Timika (ANTARA) - Tokoh senior Papua Michael Manufandu mendukung penuh program pemerintah untuk terus mengirim putra-putri asli Papua melanjutkan pendidikan ke luar negeri dalam upaya mempercepat pembangunan sumber daya manusia (SDM) unggul di provinsi ujung timur Indonesia itu.
"Saya melihat program afirmasi di bidang pendidikan dengan mengirim anak-anak Papua yang potensial belajar ke luar negeri sangat penting sekali," kata Manufandu saat dihubungi Antara dari Timika, Rabu.
Dia menambahkan, hasilnya sudah terasa sekarang ini dimana ada begitu banyak anak-anak Papua yang studi di luar negeri seperti di Amerika Serikat, Australia, Selandia Baru, di Eropa dan negara-negara lain. Banyak dari mereka yang bagus-bagus.
Mantan Dubes RI untuk negara Kolumbia itu mengatakan saat ini dirinya diminta bantuan oleh DPD RI untuk menjadi penghubung dalam program pengiriman mahasiswa Papua untuk belajar ke luar negeri.
Peserta yang bisa ikut dalam program tersebut, katanya, harus memiliki kemampuan penguasaan bahasa Inggris dengan syarat test toefl minimal 4,5 dan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) lebih dari 3.00 dan telah menyelesaikan pendidikan strata satu.
"Yang memenuhi syarat bisa mengajukan lamaran melalui Profesor Indroyono, kami siap memberikan rekomendasi. Kalau mereka memenuhi persyaratan maka pemerintah akan mengirim mereka untuk studi di luar negeri, entah di negara manapun," ujarnya.
Manufandu yang sudah cukup lama bertugas sebagai penasihat Pemerintah RI untuk urusan Papua mengaku dalam beberapa kesempatan saat melakukan lawatan ke luar negeri sempat bertemu dan berdiskusi dengan para mahasiswa Papua.
"Saya pernah memberikan ceramah kepada mahasiswa Papua di Selandia Baru, di Australia. Mereka banyak sekali," tuturnya.
Dengan kualitas pendidikan yang baik di luar negeri, Manufandu berharap para mahasiswa memanfaatkan kesempatan langka tersebut untuk menimba dan menyerap banyak ilmu pengetahuan dan teknologi yang maju pesat guna menjadi bekal ketika kembali ke Indonesia setelah menyelesaikan studi.
"Dengan bekal pendidikan yang baik tentu membuat mereka jauh lebih rasional dan profesional ketimbang emosional. Kecuali kalau mereka larut dalam situasi yang lain. Anak-anak harus menyadari bahwa bekal pendidikan yang mereka terima di luar negeri itu untuk membangun masa depan mereka yang jauh lebih menjanjikan sehingga benar-benar menjadi orang profesional di bidangnya," kata mantan Wali Kota Administratif Jayapura itu.
Dia menambahkan, lapangan pekerjaan sangat terbuka luas bagi anak-anak Papua yang menyelesaikan pendidikan di luar negeri dengan prestasi yang membanggakan. Mereka bisa melamar untuk bekerja sebagai PNS atau menjadi orang-orang profesional di perusahaan-perusahaan swasta dalam dan luar negeri, pegawai BUMN ataupun diharapkan bisa menjadi enterpreneur yang mampu menciptakan lapangan pekerjaan sendiri.
"Kalau sudah sekolah tinggi-tinggi, tidak perlu lagi harus bergantung ke pemerintah atau bergantung pada belas kasihan pemerintah. Dengan bekal ilmu yang diperoleh, silakan bekerja di mana saja, entah jadi PNS, pegawai BUMN, boleh bekerja di perusahaan swasta nasional atau swasta luar negeri seperti PT Freeport atau mereka bisa menciptakan usaha secara mandiri. Karena pengetahuan yang mereka dapatkan di luar negeri itu membentuk karakter mereka menjadi orang-orang profesional di bidangnya," ujarnya.
Saat ini, katanya, Kementerian BUMN membuka lowongan untuk 1.000 orang anak-anak muda profesional untuk dapat bekerja di berbagai perusahaan BUMN. Kesempatan itu juga bisa dimanfaatkan oleh anak-anak asli Papua yang potensial.
Jika sebelumnya program studi ke luar negeri bagi anak-anak asli Papua dikirim oleh Pemprov Papua menggunakan dana Otonomi Khusus (Otsus), ke depan hal itu akan diambil-alih oleh DPD, tidak lagi melalui program Otsus.
Meski demikian, katanya, terbuka kesempatan lain melalui pemerintah kabupaten/kota di Papua untuk dapat mengirim anak-anak asli Papua studi ke luar negeri melalui dana pendidikan yang diterima oleh setiap daerah.
Selain melalui Pemda, kesempatan studi ke luar negeri bagi anak-anak asli Papua juga bisa melalui dana kemitraan yang disediakan oleh PT Freeport Indonesia untuk pemberdayaan masyarakat asli tujuh suku di Kabupaten Mimika, dimana dana tersebut kini dikelola oleh Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK).
"Setahu saya Freeport juga punya program beasiswa untuk anak-anak asli tujuh suku di Mimika untuk melanjutkan studi tidak hanya SMP, SMA dan Perguruan Tinggi dalam negeri, bahkan sampai melanjutkan studi ke luar negeri. Ada juga anak-anak yang dibiayai oleh Freeport untuk studi ke luar negeri, terutama anak-anak karyawan Freeport sendiri," ujarnya.
Dia berharap dana-dana beasiswa yang disiapkan oleh pemerintah maupun pihak swasta untuk pendidikan anak-anak asli Papua untuk dapat melanjutkan pendidikan hingga ke luar negeri itu sungguh-sungguh dimanfaatkan sebaik mungkin untuk meningkatkan derajat kualitas SDM Papua yang siap pakai dan kompetitif di era yang penuh dengan persaingan ketat dalam segala bidang dewasa ini.
"Saya melihat program afirmasi di bidang pendidikan dengan mengirim anak-anak Papua yang potensial belajar ke luar negeri sangat penting sekali," kata Manufandu saat dihubungi Antara dari Timika, Rabu.
Dia menambahkan, hasilnya sudah terasa sekarang ini dimana ada begitu banyak anak-anak Papua yang studi di luar negeri seperti di Amerika Serikat, Australia, Selandia Baru, di Eropa dan negara-negara lain. Banyak dari mereka yang bagus-bagus.
Mantan Dubes RI untuk negara Kolumbia itu mengatakan saat ini dirinya diminta bantuan oleh DPD RI untuk menjadi penghubung dalam program pengiriman mahasiswa Papua untuk belajar ke luar negeri.
Peserta yang bisa ikut dalam program tersebut, katanya, harus memiliki kemampuan penguasaan bahasa Inggris dengan syarat test toefl minimal 4,5 dan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) lebih dari 3.00 dan telah menyelesaikan pendidikan strata satu.
"Yang memenuhi syarat bisa mengajukan lamaran melalui Profesor Indroyono, kami siap memberikan rekomendasi. Kalau mereka memenuhi persyaratan maka pemerintah akan mengirim mereka untuk studi di luar negeri, entah di negara manapun," ujarnya.
Manufandu yang sudah cukup lama bertugas sebagai penasihat Pemerintah RI untuk urusan Papua mengaku dalam beberapa kesempatan saat melakukan lawatan ke luar negeri sempat bertemu dan berdiskusi dengan para mahasiswa Papua.
"Saya pernah memberikan ceramah kepada mahasiswa Papua di Selandia Baru, di Australia. Mereka banyak sekali," tuturnya.
Dengan kualitas pendidikan yang baik di luar negeri, Manufandu berharap para mahasiswa memanfaatkan kesempatan langka tersebut untuk menimba dan menyerap banyak ilmu pengetahuan dan teknologi yang maju pesat guna menjadi bekal ketika kembali ke Indonesia setelah menyelesaikan studi.
"Dengan bekal pendidikan yang baik tentu membuat mereka jauh lebih rasional dan profesional ketimbang emosional. Kecuali kalau mereka larut dalam situasi yang lain. Anak-anak harus menyadari bahwa bekal pendidikan yang mereka terima di luar negeri itu untuk membangun masa depan mereka yang jauh lebih menjanjikan sehingga benar-benar menjadi orang profesional di bidangnya," kata mantan Wali Kota Administratif Jayapura itu.
Dia menambahkan, lapangan pekerjaan sangat terbuka luas bagi anak-anak Papua yang menyelesaikan pendidikan di luar negeri dengan prestasi yang membanggakan. Mereka bisa melamar untuk bekerja sebagai PNS atau menjadi orang-orang profesional di perusahaan-perusahaan swasta dalam dan luar negeri, pegawai BUMN ataupun diharapkan bisa menjadi enterpreneur yang mampu menciptakan lapangan pekerjaan sendiri.
"Kalau sudah sekolah tinggi-tinggi, tidak perlu lagi harus bergantung ke pemerintah atau bergantung pada belas kasihan pemerintah. Dengan bekal ilmu yang diperoleh, silakan bekerja di mana saja, entah jadi PNS, pegawai BUMN, boleh bekerja di perusahaan swasta nasional atau swasta luar negeri seperti PT Freeport atau mereka bisa menciptakan usaha secara mandiri. Karena pengetahuan yang mereka dapatkan di luar negeri itu membentuk karakter mereka menjadi orang-orang profesional di bidangnya," ujarnya.
Saat ini, katanya, Kementerian BUMN membuka lowongan untuk 1.000 orang anak-anak muda profesional untuk dapat bekerja di berbagai perusahaan BUMN. Kesempatan itu juga bisa dimanfaatkan oleh anak-anak asli Papua yang potensial.
Jika sebelumnya program studi ke luar negeri bagi anak-anak asli Papua dikirim oleh Pemprov Papua menggunakan dana Otonomi Khusus (Otsus), ke depan hal itu akan diambil-alih oleh DPD, tidak lagi melalui program Otsus.
Meski demikian, katanya, terbuka kesempatan lain melalui pemerintah kabupaten/kota di Papua untuk dapat mengirim anak-anak asli Papua studi ke luar negeri melalui dana pendidikan yang diterima oleh setiap daerah.
Selain melalui Pemda, kesempatan studi ke luar negeri bagi anak-anak asli Papua juga bisa melalui dana kemitraan yang disediakan oleh PT Freeport Indonesia untuk pemberdayaan masyarakat asli tujuh suku di Kabupaten Mimika, dimana dana tersebut kini dikelola oleh Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK).
"Setahu saya Freeport juga punya program beasiswa untuk anak-anak asli tujuh suku di Mimika untuk melanjutkan studi tidak hanya SMP, SMA dan Perguruan Tinggi dalam negeri, bahkan sampai melanjutkan studi ke luar negeri. Ada juga anak-anak yang dibiayai oleh Freeport untuk studi ke luar negeri, terutama anak-anak karyawan Freeport sendiri," ujarnya.
Dia berharap dana-dana beasiswa yang disiapkan oleh pemerintah maupun pihak swasta untuk pendidikan anak-anak asli Papua untuk dapat melanjutkan pendidikan hingga ke luar negeri itu sungguh-sungguh dimanfaatkan sebaik mungkin untuk meningkatkan derajat kualitas SDM Papua yang siap pakai dan kompetitif di era yang penuh dengan persaingan ketat dalam segala bidang dewasa ini.