Sentani (ANTARA) - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Jayapura Papua mencatat telah terjadi penurunan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di daerah itu sejak tahun 2023.
Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Jayapura Edward Sihotang ketika dihubungi ANTARA di Sentani Senin mengatakan, jumlah kasus DBD tahun lalu ada puluhan, dan hanya satu kasus yang menyebabkan meninggal dunia.
“Kasus DBD terjadi pada awal tahun 2023 menyebabkan satu balita meninggal dunia, namun setelah itu langkah pencegahan langsung dilakukan,” katanya.
Dia menjelaskan, setelah terjadi kasus itu Kabupaten Jayapura belum dinyatakan sebagai kasus luar biasa (KLB) tetapi waspada.
“Langkah yang kami lakukan saat itu yaitu fogging teritorial atau distrik bukan fogging fokus untuk mencegah hidupnya nyamuk Aedes Aegypti,” katanya.
Fogging atau atau pengasapan untuk membunuh perkembangan nyamuk demam berdarah (Aedes Aegypti) itu dilakukan di Distrik Sentani Timur, Sentani, dan Waibhu.
“Setelah kami lakukan fogging teritorial dengan surat edaran yang ditandatangani oleh sekda, maka kasus langsung turun atau hilang di Kabupaten Jayapura hingga saat ini,” katanya.
Edward Sihotang menambahkan, untuk mencegah supaya kasus demam berdarah tidak lagi muncul dan mengakibatkan penderita meninggal dunia, antara lain dengan menyediakan alat tes cepat DBD yang telah mulai diadakan pada akhir 2023 hingga awal tahun 2024 ini.
“Biasanya kasus ini terjadi pada awal tahun Januari dan Maret. Dengan dukungan alat ini maka pasien datang demam susah dibedakan akan dites malaria kalau negatif, leukosit di bawah 1.000, dan tidak ada infeksi maka kami langsung lakukan screening DBD. Sehingga kalau didapat lebih cepat maka penanganan pun akan cepat dan menghindari meninggal dunia,” katanya.
Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Jayapura Edward Sihotang ketika dihubungi ANTARA di Sentani Senin mengatakan, jumlah kasus DBD tahun lalu ada puluhan, dan hanya satu kasus yang menyebabkan meninggal dunia.
“Kasus DBD terjadi pada awal tahun 2023 menyebabkan satu balita meninggal dunia, namun setelah itu langkah pencegahan langsung dilakukan,” katanya.
Dia menjelaskan, setelah terjadi kasus itu Kabupaten Jayapura belum dinyatakan sebagai kasus luar biasa (KLB) tetapi waspada.
“Langkah yang kami lakukan saat itu yaitu fogging teritorial atau distrik bukan fogging fokus untuk mencegah hidupnya nyamuk Aedes Aegypti,” katanya.
Fogging atau atau pengasapan untuk membunuh perkembangan nyamuk demam berdarah (Aedes Aegypti) itu dilakukan di Distrik Sentani Timur, Sentani, dan Waibhu.
“Setelah kami lakukan fogging teritorial dengan surat edaran yang ditandatangani oleh sekda, maka kasus langsung turun atau hilang di Kabupaten Jayapura hingga saat ini,” katanya.
Edward Sihotang menambahkan, untuk mencegah supaya kasus demam berdarah tidak lagi muncul dan mengakibatkan penderita meninggal dunia, antara lain dengan menyediakan alat tes cepat DBD yang telah mulai diadakan pada akhir 2023 hingga awal tahun 2024 ini.
“Biasanya kasus ini terjadi pada awal tahun Januari dan Maret. Dengan dukungan alat ini maka pasien datang demam susah dibedakan akan dites malaria kalau negatif, leukosit di bawah 1.000, dan tidak ada infeksi maka kami langsung lakukan screening DBD. Sehingga kalau didapat lebih cepat maka penanganan pun akan cepat dan menghindari meninggal dunia,” katanya.