Timika (ANTARA) - Perempuan pengusaha dari Papua Lina Tabo menyatakan sangat berduka atas meninggalnya Kapten Pilot Kuntardi saat kecelakaan pesawat Smart Air (Smart Aviation) dengan kode penerbangan PK-SNN di Bandara Aminggaru, Ilaga, Kabupaten Puncak, Senin pagi.

Ditemui di kamar jenazah RSUD Mimika, Senin, Lina Tabo menyatakan terima kasih atas dedikasi dan pelayanan Kapten Pilot Kuntardi (almarhum) kepada masyarakat di pedalaman Papua selama ini.

Sebab melalui jasa para pilot yang menerbangkan pesawat kecil/perintis ke distrik dan kampung-kampung pedalaman Papua yang kondisi geografis ditambah kondisi cuacanya yang sulit, maka masyarakat yang bermukim di pedalaman Papua bisa mendapatkan bahan kebutuhan pokok dan berbagai kebutuhan pembangunan lainnya.

"Almarhum orangnya luar biasa. Kami sudah seperti keluarga sendiri. Luar biasa pelayanan dan pengabdian beliau untuk kami masyarakat di Kabupaten Puncak dan sekitarnya. Tanpa mereka, masyarakat di sana sulit mendapatkan barang kebutuhan pokok, sebab semua barang kebutuhan pokok harus diangkut dengan pesawat terbang dari Timika," katanya.

Lina sendiri berprofesi sebagai pengusaha sekaligus kontraktor. Saat ini Lina sedang mengerjakan proyek pengaspalan lapangan terbang di Distrik Agandugume, Kabupaten Puncak.

Begitu mendengar kabar bahwa Kapten Pilot Kuntardi meninggal dunia dalam kecelakaan pesawat Smart Air di Bandara Aminggaru, Ilaga, dan jenazahnya dievakuasi ke RSUD Mimika, Lina langsung bergegas menuju kamar jenazah RSUD Mimika.

Sambil berlinang air mata, Lina memeluk peti jenazah Kapten Pilot Kuntardi.

"Saya biasa memakai jasa pesawat Smart Air untuk mengangkut material bahan bangunan dari Timika ke Agandugume. Bapak pilot ini (Kapten Pilot Kuntardi) biasa melayani ke sana," tutur Lina sembari menahan haru.

Dalam setahun terakhir, Lina selalu menggunakan jasa penerbangan Smart Air untuk mengangkut material bahan bangunan maupun barang kebutuhan pokok ke Agandugume.

Sepak terjang Lina Tabo sebagai pencarter pesawat perintis ke pedalaman Papua telah dimulai sejak 2011 bekerja sama dengan penerbangan Susi Air dan kemudian berlanjut dengan penerbangan Enggang Air sejak 2017 hingga 2019.

Kepada keluarga almarhum Kapten Pilot Kuntardi, Lina hanya menitip pesan untuk mengikhlaskan kepergian almarhum.

"Saya percaya Bapak Pilot Kuntardi yang sudah melayani masyarakat Papua dengan penuh kesetiaan dan kebaikan hatinya mendapatkan tempat di sisi Tuhan. Bagi keluarga yang ditinggalkan, yaitu isteri dan anak-anak, semoga mendapat penghiburan dari Tuhan," ujarnya.

Saat penerbangan dari Bandara Mozes Kilangin Timika ke Bandara Aminggaru Ilaga pada Senin (25/10) pagi itu, pesawat Smart Air jenis cesna grand caravan mengangkut bahan kebutuhan pokok untuk masyarakat di Kabupaten Puncak.

"Semuanya barang kebutuhan pokok masyarakat, seperti daging ayam, sayur-mayur dan lain-lain. Pesawat terbang dari Bandara Timika pada pukul 07.40 WIT dan tiba di Bandara Ilaga pada pukul 08.15 WIT," kata Kapten Alan Satria Purnama, selaku Pimpinan Kantor Perwakilan Smart Air di Timika.

Jenazah Kapten Pilot Kuntardi sudah diberangkatkan ke Jakarta pada Senin petang dengan penerbangan Batik Air dari Bandara Timika.

"Rencananya sampai di Jakarta beliau langsung dikebumikan," ujar Kapten Alan.

Adapun Kopilot Baskoro yang ikut dalam penerbangan pesawat Smart Air yang mengalami kecelakaan itu juga sudah dievakuasi ke Timika dan saat ini menjalani perawatan di RSUD Mimika.

Pewarta : Evarianus Supar
Editor : Muhsidin
Copyright © ANTARA 2024