Timika (ANTARA) - Belasan warga asli Papua yang tergabung dalam Kelompok Tani Lany Wano mulai mengembangkan budi daya tanaman cabai, jahe di pekarangan mereka di Kampung Mulia Kencana SP7, Distrik Iwaka, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua.

Ketua Kelompok Tani Lany Wano Wirinus Magai saat ditemui ANTARA belum lama ini di lokasi usahanya, mengaku kelompoknya juga tengah mengembangkan peternakan ayam petelur.

Bahkan. setelah melihat para tetangga yang warga transmigrasi dari Lombok, Nusa Tenggara Barat yang mengembangkan budi daya padi sawah, Wirinus dan rekan-rekannya juga ingin belajar menanam padi sawah.

"Saya punya lahan ada tiga 'kolam' dengan luas 25 x 50 meter persegi. Saya mau belajar tanam padi, sedangkan di lahan pekarangan, saya tanam 1.000 pohon cabai yang dimasukkan dalam 500 polibek," kata dia.

Wirinus tidak pernah mengenyam pendidikan dasar. Ia tidak bisa membaca, menulis, apalagi berhitung.

Namun, ia memiliki tekad yang kuat untuk mengubah kehidupan keluarganya menjadi jauh lebih maju dan sejahtera sebagaimana tetangga kampungnya yang warga transmigrasi dari NTB, NTT, Jawa, dan daerah lain.

Keseriusan Wirinus dan kawan-kawannya untuk mengelola lahan pertanian di SP7 Timika itu rupanya mendapat perhatian dari jajaran Polres Mimika. Melalui Tim Binmas Noken Polri, para petani lokal Papua kemudian dibina, dibimbing, dan didampingi untuk mengembangkan usaha pertanian.

Saat ini, Wirinus dan kawan-kawannya dengan bantuan Tim Binmas Noken Polres Mimika membuka usaha pembuatan pupuk kompos dengan memanfaatkan kotoran ayam petelur.

Tempat pembuatan pupuk kompos itu diberi nama Balai Kasuari yang merupakan singkatan dari Balai Kesejahteraan Untuk Anak Negeri. Pembuatan Balai Kasuari itu ide dari Waka Polda Papua Brigjen Pol Eko Rudi Sudarto.

"Selama ini kami dibantu bibit, pupuk kompos, polibek dari bapak-bapak polisi. Kami semua turun tangan belajar bersama-sama membuat pupuk kompos supaya ke depan tidak tergantung lagi dengan pupuk kimia yang harganya mahal dan langka di Timika," tutur Wirinus.

Untuk belajar membuat pupuk kompos berkualitas, Wirinus dan kawan-kawannya bahkan harus mendatangi lokasi pertanian milik Kapolres Mimika AKBP IGG Era Adhinata yang berada di kawasan Irigasi, Timika.

Di lahan seluas beberapa hektare itu, Era Adhinata mengembangkan berbagai tanaman pertanian, seperti cabai, jahe, sayur-sayuran, aneka buah-buahan, seperti jambu, mangga, buah naga, matoa, dan lainnya.

Kawasan pertanian itu juga dilengkapi dengan peternakan ayam petelur dan kolam perikanan air tawar. Kapolres Mimika AKBP IGG Era Adhinata berbagai ilmu dan pengalaman mengelola pupuk kompos dengan para petani dari Kampung Mulia Kencana SP7, Distrik Iwaka. (ANTARA/Evarianus Supar)

Lahan subur

Kapolres Mimika AKBP Era Adhinata menyebut lahan pertanian di Timika sesungguhnya cukup subur dan potensial diolah agar bisa memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat setempat.

"Saya mengibaratkan tanah Timika itu terlalu kaya untuk menjadi miskin. Banyak hal bisa dikembangkan di Timika, salah satunya pertanian. Lahannya datar, setiap hari hujan," ujarnya.

Selama ini, masyarakat petani begitu bergantung dengan pupuk kimia. Lama-lama humus tanah akan hilang dan tanaman tidak bisa tumbuh lagi dengan subur.

Dengan alasan itu, para petani harus beralih menggunakan pupuk kompos dari bahan kotoran ternak ayam, kambing, dan sapi.

Beberapa tanaman pertanian yang memiliki nilai ekonomis tinggi di Mimika, yaitu cabai dan jahe.

Saat ini di pasaran Timika harga cabai per kilogram mencapai Rp100.000 dan pada hari-hari besar keagamaan bisa menembus Rp150.000 per kilogram.

"Permasalahannya para petani biasanya menanam cabai langsung di tanah. Karena Timika tiap hari hujan maka kandungan humus tanah akan hilang. Solusinya harus menggunakan benterbek. Tanaman cabai yang ditanam dalam benterbek masih tetap berbuah dan semakin bagus buahnya walaupun sudah berumur satu tahun. Kuncinya harus memahami perawatan tanaman dan selalu ditambah pupuk kandang sekali sebulan," kata Era Adhinata.

Pada lahan seluas 8 x40 meter persegi, tanaman cabai bisa ditanam 500 pohon. Setiap bulan bisa menghasilkan pendapatan minimal Rp7 juta hingga Rp8 juta.

"Cabai sangat langka di pasaran Timika. Begitu dipanen dan bawa ke pasar, pasti langsung laku terjual," ujarnya.

Tim Binmas Noken Polri juga membina kelompok usaha peternakan babi, perikanan air tawar dan pertanian di kawasan Kwamki Narama (Kwamki Lama), daerah bendungan Jalan Airport Timika dan Kelurahan Wonosari Jaya SP4 Timika.

Diperluas

Waka Polda Papua Brigjen Pol Eko Rudi Sudarto menyebut program Binmas Noken yang mulai dirintis sejak 2018 akan mendapatkan porsi lebih selama dirinya membantu Kapolda Papua Irjen Pol Mathius Fakhiri dan akan terus diperluas di seluruh wilayah Polda Papua.

"Program seperti ini akan masif dilaksanakan di seluruh Polres jajaran Polda Papua supaya semua orang mengetahui bahwa kita juga berbuat sesuatu untuk pembangunan masyarakat Papua. Tujuannya tidak saja untuk membawa kesejahteraan fisik tapi juga kesejahteraan batin. Ketika rakyat sibuk beraktivitas dan kehidupannya lebih dinamis, mereka tidak akan berpikir macam-macam lagi," tutur Brigjen Eko.

Polda Papua memiliki sejumlah program untuk membantu upaya meningkatkan kesejahteraan Orang Asli Papua (OAP).

Program-program itu mengadopsi dan mengunggulkan jargon-jargon lokal atau kearifan lokal seperti program Kasuari (Kesejahteraan Untuk Anak Negeri) yang mencakup bidang pertanian, peternakan, perikanan, perindustrian, dan pertukangan, program Papeda (Pemuda-Pemudi Cendikia) melalui "roadshow" ke kampus-kampus untuk memberikan kuliah umum kepada para mahasiswa di Papua.

Ada juga program Matoa (Milenial Torang Maju) yang menyasar kaum milenial Papua, program Tifa (Torang Insan Paham Adat) dalam upaya mengangkat dan mempromosikan warisan adat budaya Papua seperti bercerita lucu (mop), lomba tarian adat, lomba perahu dayung, lomba perahu hias, seni ukir, dan lainnya.

Untuk kalangan elite atau para tokoh Papua akan disentuh melalui program Koteka (Komunikasi Tokoh Elit Kamtibmas) sebagai wadah bersama untuk membicarakan persoalan keamanan dan ketertiban di wilayah masing-masing.

"Polisi itu mengemban fungsi 'soft approach policying' atau pendekatan pemolisian secara humanis. Esensi dari program-program itu sebagai bentuk dukungan dari Polri dalam membantu program-program pemerintah memajukan dan menyejahterakan rakyat Papua sebagaimana amanat Inpres Nomor 9 Tahun 2020 tentang Percepatan Pembangunan Kesejahteraan di Papua dan Papua Barat," katanya.

Ia menyebut berbagai program itu bisa diimplementasikan jika ada kolaborasi antara semua pemangku kepentingan, terutama pemerintah daerah di Papua untuk bersama-sama memberikan perhatian yang serius guna meningkatkan kesejahteraan warga.

Tanpa dukungan dan peran aktif pemerintah daerah, baik Pemprov Papua maupun 29 pemkab/pemkot maka upaya mengangkat derajat kesejahteraan warga asli Papua hanya retorika dan impian belaka.

"Kolaborasi antarlembaga negara dan terutama pemerintah daerah itu sangat penting karena merekalah yang sesungguhnya yang memiliki rakyat itu sendiri. Kami juga membutuhkan dukungan dan peran serta media massa di Papua karena hanya melalui media semua upaya yang akan kita lakukan itu bisa disebarluaskan kepada seluruh lapisan masyarakat," kata Brigjen Eko.

Keterlibatan aktif Polri melalui program Binmas Noken dalam upaya mengangkat derajat kesejahteraan OAP perlu mendapat dukungan dari semua pihak sehingga OAP semakin termotivasi untuk membangun masa depan mereka dengan mengelola potensi alam yang subur dan kaya. Bukan lagi terjebak dalam ideologi separatisme yang hanya menguntungkan segelintir elite Papua.

Pewarta : Evarianus Supar
Editor : Muhsidin
Copyright © ANTARA 2024