Wamena (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua membutuhkan daerah pemekaran, seperti Lanny Jaya dan Tolikara, bergotong royong menangani anak jalanan yang saat ini berada di Jayawijaya.
Kepala Dinas Sosial Kabupaten Jayawijaya Nikolas Itlay di Wamena, Sabtu, mengatakan kebanyakan anak jalanan yang setiap hari dijumpai di pusat kota Jayawijaya berasal dari daerah pemekaran, termasuk Lanny Jaya dan Tolikara itu.
"Sebenarnya kalau ada dana 'sharing' dari kabupaten lain, kita gotong royong bisa kita selesaikan masalah ini. Tetapi selama inikan beban pembiayaan hanya Pemda Jayawijaya. Anak jalanan paling banyak itu dari kabupaten pemekaran, bukan dari kami Jayawijaya," katanya.
Pemerintah Kabupaten Jayawijaya tidak memiliki rumah singgah untuk melatih anak-anak jalanan itu sehingga mereka masih tetap menggantungkan hidupnya di jalan.
"Warga yang ada inikan sebenarnya beban dari kabupaten lain yang datang ke Wamena (Jayawijaya) akhirnya tidak punya pekerjaan. Selama ini mereka tidak sekolah. Setiap hari hanya berada di depan tokoh dan mengisap lem aibon," katanya.
Sebagian besar anak-anak itu dibiarkan berkeliaran tanpa pengawasan orang tua mereka.
"Orang tua juga tidak pernah bina anak-anak, mereka lepas begitu akhirnya jadi aibon (anak yang konsumsi lem aibon), mereka tutup kendaraan di sepanjang jalan," katanya.
Jayawijaya sedang menyusun peraturan daerah (perda) untuk penanggulangan anak jalanan yang hingga saat ini belum bisa diatasi tersebut.
Anak jalanan di Jayawijaya biasa dijumpai di Jalan Irian, Jalan Sulawesi, Jalan Yos Sudarso, Jalan Safri Darwin, Jalan Trikora, Jalan Tawes, Jalan Pramuka, Jalan Ahmad Yani, Pasar Sinakma, dan pasar-pasar lainnya.
Kepala Dinas Sosial Kabupaten Jayawijaya Nikolas Itlay di Wamena, Sabtu, mengatakan kebanyakan anak jalanan yang setiap hari dijumpai di pusat kota Jayawijaya berasal dari daerah pemekaran, termasuk Lanny Jaya dan Tolikara itu.
"Sebenarnya kalau ada dana 'sharing' dari kabupaten lain, kita gotong royong bisa kita selesaikan masalah ini. Tetapi selama inikan beban pembiayaan hanya Pemda Jayawijaya. Anak jalanan paling banyak itu dari kabupaten pemekaran, bukan dari kami Jayawijaya," katanya.
Pemerintah Kabupaten Jayawijaya tidak memiliki rumah singgah untuk melatih anak-anak jalanan itu sehingga mereka masih tetap menggantungkan hidupnya di jalan.
"Warga yang ada inikan sebenarnya beban dari kabupaten lain yang datang ke Wamena (Jayawijaya) akhirnya tidak punya pekerjaan. Selama ini mereka tidak sekolah. Setiap hari hanya berada di depan tokoh dan mengisap lem aibon," katanya.
Sebagian besar anak-anak itu dibiarkan berkeliaran tanpa pengawasan orang tua mereka.
"Orang tua juga tidak pernah bina anak-anak, mereka lepas begitu akhirnya jadi aibon (anak yang konsumsi lem aibon), mereka tutup kendaraan di sepanjang jalan," katanya.
Jayawijaya sedang menyusun peraturan daerah (perda) untuk penanggulangan anak jalanan yang hingga saat ini belum bisa diatasi tersebut.
Anak jalanan di Jayawijaya biasa dijumpai di Jalan Irian, Jalan Sulawesi, Jalan Yos Sudarso, Jalan Safri Darwin, Jalan Trikora, Jalan Tawes, Jalan Pramuka, Jalan Ahmad Yani, Pasar Sinakma, dan pasar-pasar lainnya.