Jakarta (ANTARA) - Ahli epidemiologi dari Universitas Andalas Defriman Djafri mengatakan varian Omicron (B.1.1.529) virus corona penyebab COVID-19 menyebar lebih cepat sehingga perlu diwaspadai agar tidak masuk Indonesia.

"Omicron menyebar lebih cepat dan dapat menyebar di antara orang-orang yang sudah divaksinasi ganda atau dua kali," katanya saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Senin.

Defriman yang juga Ketua Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia Cabang Provinsi Sumatera Barat itu menuturkan ada mutasi yang ekstensif dan secara signifikan dari sebelumnya, dan akibatnya sebagian dapat melewati perlindungan vaksin.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan Omicron dengan status variant of concern (VoC), meskipun WHO saat ini sedang mendalami dan menyelidiki penularan Omicron lebih mudah menular dari orang ke orang.

Variant of concern adalah varian virus corona yang menyebabkan peningkatan penularan dan kematian. Bahkan, varian virus corona yang masuk dalam kategori ini juga disebut memiliki kemampuan dalam memengaruhi efektivitas vaksin.

Meskipun penyebab belum jelas, katanya, peningkatan kasus hasil tes positif terus meningkat di Afrika Selatan. Dari sisi tingkat keparahan, juga belum jelas terkait dengan karakteristik Omicron.

Data awal memang melaporkan tingkat keparahan dengan terjadinya peningkatan tingkat rawatan rumah sakit di Afrika Selatan, dan jika dibandingkan dengan varian lain termasuk Delta, infeksi lebih parah.

Defriman mengatakan gejala yang dilaporkan memang tidak ada yang berbeda dengan varian lainnya. Namun, infeksi awal terjadi pada mahasiswa, usia muda yang cenderung memiliki gejala yang lebih ringan dari yang lain.

Berdasarkan data di GISAID, Afrika Selatan, Botswana, Hongkong, Australia, Israel, Italia, Kanada, serta Inggris sudah melaporkan adanya varian Omicron.

Varian Omicron pertama kali dilaporkan ke WHO dari Afrika Selatan pada November 2021.

Merespons adanya varian baru tersebut, Defriman menuturkan kewaspadaan dan surveilans di Indonesia harus diperkuat agar cepat terdeteksi jika ada varian baru.

Terhadap kasus-kasus positif COVID-19 yang sudah dilaporkan, harus segera dilakukan pengurutan genom menyeluruh (whole genom sequencing) untuk mendeteksi varian virusnya.

Hanya dengan whole genom sequencing maka dapat diketahui ada tidaknya keberadaan varian baru di Indonesia.

Selain itu, masyarakat diharapkan tetap melakukan protokol kesehatan yang ketat,dan capaian vaksinasi COVID-19 juga harus dikejar saat ini.
 

Pewarta : Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor : Muhsidin
Copyright © ANTARA 2024