Jayapura (ANTARA) - Wakil Gubernur (Wagub) Papua Klemen Tinal prihatin para tenaga kesehatan dan guru harus dievakuasi dari Distrik Beoga, Kabupaten Puncak karena situasi keamanan yang belum kondusif di wilayah tersebut.
"Guru di Beoga mendidik anak-anak di wilayah tersebut, jangan dikacaukan, bagaimana anak-anak bisa maju jika kondisi keamanan seperti ini," kata Klemen di Jayapura, Kamis.
Menurut Klemen, apapun alasan kelompok kriminal bersenjata (KKB) yang menembak hingga tewas guru di Beoga merupakan hal yang salah.
"Mau disebut mata-mata atau apapun, adalah tidak benar menembak guru," ujarnya.
Dia menjelaskan demi keselamatan warga lainnya di wilayah tersebut, jika memang harus dievakuasi maka dipersilahkan.
"Meskipun demikian, pihak keamanan akan mengamankan wilayah tersebut ke depannya," katanya lagi.
Dia menambahkan pihaknya menyayangkan tindakan-tindakan kekerasan yang dilakukan, apapun alasannya hal tersebut tidak dibenarkan.
Sebelumnya, Kamis (8/4) sekitar 09.30 WIT, KKB melakukan aksi penembakan di sebuah kios di Kampung Julukoma. Akibatnya, Oktovianus Rayo, guru SD Inpres Beoga tewas karena ditembak.
Tidak hanya di situ, pada sore harinya KKB membakar tiga ruang SMAN 1 Beoga. Kemudian pada Jumat (9/4) sore, kelompok tersebut melakukan penembakan kepada Yonatan Randen, guru SMPN 1 Beoga di bagian dada.
Korban yang sempat dibawa masyarakat ke Puskesmas Beoga akhirnya meninggal dunia. Proses evakuasi jenazah baru bisa dilakukan hari ini karena KKB masih berada di Lapangan Terbang Beoga.
Kedua jenazah baru dapat dievakuasi ke Mimika pada Sabtu (10/4) setelah Pemerintah Kabupaten Puncak membayar sejumlah uang tebusan kepada KKB untuk membiarkan pesawat masuk ke Bandara Beoga.
Lalu pada Minggu (11/4/2021) malam, KKB kembali berulah dengan membakar sembilan ruang SMPN 1 Beoga.
Akibatnya, sekitar 27 warga yang terdiri dari tenaga medis dan guru di wilayah setempat akhirnya dievakuasi ke Timika, Kabupaten Mimika pada Kamis (15/4).
"Guru di Beoga mendidik anak-anak di wilayah tersebut, jangan dikacaukan, bagaimana anak-anak bisa maju jika kondisi keamanan seperti ini," kata Klemen di Jayapura, Kamis.
Menurut Klemen, apapun alasan kelompok kriminal bersenjata (KKB) yang menembak hingga tewas guru di Beoga merupakan hal yang salah.
"Mau disebut mata-mata atau apapun, adalah tidak benar menembak guru," ujarnya.
Dia menjelaskan demi keselamatan warga lainnya di wilayah tersebut, jika memang harus dievakuasi maka dipersilahkan.
"Meskipun demikian, pihak keamanan akan mengamankan wilayah tersebut ke depannya," katanya lagi.
Dia menambahkan pihaknya menyayangkan tindakan-tindakan kekerasan yang dilakukan, apapun alasannya hal tersebut tidak dibenarkan.
Sebelumnya, Kamis (8/4) sekitar 09.30 WIT, KKB melakukan aksi penembakan di sebuah kios di Kampung Julukoma. Akibatnya, Oktovianus Rayo, guru SD Inpres Beoga tewas karena ditembak.
Tidak hanya di situ, pada sore harinya KKB membakar tiga ruang SMAN 1 Beoga. Kemudian pada Jumat (9/4) sore, kelompok tersebut melakukan penembakan kepada Yonatan Randen, guru SMPN 1 Beoga di bagian dada.
Korban yang sempat dibawa masyarakat ke Puskesmas Beoga akhirnya meninggal dunia. Proses evakuasi jenazah baru bisa dilakukan hari ini karena KKB masih berada di Lapangan Terbang Beoga.
Kedua jenazah baru dapat dievakuasi ke Mimika pada Sabtu (10/4) setelah Pemerintah Kabupaten Puncak membayar sejumlah uang tebusan kepada KKB untuk membiarkan pesawat masuk ke Bandara Beoga.
Lalu pada Minggu (11/4/2021) malam, KKB kembali berulah dengan membakar sembilan ruang SMPN 1 Beoga.
Akibatnya, sekitar 27 warga yang terdiri dari tenaga medis dan guru di wilayah setempat akhirnya dievakuasi ke Timika, Kabupaten Mimika pada Kamis (15/4).