Jayapura (ANTARA) - Sesaat setelah menghadiri undangan resepsi pernikahan putri pertama Sekda Puncak Jaya di Distrik Wanggar Nabire, Bupati Puncak Jaya Yuni Wonda bersama rombongan forkopimda dan pejabat yang ikut langsung dihadang sejumlah masyarakat. Sontak kejadian tersebut terjadi pada Sabtu (21/5) menarik perhatian sejumlah warga yang direspon Bupati Yuni dengan langsung turun dari kendaraannya.
Dalam siaran pers kepada Antara di Jayapura, Senin, Bupati Yuni didampingi Dandim 1714/Puncak Jaya Letkol Inf Denny Salurerung bersama Ketua DPRD Puncak Jaya Zakaria Telenggen. Hadir juga para Asisten dan Staf Ahli serta pejabat Eselon II dan III.
Kelompok masyarakat Puncak Jaya yang merantau ke Nabire tersebut berasal dari mahasiswa, gembala dan pengurus gereja dan masyarakat biasa. Mereka bermaksud menyampaikan keluhan dan aspirasi kepada orang nomor satu di Puncak Jaya terkait beberapa hal.
Di antaranya, Rivan Morib yang merupakan mahasiswa USWIM Nabire bermaksud meminta bantuan terkait kegiatan penerimaan mahasiswa baru asal Puncak Jaya yang kesulitan biaya.
Selanjutnya ada, Manius Enumbi seorang Hamba Tuhan sekaligus pengurus Klasis GIDI Wayuwanggar di Distrik Wanggar mengeluhkan masih kekurangan biaya penyelesaian pembangunan Aula Klasis Wayuwanggar.
Bahkan ada, Mileki Wonda seorang masyarakat yang berdomisili di Kalimati. Ia mengaku dari Distrik Gubume Puncak Jaya yang terlantar di Nabire dan kesulitan biaya untuk kembali ke Puncak Jaya guna menyelesaikan masalah pribadi.
Alih-alih menolak semua itu, bupati bersama rombongan malah turun menerima semua aspirasi. "Saya datang bukan karena keinginan saya dan bukan urusan dinas, tetapi memenuhi undangan. Terkait segala persoalan masyarakat yang berada diluar Puncak Jaya itu diluar kewenangan saya selaku Bupati. Saya tidak bisa ikut campur. Semua masalah, bawa-bawa nama Bupati mengaku masyarakat Puncak Jaya. Tidak ada satu orang pun yang bisa mengklaim bahwa saya dititip Bupati di nabire atau di manapun, jadi klo ada masalah harus Bupati tanggung jawab. Itu keputusan saudara untuk ke sini," jelasnya.
Terkait keluhan mahasiswa, bupati menjelaskan "Kami sudah renovasi Asrama Mahasiswa Nabire. Betul tidak? Hal itu sudah direncanakan bersama DPRD dan prioritas Asrama Nabire dibandingkan di kota studi lain, jadi harus bersyukur," ujarnya di depan mahasiswa.
Bupati mengaku bahwa setiap tahunnya anggaran Pemda Puncak Jaya telah menganggarkan beasiswa tugas belajar lebih dari Rp10 miliar dari APBD untuk mahasiswa di beberapa kota studi. Kebijakan tersebut diharapkan meringankan biaya pendidikan selama berkuliah yang notabene jauh dari keluarga.
Bupati menyayangkan dari laporan masih dijumpai oknum mahasiswa menerima beasiswa pemda yang berasal dari lulusan SMA/SMK di Puncak Jaya tapi dari luar daerah. "Saya tidak akan bantu kalau dia di luar lulusan SMA/SMK daerah kami. Meski dia mengaku orang Puncak Jaya, suku kami," katanya.
Kendati demikian, Bupati Yuni pada 4 Juni 2022 melalui Kepala Bappeda akan menyerahkan bantuan langsung mewakili bupati kepada Kerukunan Mahasiswa Nabire guna kepentingan penerimaan mahasiswa baru.
Terkait keluhan gereja di Nabire, bupati menyebutkan "Di Puncak Jaya ada tujuh denominasi gereja, semua dibantu oleh Pemda Puncak Jaya dan dibebankan pada APBD. Klasis Wayuwanggar masuk wilayah Nabire, dari aspek lokasi bukan kewenangan Puncak Jaya. Tetapi akan kami bantu lewat Asisten I mewakili Bupati Puncak Jaya," jelasnya. Di samping itu Bupati akan berkomunikasi dengan Bupati Nabire untuk menyampaikan keluhan tersebut.
Bupati berharap agar penjelasan yang diberikan harus dipahami dengan baik mengingat segala bantuan dalam ranah pemda sejatinya harus melalui berbagai mekanisme hibah dengan didahului pembahasan bersama legislatif dengan pertimbangan kemampuan daerah dan faktor lain. Selain itu pihaknya berharap agar warganya tetap melaporkan dan berkonsultasi dengan pemerintah lokal.
Terkait keluhan pribadi masyarakat yang menghendaki pulang ke Mulia, Bupati memerintahkan kepala BPKAD untuk diakomodir dan diberangkatkan.
Selepas itu, bupati menyerahkan bantuan sebesar Rp10 juta kepada kelompok masyarakat yang hadir. Yilia selaku perwakilan yang hadir menyampaikan apresiasi kepada kepemimpinan Bupati yang responsif dan selalu mendengar keluhan masyarakat sehingga mengantarkan Puncak Jaya semakin Aman, Mandiri dan Sejahtera.
Menutup arahannya, bupati berpesan "Warga saya yang ada di Nabire atau di manapun anda berada, jangan pernah melakukan tindakan kriminal baik judi, mabuk, praktik togel apalagi kekerasan lain yang merusak sebaliknya harus berbuat baik dan berkontribusi bagi kepentingan manfaat masyarakat setempat . Tunjukkan contoh yang baik bahwa orang Puncak Jaya bisa menjadi contoh bukan menjadi sumber masalah," tambahnya.
Dalam siaran pers kepada Antara di Jayapura, Senin, Bupati Yuni didampingi Dandim 1714/Puncak Jaya Letkol Inf Denny Salurerung bersama Ketua DPRD Puncak Jaya Zakaria Telenggen. Hadir juga para Asisten dan Staf Ahli serta pejabat Eselon II dan III.
Kelompok masyarakat Puncak Jaya yang merantau ke Nabire tersebut berasal dari mahasiswa, gembala dan pengurus gereja dan masyarakat biasa. Mereka bermaksud menyampaikan keluhan dan aspirasi kepada orang nomor satu di Puncak Jaya terkait beberapa hal.
Di antaranya, Rivan Morib yang merupakan mahasiswa USWIM Nabire bermaksud meminta bantuan terkait kegiatan penerimaan mahasiswa baru asal Puncak Jaya yang kesulitan biaya.
Selanjutnya ada, Manius Enumbi seorang Hamba Tuhan sekaligus pengurus Klasis GIDI Wayuwanggar di Distrik Wanggar mengeluhkan masih kekurangan biaya penyelesaian pembangunan Aula Klasis Wayuwanggar.
Bahkan ada, Mileki Wonda seorang masyarakat yang berdomisili di Kalimati. Ia mengaku dari Distrik Gubume Puncak Jaya yang terlantar di Nabire dan kesulitan biaya untuk kembali ke Puncak Jaya guna menyelesaikan masalah pribadi.
Alih-alih menolak semua itu, bupati bersama rombongan malah turun menerima semua aspirasi. "Saya datang bukan karena keinginan saya dan bukan urusan dinas, tetapi memenuhi undangan. Terkait segala persoalan masyarakat yang berada diluar Puncak Jaya itu diluar kewenangan saya selaku Bupati. Saya tidak bisa ikut campur. Semua masalah, bawa-bawa nama Bupati mengaku masyarakat Puncak Jaya. Tidak ada satu orang pun yang bisa mengklaim bahwa saya dititip Bupati di nabire atau di manapun, jadi klo ada masalah harus Bupati tanggung jawab. Itu keputusan saudara untuk ke sini," jelasnya.
Terkait keluhan mahasiswa, bupati menjelaskan "Kami sudah renovasi Asrama Mahasiswa Nabire. Betul tidak? Hal itu sudah direncanakan bersama DPRD dan prioritas Asrama Nabire dibandingkan di kota studi lain, jadi harus bersyukur," ujarnya di depan mahasiswa.
Bupati mengaku bahwa setiap tahunnya anggaran Pemda Puncak Jaya telah menganggarkan beasiswa tugas belajar lebih dari Rp10 miliar dari APBD untuk mahasiswa di beberapa kota studi. Kebijakan tersebut diharapkan meringankan biaya pendidikan selama berkuliah yang notabene jauh dari keluarga.
Bupati menyayangkan dari laporan masih dijumpai oknum mahasiswa menerima beasiswa pemda yang berasal dari lulusan SMA/SMK di Puncak Jaya tapi dari luar daerah. "Saya tidak akan bantu kalau dia di luar lulusan SMA/SMK daerah kami. Meski dia mengaku orang Puncak Jaya, suku kami," katanya.
Kendati demikian, Bupati Yuni pada 4 Juni 2022 melalui Kepala Bappeda akan menyerahkan bantuan langsung mewakili bupati kepada Kerukunan Mahasiswa Nabire guna kepentingan penerimaan mahasiswa baru.
Terkait keluhan gereja di Nabire, bupati menyebutkan "Di Puncak Jaya ada tujuh denominasi gereja, semua dibantu oleh Pemda Puncak Jaya dan dibebankan pada APBD. Klasis Wayuwanggar masuk wilayah Nabire, dari aspek lokasi bukan kewenangan Puncak Jaya. Tetapi akan kami bantu lewat Asisten I mewakili Bupati Puncak Jaya," jelasnya. Di samping itu Bupati akan berkomunikasi dengan Bupati Nabire untuk menyampaikan keluhan tersebut.
Bupati berharap agar penjelasan yang diberikan harus dipahami dengan baik mengingat segala bantuan dalam ranah pemda sejatinya harus melalui berbagai mekanisme hibah dengan didahului pembahasan bersama legislatif dengan pertimbangan kemampuan daerah dan faktor lain. Selain itu pihaknya berharap agar warganya tetap melaporkan dan berkonsultasi dengan pemerintah lokal.
Terkait keluhan pribadi masyarakat yang menghendaki pulang ke Mulia, Bupati memerintahkan kepala BPKAD untuk diakomodir dan diberangkatkan.
Selepas itu, bupati menyerahkan bantuan sebesar Rp10 juta kepada kelompok masyarakat yang hadir. Yilia selaku perwakilan yang hadir menyampaikan apresiasi kepada kepemimpinan Bupati yang responsif dan selalu mendengar keluhan masyarakat sehingga mengantarkan Puncak Jaya semakin Aman, Mandiri dan Sejahtera.
Menutup arahannya, bupati berpesan "Warga saya yang ada di Nabire atau di manapun anda berada, jangan pernah melakukan tindakan kriminal baik judi, mabuk, praktik togel apalagi kekerasan lain yang merusak sebaliknya harus berbuat baik dan berkontribusi bagi kepentingan manfaat masyarakat setempat . Tunjukkan contoh yang baik bahwa orang Puncak Jaya bisa menjadi contoh bukan menjadi sumber masalah," tambahnya.