Timika (ANTARA) - Kepolisian Resor Mimika, Papua mengingatkan warga setempat soal adanya larangan untuk tidak melakukan aktivitas pendulangan emas tradisional di sepanjang Kali Kabur yang masuk area PT Freeport Indonesia.

"Sebenarnya aktivitas pendulangan oleh masyarakat di area Freeport itu dilarang, hanya saja selama ini masyarakat memanfaatkan area pengendapan material tailing itu sebagai tempat untuk mencari nafkah. Ini memang menjadi problem tersendiri," kata Kabag Ops Polres Mimika AKP Robert Hitipeuw di Timika, Senin.

Robert mengingatkan warga pendulang untuk memperhitungkan risiko kecelakaan yang bisa merenggut nyawa saat melakukan aktivitas pendulangan di kawasan Kali Kabur, daerah aliran sungai yang membawa material tailing dari lokasi pabrik pengolahan biji PT Freeport Indonesia di kawasan dataran tinggi Tembagapura menuju kawasan dataran rendah, samping Kota Timika.

"Risiko kecelakaannya sangat tinggi karena arus sungai yang deras dan lain-lain. Sudah banyak pendulang yang menjadi korban karena terbawa arus banjir," kata Robert.

Hal yang sama dikemukakan Kepala Kantor SAR Timika George Mercy Randang  mengatakan para pendulang yang kini mencapai ribuan orang di sepanjang aliran Kali Kabur harus memperhitungkan kondisi cuaca saat melakukan aktivitas mengais butiran emas sehingga tidak menjadi korban terseret arus banjir.

"Harus selalu hati-hati dalam beraktivitas di sungai atau laut. Untuk perusahan pelayaran yang di laut hendaknya berkoordinasi dengan BMKG tentang perkembangan cuaca," katanya.

Pada Minggu (15/8), seorang pendulang tradisional asal Manggarai, NTT, meninggal dunia setelah terseret arus banjir di Mile 36, kawasan Kali Kabur.

Jenazah korban yang bernama Fransiskus alias Ancik itu ditemukan di sekitar Mile 32, tersangkut pada sebatang kayu.

Korban sudah dikebumikan pada Senin siang di TPU SP1 Timika.

Ketua KKBM Mimika Kristoforus Luruk meminta warganya yang banyak berprofesi sebagai pendulang di Timika agar lebih berhati-hati.

"Utamakan keselamatan, jangan karena kerja cari uang kalian abaikan keselamatan," pinta Kristoforus.

 

Pewarta : Evarianus Supar
Editor : Muhsidin
Copyright © ANTARA 2024