Jakarta (ANTARA) - Wakil Presiden Ri Ma'ruf Amin berharap Nahdlatul Ulama (NU) bisa memanfaatkan berbagai potensi yang ada untuk menjadi lokomotif gerakan perbaikan.
Hal itu disampaikan Wapres dalam sambutannya secara virtual, pada acara puncak peringatan hari lahir ke-99 NU, yang disaksikan di Jakarta, Kamis malam.
“Bagaimana menjadikan potensi yang dimiliki NU itu menjadi sebagai lokomotif gerakan perbaikan, sebagai lokomotif al-harakatul ishlahiyah di semua aspek, sehingga dia bukan merupakan kekuatan yang hanya terkumpul tapi tidak memberikan dampak dinamika terhadap perbaikan-perbaikan, tetapi dia justru bagaimana bisa menjadi kekuatan itu lokomotif penggerak di berbagai sektor,” ujar Wapres.
Wapres mengatakan NU sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia memiliki banyak ulama dan cendekiawan yang berdaya saing secara nasional maupun internasional. Hal tersebut merupakan kekuatan serta potensi yang harus dikelola dengan baik.
Wapres menyampaikan, mengutip pernyataan Hadlratus Syekh Hasyim Asy’ari, NU adalah jam’iyyatu ishlahin, organisasi perbaikan. Sehingga NU merupakan sebuah gerakan ulama dalam menuntun umat ke arah kebaikan di berbagai bidang.
“Nahdlatul Ulama adalah gerakan ulama dalam memperbaiki umat, baik menyangkut masalah keagamaan maupun masalah kemasyarakatan. Kemasyarakatan tentu menyangkut soal ekonomi, budaya, soal politik, dan semua aspek kemasyarakatan,” papar Wapres.
Oleh karena itu, Wapres berharap kepada para pemimpin NU di setiap tingkatan untuk dapat menjadi dinamo penggerak yang akan membawa seluruh jaringan NU baik di Indonesia maupun di luar negeri untuk menjadi penggerak di semua tingkatan.
“Itu arti dari pada Nahdlatul Ulama itu kebangkitan ulama. Sebab kalau tidak terjadi gerakan itu bukan Nahdlatul Ulama lagi namanya, tapi sukutul ulama, diamnya ulama,” ujar Wapres.
Hal itu disampaikan Wapres dalam sambutannya secara virtual, pada acara puncak peringatan hari lahir ke-99 NU, yang disaksikan di Jakarta, Kamis malam.
“Bagaimana menjadikan potensi yang dimiliki NU itu menjadi sebagai lokomotif gerakan perbaikan, sebagai lokomotif al-harakatul ishlahiyah di semua aspek, sehingga dia bukan merupakan kekuatan yang hanya terkumpul tapi tidak memberikan dampak dinamika terhadap perbaikan-perbaikan, tetapi dia justru bagaimana bisa menjadi kekuatan itu lokomotif penggerak di berbagai sektor,” ujar Wapres.
Wapres mengatakan NU sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia memiliki banyak ulama dan cendekiawan yang berdaya saing secara nasional maupun internasional. Hal tersebut merupakan kekuatan serta potensi yang harus dikelola dengan baik.
Wapres menyampaikan, mengutip pernyataan Hadlratus Syekh Hasyim Asy’ari, NU adalah jam’iyyatu ishlahin, organisasi perbaikan. Sehingga NU merupakan sebuah gerakan ulama dalam menuntun umat ke arah kebaikan di berbagai bidang.
“Nahdlatul Ulama adalah gerakan ulama dalam memperbaiki umat, baik menyangkut masalah keagamaan maupun masalah kemasyarakatan. Kemasyarakatan tentu menyangkut soal ekonomi, budaya, soal politik, dan semua aspek kemasyarakatan,” papar Wapres.
Oleh karena itu, Wapres berharap kepada para pemimpin NU di setiap tingkatan untuk dapat menjadi dinamo penggerak yang akan membawa seluruh jaringan NU baik di Indonesia maupun di luar negeri untuk menjadi penggerak di semua tingkatan.
“Itu arti dari pada Nahdlatul Ulama itu kebangkitan ulama. Sebab kalau tidak terjadi gerakan itu bukan Nahdlatul Ulama lagi namanya, tapi sukutul ulama, diamnya ulama,” ujar Wapres.