Sentani (ANTARA) - Sebanyak 15 kampung di Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua, mengikuti lomba anugerah desa wisata nasional 2023, meningkat dibandingkan 2021.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Jayapura Ted Y Mokay di Sentani, Selasa, mengatakan pada 2021 hanya lima kampung (tempat wisata) yang didaftarkan ikut lomba Anugerah Desa Wisata Nasional.
“Setelah saya jabat sebagai kepala dinas, barulah diusulkan menjadi 15 tempat wisata ikut lomba desa wisata nasional,” katanya.
Menurut Ted, potensi wisata daerahnya sangat banyak sehingga kalau dikelola dengan baik maka akan mendapatkan keuntungan, baik masyarakatnya maupun pemerintah.
“Kami usulkan itu supaya masyarakat pemilik lokasi objek wisata itu dapat mengelola tempat tersebut sebaik mungkin untuk dapat mendatangkan wisatawan luar maupun lokal,” ujarnya.
Ted menjelaskan dengan potensi yang dimiliki kampung wisata, maka masyarakat dapat tergerak untuk terus mengembangkan berbagai usaha sehingga kesejahteraan tercapai.
“Dana kampung itu kan besar, sehingga tata kelola harus diatur dengan baik supaya program pembangunan khususnya pariwisata juga ikut didorong,” katanya.
Dia menambahkan kalau pariwisata sudah berjalan maka uang akan datang dengan sendirinya ke kampung, dan masyarakat dapat menikmati hasilnya.
“Contohnya ada kegiatan budaya atau pariwisata, maka masyarakat setempat dapat menjual suvenir, oleh-oleh khas kampung tersebut yang dapat dibeli oleh wisatawan,” ujarnya.
Tempat wisata tersebut yakni Kampung Hobong (Bhanjebei), Pulau Hosena (Ayapo), Hutan Sagu, dermaga warna-warni (Yoboi), Bukit Bhulem Mokho (Ifar Besar), Dusun Sagu (Sere).
Lalu, Lukisan Kulit Kayu (Asei Pulau), Kali Bak (Harapan), Tanjung Cinta-Gunung Teletabis (Doyo Lama), Kali Biru (Brab), Pantai Tablanusu, Pantai Tablasupa, Kali Bambar (Doyo Baru), Kerajinan Gerabah (Abar), Danau Love (Putali).*
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Jayapura Ted Y Mokay di Sentani, Selasa, mengatakan pada 2021 hanya lima kampung (tempat wisata) yang didaftarkan ikut lomba Anugerah Desa Wisata Nasional.
“Setelah saya jabat sebagai kepala dinas, barulah diusulkan menjadi 15 tempat wisata ikut lomba desa wisata nasional,” katanya.
Menurut Ted, potensi wisata daerahnya sangat banyak sehingga kalau dikelola dengan baik maka akan mendapatkan keuntungan, baik masyarakatnya maupun pemerintah.
“Kami usulkan itu supaya masyarakat pemilik lokasi objek wisata itu dapat mengelola tempat tersebut sebaik mungkin untuk dapat mendatangkan wisatawan luar maupun lokal,” ujarnya.
Ted menjelaskan dengan potensi yang dimiliki kampung wisata, maka masyarakat dapat tergerak untuk terus mengembangkan berbagai usaha sehingga kesejahteraan tercapai.
“Dana kampung itu kan besar, sehingga tata kelola harus diatur dengan baik supaya program pembangunan khususnya pariwisata juga ikut didorong,” katanya.
Dia menambahkan kalau pariwisata sudah berjalan maka uang akan datang dengan sendirinya ke kampung, dan masyarakat dapat menikmati hasilnya.
“Contohnya ada kegiatan budaya atau pariwisata, maka masyarakat setempat dapat menjual suvenir, oleh-oleh khas kampung tersebut yang dapat dibeli oleh wisatawan,” ujarnya.
Tempat wisata tersebut yakni Kampung Hobong (Bhanjebei), Pulau Hosena (Ayapo), Hutan Sagu, dermaga warna-warni (Yoboi), Bukit Bhulem Mokho (Ifar Besar), Dusun Sagu (Sere).
Lalu, Lukisan Kulit Kayu (Asei Pulau), Kali Bak (Harapan), Tanjung Cinta-Gunung Teletabis (Doyo Lama), Kali Biru (Brab), Pantai Tablanusu, Pantai Tablasupa, Kali Bambar (Doyo Baru), Kerajinan Gerabah (Abar), Danau Love (Putali).*