorang pendeta dan katekis pada Oktober 2020.