Jayapura (ANTARA) - Sebanyak 14 musisi muda dari berbagai daerah Tanah Air dikenalkan budaya Papua dalam acara sarasehan yang berlangsung di Club Pecinta Alam Hirosi di kawasan Cycloop, Sentani, Kabupaten Jayapura, Selasa.
Antropolog sekaligus pemberi materi dalam sarasehan budaya Papua Enrico Yory Kondologit dalam siaran pers yang diterima Antara di Jayapura, Selasa, mengatakan Papua begitu kaya karena ada sekitar 250 lebih suku bangsa dan bahasa di Bumi Cenderawasih tersebut.
"Secara tradisional kesenian tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan sebab melalui kesenian dapat menyampaikan dan menyalurkan pengalaman, rasa dan ide kepada orang lain," katanya.
Menurut Enrico, dalam kesenian terdapat simbol-simbol yang dianggap sakral dan penuh makna yang kerap dikatakan sebagai rahasia hidup orang Papua.
Dengan begitu orang Papua dapat dikenali dari aspek budaya di mana ada beberapa pandangan yang digunakan salah satunya ialah konsep mengenai pembagian atau pengklasifikasian wilayah budaya di tanah Papua yang sudah ada sejak 1983.
"Itu dilakukan oleh Don A.L. Flassy dengan merujuk pada tujuh aspek etnografi dan corak seni budaya di Papua serta dihubungkan dengan beberapa penelitian yang dilakukan oleh antropolog barat seperti J.G. Held (1979) tentang “Cultuur Provincies” (Provinsi Kebudayaan) dan oleh A.A. Gerbrands (1979) tentang “Art Style Areas” (Wilayah Gaya Seni)," ujarnya.
Dia menambahkan kemudian Flassy membagi wilayah budaya Papua ke dalam 14 bagian antara lain wilayah Budaya Tabi, Saireri, Doberai, Bomberai, Ha Anim, La Paqo dan Mee Paqo.
Sementara itu, Direktur Perfilman, Musik, dan Media, Kemendikbudristek RI, Ahmad Mahendra menjelaskan menghelat sarasehan budaya Papua merupakan rangkaian awal dari agenda temu seni.
"Sarasehan budaya Papua di ajang temu seni ini memberikan kesempatan bagi 14 musisi muda peserta untuk mendapatkan cakrawala pengetahuan dan pemahaman utuh tentang kekayaan seni dan budaya di Papua," katanya.
Menurut Ahmad, program temu seni tidak hanya untuk mewujudkan wadah pertemuan para praktisi seni kontemporer dari berbagai wilayah di Indonesia, namun juga dapat menjadi sarana berbagi dan diskusi serta kolaborasi.
"Juga sebagai ajang bertukar pikiran antara seniman-seniman muda Indonesia sehingga diharapkan juga akan terbangun jejaring baru diantara para seniman muda ini yang nantinya akan muncul dukungan terhadap satu sama lain serta menjadi salah satu jalan pembuka terciptanya pengembangan karya seni baru," ujarnya.
Dia menambahkan pihaknya berharap agar ke depan budaya Papua harus dipertahankan eksistensi melalui seni yang ada saat ini sehingga dapat menjadi warisan bagi generasi Bumi Cenderawasih pada masa mendatang.
Dalam acara sarasehan perkenalan budaya Papua, 14 musisi muda peserta ajang temu seni menikmati sajian apik dua tarian khas Papua yaitu Tarian Penyambutan dan Drama Tari yang dipentaskan dengan begitu indah oleh para penari dari Sanggar Eni Budaya Reymay, Sentani Jayapura, bagian dari CPA Hirosi yang diasuh oleh Marshall Suebu.
Temu seni Jayapura melibatkan 14 peserta dari berbagai provinsi dua fasilitator yakni maestro musik Indonesia yang telah mendapat berbagai penghargaan nasional dan internasional; Sutanto atau Tanto Mendut dan Joko Suranto (Gombloh) serta dua narasumber yang merupakan antropolog, praktisi, peneliti seni dan dosen Enrico Yosi Kondologit dan Prof. DR. Djohan Salim bekerjasama dengan komunitas seni lokal yang berperan penting untuk merancang pelaksanaan Action Papua.
14 musisi muda Indonesia yang turut serta dalam Temu Seni antara lain adalah; Wahyu Thoyyib Pambayun, Rani Jambak, Halida Bungan Fisandra, Sraya Murtikanti, I Gede Yogi Sukawiadnyana, Presley Talaut, Christian Setyo Adi, Melfritin Waimbo, Yudhi Kalwa, Bastian Marani, Purwoko Ryan Ajayanto, Sri Hanuraga, Ana Adila Putri dan Yuddan Fijar SugmaTimur.
Antropolog sekaligus pemberi materi dalam sarasehan budaya Papua Enrico Yory Kondologit dalam siaran pers yang diterima Antara di Jayapura, Selasa, mengatakan Papua begitu kaya karena ada sekitar 250 lebih suku bangsa dan bahasa di Bumi Cenderawasih tersebut.
"Secara tradisional kesenian tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan sebab melalui kesenian dapat menyampaikan dan menyalurkan pengalaman, rasa dan ide kepada orang lain," katanya.
Menurut Enrico, dalam kesenian terdapat simbol-simbol yang dianggap sakral dan penuh makna yang kerap dikatakan sebagai rahasia hidup orang Papua.
Dengan begitu orang Papua dapat dikenali dari aspek budaya di mana ada beberapa pandangan yang digunakan salah satunya ialah konsep mengenai pembagian atau pengklasifikasian wilayah budaya di tanah Papua yang sudah ada sejak 1983.
"Itu dilakukan oleh Don A.L. Flassy dengan merujuk pada tujuh aspek etnografi dan corak seni budaya di Papua serta dihubungkan dengan beberapa penelitian yang dilakukan oleh antropolog barat seperti J.G. Held (1979) tentang “Cultuur Provincies” (Provinsi Kebudayaan) dan oleh A.A. Gerbrands (1979) tentang “Art Style Areas” (Wilayah Gaya Seni)," ujarnya.
Dia menambahkan kemudian Flassy membagi wilayah budaya Papua ke dalam 14 bagian antara lain wilayah Budaya Tabi, Saireri, Doberai, Bomberai, Ha Anim, La Paqo dan Mee Paqo.
Sementara itu, Direktur Perfilman, Musik, dan Media, Kemendikbudristek RI, Ahmad Mahendra menjelaskan menghelat sarasehan budaya Papua merupakan rangkaian awal dari agenda temu seni.
"Sarasehan budaya Papua di ajang temu seni ini memberikan kesempatan bagi 14 musisi muda peserta untuk mendapatkan cakrawala pengetahuan dan pemahaman utuh tentang kekayaan seni dan budaya di Papua," katanya.
Menurut Ahmad, program temu seni tidak hanya untuk mewujudkan wadah pertemuan para praktisi seni kontemporer dari berbagai wilayah di Indonesia, namun juga dapat menjadi sarana berbagi dan diskusi serta kolaborasi.
"Juga sebagai ajang bertukar pikiran antara seniman-seniman muda Indonesia sehingga diharapkan juga akan terbangun jejaring baru diantara para seniman muda ini yang nantinya akan muncul dukungan terhadap satu sama lain serta menjadi salah satu jalan pembuka terciptanya pengembangan karya seni baru," ujarnya.
Dia menambahkan pihaknya berharap agar ke depan budaya Papua harus dipertahankan eksistensi melalui seni yang ada saat ini sehingga dapat menjadi warisan bagi generasi Bumi Cenderawasih pada masa mendatang.
Dalam acara sarasehan perkenalan budaya Papua, 14 musisi muda peserta ajang temu seni menikmati sajian apik dua tarian khas Papua yaitu Tarian Penyambutan dan Drama Tari yang dipentaskan dengan begitu indah oleh para penari dari Sanggar Eni Budaya Reymay, Sentani Jayapura, bagian dari CPA Hirosi yang diasuh oleh Marshall Suebu.
Temu seni Jayapura melibatkan 14 peserta dari berbagai provinsi dua fasilitator yakni maestro musik Indonesia yang telah mendapat berbagai penghargaan nasional dan internasional; Sutanto atau Tanto Mendut dan Joko Suranto (Gombloh) serta dua narasumber yang merupakan antropolog, praktisi, peneliti seni dan dosen Enrico Yosi Kondologit dan Prof. DR. Djohan Salim bekerjasama dengan komunitas seni lokal yang berperan penting untuk merancang pelaksanaan Action Papua.
14 musisi muda Indonesia yang turut serta dalam Temu Seni antara lain adalah; Wahyu Thoyyib Pambayun, Rani Jambak, Halida Bungan Fisandra, Sraya Murtikanti, I Gede Yogi Sukawiadnyana, Presley Talaut, Christian Setyo Adi, Melfritin Waimbo, Yudhi Kalwa, Bastian Marani, Purwoko Ryan Ajayanto, Sri Hanuraga, Ana Adila Putri dan Yuddan Fijar SugmaTimur.