Jakarta (ANTARA) - Anak berkebutuhan khusus seperti anak dengan down syndrome juga bisa memiliki karakter terpuji apabila ada peran keluarga yang optimal, sebagaimana dikatakan oleh Koordinator Fungsi Peserta Didik Direktorat Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus Kemendikbud Rika Rismayati.
"Saya yakin anak dengan down syndrome juga bisa berkarakter terpuji bahkan berprestasi, namun ini harus ada dukungan dan peran besar keluarga," ujar Rika dalam diskusi parenting virtual yang digelar oleh Komunitas Peduli Down Syndrome pada Sabtu.
Rika kemudian mengutip kata-kata Wakil Presiden Indonesia Ma'aruf Amin yang mengatakan bahwa keluarga menjadi tempat pertama nilai-nilai penting kehidupan diajarkan.
"Ada nilai agama, nilai kasih sayang diberikan, nilai sosial budaya, cinta lingkungan, saling menghormati dan toleransi. Maka membangun bangsa sangat penting untuk dimulai dari keluarga," ujar Rika.
Sependapat dengan Rika, psikolog dari Unika Soegijapranata Christine Wibhowo juga mengatakan keluarga terutama orang tua memiliki andil yang sangat besar dalam pendidikan karakter anak tak terkecuali anak dengan down syndrome.
"Supaya karakternya baik, maka orang tuanya juga harus mengajarkan dengan baik meskipun ada keterbatasan tapi karakter bisa diajarkan, asalkan orang tuanya memberikan contoh terlebih dahulu," tambah Christine.
Christine kemudian memaparkan bahwa peran ayah dan ibu terbagi dalam beberapa fase usia anak. Pada usia 0 hingga 3 tahun, ibu memiliki peran yang sangat besar untuk merawat dan mengasihi anak.
Begitu memasuki usia tiga hingga 12 tahun, pada umumnya anak akan mengidolakan ayahnya. Dalam fase ini, ayah memiliki peran yang sangat penting dalam pendidikan karakter. Menurut Christine tidak akan ada anak-anak dengan karakter sulit, bila ada peran ayah dalam fase ini.
Lalu fase selanjutnya adalah fase dewasa muda, di mana anak akan mendapatkan pengaruh dari orang dewasa lainnya.
Pada fase dewasa muda atau usia 13 sampai 19 tahun, ayah dan ibu dikatakan Christine harus mundur selangkah sehingga menjadi setara dengan anak-anaknya. Artinya orang tua menjadi sosok yang mendampingi dan teman berdiskusi anak.
"Tapi ketika sudah lebih dewasa usia 20 tahun ke atas, maka orang tua harus mendorong. Pasangan atau teman terdekat yang memiliki peran utama dalam hal ini," kata Christine.
"Saya yakin anak dengan down syndrome juga bisa berkarakter terpuji bahkan berprestasi, namun ini harus ada dukungan dan peran besar keluarga," ujar Rika dalam diskusi parenting virtual yang digelar oleh Komunitas Peduli Down Syndrome pada Sabtu.
Rika kemudian mengutip kata-kata Wakil Presiden Indonesia Ma'aruf Amin yang mengatakan bahwa keluarga menjadi tempat pertama nilai-nilai penting kehidupan diajarkan.
"Ada nilai agama, nilai kasih sayang diberikan, nilai sosial budaya, cinta lingkungan, saling menghormati dan toleransi. Maka membangun bangsa sangat penting untuk dimulai dari keluarga," ujar Rika.
Sependapat dengan Rika, psikolog dari Unika Soegijapranata Christine Wibhowo juga mengatakan keluarga terutama orang tua memiliki andil yang sangat besar dalam pendidikan karakter anak tak terkecuali anak dengan down syndrome.
"Supaya karakternya baik, maka orang tuanya juga harus mengajarkan dengan baik meskipun ada keterbatasan tapi karakter bisa diajarkan, asalkan orang tuanya memberikan contoh terlebih dahulu," tambah Christine.
Christine kemudian memaparkan bahwa peran ayah dan ibu terbagi dalam beberapa fase usia anak. Pada usia 0 hingga 3 tahun, ibu memiliki peran yang sangat besar untuk merawat dan mengasihi anak.
Begitu memasuki usia tiga hingga 12 tahun, pada umumnya anak akan mengidolakan ayahnya. Dalam fase ini, ayah memiliki peran yang sangat penting dalam pendidikan karakter. Menurut Christine tidak akan ada anak-anak dengan karakter sulit, bila ada peran ayah dalam fase ini.
Lalu fase selanjutnya adalah fase dewasa muda, di mana anak akan mendapatkan pengaruh dari orang dewasa lainnya.
Pada fase dewasa muda atau usia 13 sampai 19 tahun, ayah dan ibu dikatakan Christine harus mundur selangkah sehingga menjadi setara dengan anak-anaknya. Artinya orang tua menjadi sosok yang mendampingi dan teman berdiskusi anak.
"Tapi ketika sudah lebih dewasa usia 20 tahun ke atas, maka orang tua harus mendorong. Pasangan atau teman terdekat yang memiliki peran utama dalam hal ini," kata Christine.