Sentani (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jayapura mendorong masyarakat orang asli Papua (OAP) mengembangkan produk usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dari bahan dasar sagu.
Hal ini juga sejalan dengan perlindungan hutan sagu sebagai sumber pangan lokal yang harus dilindungi.
Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Jayapura Hariyanto di Sentani, Selasa mengatakan banyak olahan yang dapat dikembangkan dari bahan dasar sagu.
“Kita masih terus mendorong pelaku UMKM melalui berbagai pelatihan untuk mereka mampu mengembangkan berbagai produk yang bahan dasarnya dari sagu,” katanya.
Menurut Hariyanto, pelatihan bagi pelaku UMKM di 139 kampung dan lima kelurahan telah dilakukan sejak beberapa tahun lalu hingga saat ini.
“Kami menggunakan alokasi dana Otsus yang mendorong potensi kelompok UMKM atau mama-mama di kampung untuk keluar dari zona nyaman dan melakukan sesuatu yang dapat dinikmati banyak orang,” ujarnya.
Ia menjelaskan dari dukungan itu telah banyak kelompok UMKM yang mulai mengembangkan produk olahan berbahan dasar sagu seperti membuat kue bronis, terang bulan dan es krim.
“Kami rasa ini hal positif yang telah dilakukan, kemudian harus menjadi pemacu semangat bagi lainnya dalam mengembangkannya,” katanya.
Ia menambahkan selain itu juga dengan dorongan untuk membuat produk UMKM berbahan dasar sagu, maka secara tidak langsung telah melestarikan pohon sagu itu sendiri.
“Kami berharap masyarakat dapat kembali kepada makanan lokal juga sekaligus dapat menjaga kelestarian dari hutan sagu, karena dapat sebagai sumber pangan tetapi juga ada nilai ekonomisnya,” ujarnya.
Hal ini juga sejalan dengan perlindungan hutan sagu sebagai sumber pangan lokal yang harus dilindungi.
Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Jayapura Hariyanto di Sentani, Selasa mengatakan banyak olahan yang dapat dikembangkan dari bahan dasar sagu.
“Kita masih terus mendorong pelaku UMKM melalui berbagai pelatihan untuk mereka mampu mengembangkan berbagai produk yang bahan dasarnya dari sagu,” katanya.
Menurut Hariyanto, pelatihan bagi pelaku UMKM di 139 kampung dan lima kelurahan telah dilakukan sejak beberapa tahun lalu hingga saat ini.
“Kami menggunakan alokasi dana Otsus yang mendorong potensi kelompok UMKM atau mama-mama di kampung untuk keluar dari zona nyaman dan melakukan sesuatu yang dapat dinikmati banyak orang,” ujarnya.
Ia menjelaskan dari dukungan itu telah banyak kelompok UMKM yang mulai mengembangkan produk olahan berbahan dasar sagu seperti membuat kue bronis, terang bulan dan es krim.
“Kami rasa ini hal positif yang telah dilakukan, kemudian harus menjadi pemacu semangat bagi lainnya dalam mengembangkannya,” katanya.
Ia menambahkan selain itu juga dengan dorongan untuk membuat produk UMKM berbahan dasar sagu, maka secara tidak langsung telah melestarikan pohon sagu itu sendiri.
“Kami berharap masyarakat dapat kembali kepada makanan lokal juga sekaligus dapat menjaga kelestarian dari hutan sagu, karena dapat sebagai sumber pangan tetapi juga ada nilai ekonomisnya,” ujarnya.