Palangka Raya (ANTARA) - Sejumlah dosen di Universitas Muhammadiyah Palangkaraya (UMPR) yang tergabung dalam tim pengabdian masyarakat mengubah umbi bawang dayak menjadi produk olahan berupa gummy yang bertekstur kenyal dan manis.
"Pengembangan bawang dayak yang merupakan obat tradisional menjadi produk gummy ini sebagai salah satu upaya meningkatkan peluang usaha," kata Ketua Tim Pengabdian Masyarakat UMPR Apt Rezqi Handayani MPH di Palangka Raya, Senin.
Tim pengabdian masyarakat UMPR yang terdiri dari Apt. Rezqi Handayani MPH, Nurul Qamariah MSi dan Dibyo Waskito Guntoro MPd dalam program pengolahan umbi bawang dayak menjadi produk olahan berupa gummy bekerja sama dengan SMK Kesehatan Muhammadiyah.
Melalui program tersebut pihaknya juga mengajak 50 siswa dan siswi SMK Kesehatan Muhammadiyah untuk diajarkan pengolahan umbi bawang dayak menjadi gummy yang dapat produksi dan dipasarkan.
Dia menerangkan secara teknis pelaksanaan dibagi menjadi tiga tahap. Pertama pelatihan pengolahan bahan baku obat yang terstandar, pelatihan pengolahan dan pemanfaatan umbi bawang dayak menjadi sediaan obat tradisional gummy.
"Tahapan terakhir yakni pelatihan strategi pemasaran STP dan bauran pemasaran atau marketing mix," kata Rezqi.
Teknis pelaksanaan kegiatan pelatihan diawali dengan memberikan pre tes terlebih kepada siswa dengan tujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman dasar siswa.
Selanjutnya, pelatihan yang berdurasi 1,5 jam sampai dengan 2 jam per sesi berupa penyampaian terhadap para siswa yang dilanjutkan dengan tanya jawab dan diskusi.
Sebelum penutup kegiatan tim kembali membagikan alat ukur berupa post test dengan tujuan untuk mengetahui capaian dari materi pelatihan yang telah diberikan.
"Kami pun berharap bahwa ilmu yang diberikan tidak hanya berhenti sampai disini, melainkan dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam membuka usaha gummy bawang dayak secara profesional," katanya.
Dia mengatakan dipilihnya umbi bawang dayak sebagai bahan produk olahan itu karena memiliki khasiat tinggi dan menjadi salah satu jenis tumbuhan obat tradisional di Kalimantan yang mudah didapat.
Bawang dayak atau yang dikenal dengan nama ilmiah Eleutherine Bulbosa merupakan salah satu tumbuhan asli Kalimantan yang digunakan sebagai salah satu bahan masakan dan obat tradisional masyarakat Suku Dayak Kalimantan Tengah.
Berdasarkan hasil kajian dan penelitian terhadap umbi bawang dayak mengandung metabolit sekunder yaitu flavonoid, polifenol, alkaloid, kuinon, tanin, steroid, monoterpenoid dan seskuiterpenoid.
Adanya kandungan metabolit sekunder pada umbi Bawang Dayak membuktikan secara ilmiah bahwa umbi Bawang Dayak memiliki efek farmakologis dan dapat dijadikan obat tradisional.
"Oleh karena itu saat ini umbi Bawang Dayak menjadi salah satu bahan baku sediaan obat tradisional yang mempunyai peluang yang besar untuk dikembangkan," katanya.*
"Pengembangan bawang dayak yang merupakan obat tradisional menjadi produk gummy ini sebagai salah satu upaya meningkatkan peluang usaha," kata Ketua Tim Pengabdian Masyarakat UMPR Apt Rezqi Handayani MPH di Palangka Raya, Senin.
Tim pengabdian masyarakat UMPR yang terdiri dari Apt. Rezqi Handayani MPH, Nurul Qamariah MSi dan Dibyo Waskito Guntoro MPd dalam program pengolahan umbi bawang dayak menjadi produk olahan berupa gummy bekerja sama dengan SMK Kesehatan Muhammadiyah.
Melalui program tersebut pihaknya juga mengajak 50 siswa dan siswi SMK Kesehatan Muhammadiyah untuk diajarkan pengolahan umbi bawang dayak menjadi gummy yang dapat produksi dan dipasarkan.
Dia menerangkan secara teknis pelaksanaan dibagi menjadi tiga tahap. Pertama pelatihan pengolahan bahan baku obat yang terstandar, pelatihan pengolahan dan pemanfaatan umbi bawang dayak menjadi sediaan obat tradisional gummy.
"Tahapan terakhir yakni pelatihan strategi pemasaran STP dan bauran pemasaran atau marketing mix," kata Rezqi.
Teknis pelaksanaan kegiatan pelatihan diawali dengan memberikan pre tes terlebih kepada siswa dengan tujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman dasar siswa.
Selanjutnya, pelatihan yang berdurasi 1,5 jam sampai dengan 2 jam per sesi berupa penyampaian terhadap para siswa yang dilanjutkan dengan tanya jawab dan diskusi.
Sebelum penutup kegiatan tim kembali membagikan alat ukur berupa post test dengan tujuan untuk mengetahui capaian dari materi pelatihan yang telah diberikan.
"Kami pun berharap bahwa ilmu yang diberikan tidak hanya berhenti sampai disini, melainkan dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam membuka usaha gummy bawang dayak secara profesional," katanya.
Dia mengatakan dipilihnya umbi bawang dayak sebagai bahan produk olahan itu karena memiliki khasiat tinggi dan menjadi salah satu jenis tumbuhan obat tradisional di Kalimantan yang mudah didapat.
Bawang dayak atau yang dikenal dengan nama ilmiah Eleutherine Bulbosa merupakan salah satu tumbuhan asli Kalimantan yang digunakan sebagai salah satu bahan masakan dan obat tradisional masyarakat Suku Dayak Kalimantan Tengah.
Berdasarkan hasil kajian dan penelitian terhadap umbi bawang dayak mengandung metabolit sekunder yaitu flavonoid, polifenol, alkaloid, kuinon, tanin, steroid, monoterpenoid dan seskuiterpenoid.
Adanya kandungan metabolit sekunder pada umbi Bawang Dayak membuktikan secara ilmiah bahwa umbi Bawang Dayak memiliki efek farmakologis dan dapat dijadikan obat tradisional.
"Oleh karena itu saat ini umbi Bawang Dayak menjadi salah satu bahan baku sediaan obat tradisional yang mempunyai peluang yang besar untuk dikembangkan," katanya.*