Jayapura (ANTARA) -
Nelayan Orang Asli Papua (OAP) yang biasa mencari ikan di Teluk Youtefa, Kota Jayapura, Papua Septinus K Asyerem (38) menyebut perairan ini adalah surga kehidupan bagi keluarganya.

“Sehari-hari saya bekerja turun untuk buang jaring dari subuh sekitar pukul 03.00 WIT, kemudian jaring diangkat pagi sekitar pukul 07.00 WIT,” katanya, di Teluk Youtefa, Selasa.

Ayah satu anak yang saat ini mengurus bapaknya itu, mengaku kalau tidak ada laut pasti susah untuk membeli kebutuhan sehari-hari.

“Apalagi anak saya sudah kelas satu (10) SMA, dan harus saya kerja keras untuk bisa menghidupi anak dan bapak saya,” ujarnya.

Menurut Septinus, ikan yang diperoleh selain dikonsumsi sendiri, juga dijual ke Pasar Youtefa.

“Kalau rezeki ikan yang diperoleh banyak dan itu bisa dijual dan memperoleh Rp500 ribu-Rp800 ribu per hari (sekali turun ke laut),” katanya lagi.

Tetapi, kata Septinus, kalau bukan rezeki ikan hanya sedikit saja didapat, biasanya Rp200 ribu-Rp300 ribu per hari atau sekali turun ke laut.

“Ya puji Tuhan kami bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari, tetapi kadang juga kekurangan,” ujarnya pula.

Dia menambahkan, selain ikan yang biasa diperoleh, juga sering mendapatkan kerang atau bahasa setempat menyebutnya bia.

“Kami juga sering cari bia atau kerang saat air turun, dan kalau banyak diasar (dikeringkan) kemudian dibawa ke pasar untuk dijual,” katanya lagi.

Ikan yang sering diperoleh dan menjadi sumber pangan maupun penghasilan bagi nelayan di Abepantai, Distrik Abepura, Kota Jayapura yakni bubara (Caranx melampygus).

Ikan peperek bondolan atau Gazza minuta (Leiognatrhidae), gutila (Lethrinus laticaudis), kembung (Rastrelliger sp), tenggiri (Scomberomorini) dan kadang-kadang juga belanak (Moolgarda seheli).
 
 
 

Pewarta : Yudhi Efendi
Editor : Muhsidin
Copyright © ANTARA 2024