Jakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan penyaluran kredit terhadap sektor ultramikro (UMi) dapat mengakselerasi pelaku usaha untuk naik kelas.
“Bantuan tunai yang telah kami berikan bisa tersalurkan ke sektor ultramikro. Bantuan-bantuan ini kami berikan, sehingga tentu kalau dilanjutkan ke kredit ultramikro, sehingga kebutuhan layanan keuangan sektor ultramikro bisa terpenuhi. Kita juga bisa mendorong inklusi finansial dan menopang stimulus yang telah diberikan pemerintah,” kata Menko Airlangga dalam BRI Microfinance Outlook 2022, Kamis.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pada kesempatan yang sama membeberkan bahwa misi besar dalam membawa sektor ultramikro naik kelas itu perlu diperkuat dengan sistem yang terintegrasi dan tata kelola data yang cakap.
“Jadi niat baik dan tujuan mulia harus disiapkan dengan sistem yang andal dan data terintegrasi sehingga dapat dipertanggungjawabkan dengan baik. Bila integrasinya makin baik, bisa reach pelaku ultra mikro yang unbankable,” ujarnya.
Data BRI Research Institute mengungkapkan sebanyak 45 juta pelaku usaha ultramikro di Indonesia. Kendati demikian, sebanyak 30 juta pelaku usaha ultramikro masih belum tersentuh oleh layanan keuangan formal.
Sri Mulyani mempercayakan holding BUMN ultramikro yang terbentuk sejak 13 September 2021 ini untuk mengangkat potensi sektor ini. Hal tersebut dibarengi dengan efisiensi yang tercipta berkat konsolidasi holding ultramikro, sebagaimana tampak dari penurunan Cost of Fund (CoF) BRI Group.
Pemberdayaan usaha ultramikro melalui pembiayaan juga berpotensi untuk meningkatkan penyerapan tenaga kerja, sesuai dengan keinginan Kementerian Keuangan yang menargetkan pembiayaan terhadap 29 juta UMi pada tahun 2024 sehingga dapat menyerap 29 juta tenaga kerja yang akan meningkatkan kesejahteraan dan menanggulangi kemiskinan.
Senada, Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo juga menekankan pentingnya integrasi data sebagai faktor kunci untuk memastikan strategi holding ultramikro tepat sasaran.
“Penggunaan data analytic untuk menjadi sumber analisa kredit hingga sosial sehingga bisa menjadi lebih tepat sasaran. Tidak hanya kredit, BRI Group juga memberikan pemberdayaan untuk memastikan pelaku usaha ini sustainable,” ungkap Kartika.
Dalam menjawab tantangan tersebut, Direktur Utama BRI Sunarso menegaskan kesiapan aspek integrasi data dan sistem holding ultramikro telah memadai. Kesiapan itu bersanding dengan aspek likuiditas dan permodalan yang kuat untuk melakukan ekspansi ke sektor ultramikro.
“Kami bentuk holding ultramikro dengan melalui proses rights issue. Di tengah situasi yang tidak mudah, aksi korporasi BRI tersebut dapat terserap Rp95,9 triliun sehingga hal tersebut menyebabkan dari sisi likuiditas dan permodalan BRI yang semakin kuat. Kedepan, BRI punya kemampuan untuk tumbuh secara agresif dengan ekosistem yang telah terintegrasi,” jelas Sunarso dalam paparannya.
Di tahun ini, Sunarso menargetkan ada tambahan 5 juta nasabah ultra mikro baru yang dilayani holding tersebut. Adapun total nasabah per Desember 2021 telah menembus 25,2 juta nasabah. Dalam jangka panjang, holding ultramikro memasang target bisa melayani 45 juta pelaku usaha sebagai nasabah pada 2024.