Jayapura (ANTARA) - Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Papua mengapresiasi keterlibatan banyak pihak dalam mendukung konservasi alam di daerah itu.
Kepala BBKSDA Papua Edward Sembiring dalam siaran pers diterima di Jayapura, Senin, mengatakan bersyukur atas keterlibatan Claudio F. Nenobesi dan Samice Juvita Kerlin Mou, keduanya atlet kontingen Papua peraih medali emas PON XX dari cabang karate, dalam pelepasliaran satwa.
"Selain keduanya, Pengurus Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia (Forki) Provinsi Papua, serta sejumlah atlet karate lainnya juga turut hadir dan sangat mendukung upaya pelestarian keanekaragaman hayati, khususnya satwa liar endemik Papua," katanya.
Ia menyebut para atlet tersebut publik figur dan sosok muda yang berprestasi serta mengharumkan Tanah Papua.
Ia mengharapkan dukungan mereka terhadap kegiatan pelepasliaran satwa menjadi inspirasi bagi masyarakat luas, terutama generasi muda, untuk lebih peduli terhadap kelestarian keanekaragaman hayati di Papua.
"Kami juga menyampaikan terima kasih kepada PB PON XX, yang telah bekerja sama dalam pengawasan dan pengendalian peredaran satwa liar endemik Papua selama pekan olahraga berskala nasional itu berlangsung," ujarnya.
Dia menjelaskan dalam upacara pembukaan dan penutupan PON XX yang digelar secara megah dan khidmat, bebas dari penggunaan aksesoris atau atribut berbahan satwa endemik Papua yang dilindungi undang-undang.
Claudio Nenobesi mengaku mendapatkan pengalaman penting dalam mendukung kegiatan pelepasliaran satwa di Hutan Adat Isyo, Kampung Rhepang Muaif, Distrik Nimbokrang, Kabupaten Jayapura.
"Semoga ke depan satwa-satwa endemik Papua semakin terjaga," katanya.
Pengelola Hutan Adat Isyo Alex Waisimon menyatakan gembira karena banyak anak muda terlibat menjaga keseimbangan alam.
"Filosofi konservasi menurut masyarakat adat di Rhepang Muaif dan sekitarnya, yang diucapkan dalam bahasa Genyem, 'temung tey temung frip' di mana secara umum filosofi tersebut membawa pesan agar mengambil secukupnya dari alam, sementara yang lain ditinggalkan untuk dinikmati anak cucu," katanya.
Di antara satwa yang dilepasliarkan pada Minggu (17/10), terdapat satu ekor cenderawasih kuning kecil (Paradisaea minor), dua ekor kakatua koki (Cacatua galerita), dan sembilan ekor kasturi kepala hitam
(Lorius lory).
Satwa itu, termasuk dalam daftar satwa yang dilindungi undang-undang, berstatus least concern (risiko rendah) dalam IUCN Redlist dan termasuk appendix II CITES.
Kepala BBKSDA Papua Edward Sembiring dalam siaran pers diterima di Jayapura, Senin, mengatakan bersyukur atas keterlibatan Claudio F. Nenobesi dan Samice Juvita Kerlin Mou, keduanya atlet kontingen Papua peraih medali emas PON XX dari cabang karate, dalam pelepasliaran satwa.
"Selain keduanya, Pengurus Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia (Forki) Provinsi Papua, serta sejumlah atlet karate lainnya juga turut hadir dan sangat mendukung upaya pelestarian keanekaragaman hayati, khususnya satwa liar endemik Papua," katanya.
Ia menyebut para atlet tersebut publik figur dan sosok muda yang berprestasi serta mengharumkan Tanah Papua.
Ia mengharapkan dukungan mereka terhadap kegiatan pelepasliaran satwa menjadi inspirasi bagi masyarakat luas, terutama generasi muda, untuk lebih peduli terhadap kelestarian keanekaragaman hayati di Papua.
"Kami juga menyampaikan terima kasih kepada PB PON XX, yang telah bekerja sama dalam pengawasan dan pengendalian peredaran satwa liar endemik Papua selama pekan olahraga berskala nasional itu berlangsung," ujarnya.
Dia menjelaskan dalam upacara pembukaan dan penutupan PON XX yang digelar secara megah dan khidmat, bebas dari penggunaan aksesoris atau atribut berbahan satwa endemik Papua yang dilindungi undang-undang.
Claudio Nenobesi mengaku mendapatkan pengalaman penting dalam mendukung kegiatan pelepasliaran satwa di Hutan Adat Isyo, Kampung Rhepang Muaif, Distrik Nimbokrang, Kabupaten Jayapura.
"Semoga ke depan satwa-satwa endemik Papua semakin terjaga," katanya.
Pengelola Hutan Adat Isyo Alex Waisimon menyatakan gembira karena banyak anak muda terlibat menjaga keseimbangan alam.
"Filosofi konservasi menurut masyarakat adat di Rhepang Muaif dan sekitarnya, yang diucapkan dalam bahasa Genyem, 'temung tey temung frip' di mana secara umum filosofi tersebut membawa pesan agar mengambil secukupnya dari alam, sementara yang lain ditinggalkan untuk dinikmati anak cucu," katanya.
Di antara satwa yang dilepasliarkan pada Minggu (17/10), terdapat satu ekor cenderawasih kuning kecil (Paradisaea minor), dua ekor kakatua koki (Cacatua galerita), dan sembilan ekor kasturi kepala hitam
(Lorius lory).
Satwa itu, termasuk dalam daftar satwa yang dilindungi undang-undang, berstatus least concern (risiko rendah) dalam IUCN Redlist dan termasuk appendix II CITES.