Jakarta (ANTARA) - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk bersinergi dengan PT Katalis Sinergi Indonesia, yang merupakan perusahaan patungan antara PT Pertamina (Persero), PT Pupuk Indonesia (Persero), dan ITB, memperkuat pengembangan pabrik katalis Merah Putih.
Realisasi pembiayaan dilaksanakan dengan ditandatanganinya perjanjian kredit oleh Pemimpin Divisi Bisnis Korporasi 3 BNI Rudy Sihombing dengan Direktur Utama Katalis Sinergi Indonesia Achmad Setiawan di Kawasan Industri Kujang Cikampek, Jabar, Rabu.
"Pemberian fasilitas pembiayaan ini merupakan bukti nyata implementasi brand BNI Go Green yang mengukuhkan BNI sebagai pelopor green banking di Indonesia," kata Pemimpin Divisi Bisnis Korporasi 3 BNI Rudy Sihombing.
Pabrik tersebut merupakan salah satu proyek strategis nasional (PSN) yang akan memproduksi katalis, yang sepenuhnya dikembangkan dan dipatenkan secara mandiri di dalam negeri.
Pabrik Katalis Sinergi Indonesia ini akan menghasilkan sekitar 800 ton katalis per tahun yang berasal dari dua lini produksi.
Katalis Merah Putih yang diproduksi pada tahap awal terdiri dari katalis hydrotreating untuk keperluan Pertamina sebesar 64 persen dan katalis untuk keperluan industri oleokimia di Indonesia sebesar 36 persen.
"Pada sinergi ini, BNI berperan memberikan pembiayaan dan solusi perbankan untuk keperluan pembangunan pabrik katalis Merah Putih, yang merupakan produsen katalis pertama dari Indonesia," ujarnya.
Rudy menjelaskan dukungan pembiayaan atas proyek pembangunan pabrik katalis Merah Putih merupakan ekspansi kredit berwawasan lingkungan pertama BNI pada 2022, berkontribusi kepada penambahan green portfolio perusahaan serta wujud pembuktian BNI sebagai salah satu bank yang menjadi motor penggerak pelaksana keuangan berkelanjutan di Indonesia.
Pembiayaan proyek katalis Merah Putih bentuk kontribusi BNI dalam menyediakan one stop banking solution terhadap greenfield project yang dapat memberikan dampak baik secara bisnis maupun lingkungan dengan pemberian fasilitas yang terdiri dari kredit investasi, modal kerja, serta pemberian plafond LC/SKBDN, GB, dan SBLC dengan nilai total maksimum mencapai Rp257,9 miliar.
Dengan pembangunan pabrik ini diharapkan mampu mengurangi ketergantungan impor katalis secara signifikan, mempercepat lahirnya inovasi produk dan teknologi baru, membangun daya saing industri dalam negeri sekaligus meningkatkan kemandirian dan ketahanan energi bangsa Indonesia.
Katalis yang akan diproduksi KSI merupakan katalis yang telah dikembangkan secara bersama baik oleh Pertamina sebagai calon user serta ITB sebagai technology provider.
Dikarenakan pengembangan katalis dilakukan secara bersama dengan user sehingga produk katalis KSI memiliki comparative advantage dibandingkan produk sejenis di industri.
Direktur Utama PT Pupuk Kujang Maryadi menegaskan katalis merupakan hal yang sangat penting dalam hampir semua aspek kehidupan dan hampir semua industri pasti akan memerlukan katalis.
Selain itu, Indonesia merupakan produsen sawit terbesar kedua di dunia setelah Malaysia yang mana melalui katalis bisa merubah sawit menjadi bahan bakar hijau.
"Dengan adanya dukungan terhadap pembangunan pabrik katalis Merah Putih akan menjadi bukti bahwa bangsa Indonesia mampu menciptakan katalis sendiri tanpa tergantung dari pasokan katalis impor luar negeri," ujarnya.