Jayapura (ANTARA) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) wilayah V Jayapura menyebutkan enam faktor yang mempengaruhi iklim di Provinsi Papua.
Kepala BMKG wilayah V Jayapura Hendro Nugroho di Jayapura, Sabtu, mengatakan berdasarkan prakiraan cuaca enam faktor tersebut yakni fluktuasi suhu permukaan laut Samudra Pasifik ekuator, Inter-Tropical Convergence Zone (ITCZ), Monsun Asia Tenggara-Australia, sirkulasi Hadley dan Walker, serta MJO.
"Iklim Papua juga turut dipengaruhi oleh tiga sistem peredaran angin yakni angin pasat, angin meridional dan angin lokal," katanya.
Menurut Nugroho keseluruhan faktor tersebut berinteraksi membentuk suatu sistem baik lokal, regional, maupun global yang kemudian turut menentukan varian dan keragaman iklim di Bumi Cenderawasih.
"Papua merupakan sebuah pulau yang sangat topografi dan beragam menjadikan cuaca dan iklim di wilayah itu begitu dinamis dan kompleks," ujarnya.
Dia menjelaskan, kondisi Iklim di Papua sangat bergantung pada kondisi Iklim di Samudra Pasifik sebagai penyuplai uap air terbesar di Papua sehingga diprediksikan kondisi La Nina akan bertahan hingga pertengahan tahun 2022.
"Itu artinya peluang hujan masih berpotensi terjadi hingga waktu tersebut" katanya lagi.
Dia menambahkan, kondisi ENSO (El Nino Southern Oscillation) diprediksi akan terus melemah dari Maret hingga Mei 2022 yang artinya pengurangan curah hujan juga mulai terjadi.
"Ini akan terus diperbaharui setiap dasarian atau 10 harian dan kedatangan musim kemarau sangat berkaitan erat dengan peralihan angin monsoon Asia menjadi angin monsoon Australia," ujarnya lagi.
Kepala BMKG wilayah V Jayapura Hendro Nugroho di Jayapura, Sabtu, mengatakan berdasarkan prakiraan cuaca enam faktor tersebut yakni fluktuasi suhu permukaan laut Samudra Pasifik ekuator, Inter-Tropical Convergence Zone (ITCZ), Monsun Asia Tenggara-Australia, sirkulasi Hadley dan Walker, serta MJO.
"Iklim Papua juga turut dipengaruhi oleh tiga sistem peredaran angin yakni angin pasat, angin meridional dan angin lokal," katanya.
Menurut Nugroho keseluruhan faktor tersebut berinteraksi membentuk suatu sistem baik lokal, regional, maupun global yang kemudian turut menentukan varian dan keragaman iklim di Bumi Cenderawasih.
"Papua merupakan sebuah pulau yang sangat topografi dan beragam menjadikan cuaca dan iklim di wilayah itu begitu dinamis dan kompleks," ujarnya.
Dia menjelaskan, kondisi Iklim di Papua sangat bergantung pada kondisi Iklim di Samudra Pasifik sebagai penyuplai uap air terbesar di Papua sehingga diprediksikan kondisi La Nina akan bertahan hingga pertengahan tahun 2022.
"Itu artinya peluang hujan masih berpotensi terjadi hingga waktu tersebut" katanya lagi.
Dia menambahkan, kondisi ENSO (El Nino Southern Oscillation) diprediksi akan terus melemah dari Maret hingga Mei 2022 yang artinya pengurangan curah hujan juga mulai terjadi.
"Ini akan terus diperbaharui setiap dasarian atau 10 harian dan kedatangan musim kemarau sangat berkaitan erat dengan peralihan angin monsoon Asia menjadi angin monsoon Australia," ujarnya lagi.