Jayapura (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Papua bersama Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Supiori melalui Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) setempat memberikan pendampingan terhadap calon pengantin baru sebagai upaya pemenuhan gizi.
Kepala BKKBN Papua Sarles Brabar dalam siaran pers yang diterima Antara di Jayapura, Sabtu, mengatakan pemenuhan gizi bagi calon pengantin tetap juga calon pasangan usia subur menjadi salah satu fokus utama dalam pendampingan yang dilakukan Tim Pendamping Keluarga (TPK).
"Pencegahan stunting harus dilakukan sejak sebelum menikah dikarenakan tingginya angka anemia dan kurang gizi pada remaja putri sebelum nikah sehingga pada kehamilan yang terjadi berisiko menghasilkan anak stunting," katanya.
Menurut Sarles, semua sektor harus bergerak untuk menurunkan angka stunting apalagi di Kabupaten Supiori merupakan daerah dengan prevalensi stunting tertinggi di Papua.
"Pendampingan harus lebih banyak dilakukan untuk diberikan edukasi ke sekolah-sekolah lain karena pencegahan jauh lebih penting untuk dilakukan demi generasi-generasi yang akan datang," ujarnya.
Dia menjelaskan peningkatan pemenuhan gizi menjadi indikator penentu untuk mencegah kekurangan energi kronis dan anemia baik pada calon pengantin maupun calon pengantin usia subur yang dapat memperlebar potensi lahirnya bayi stunting.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Supiori Juma'ali mengatakan stunting merupakan salah satu permasalahan kesehatan yang masih menjadi perhatian serius di Indonesia termasuk di Kabupaten Supiori.
"Dampak dari stunting tidak hanya terbatas pada pertumbuhan fisik anak yang terhambat tetapi juga pada perkembangan otak dan kecerdasan anak," katanya.
Dia menjelaskan kesehatan dan kesiapan calon pengantin sebelum memasuki pernikahan serta pasangan usia subur adalah faktor krusial dalam mencegah terjadinya stunting.
Dengan memberikan pelayanan kesehatan yang optimal termasuk pengukuran dan pemeriksaan kami dapat mendeteksi sejak dini potensi resiko kesehatan yang dapat menyebabkan stunting pada anak yang lahir di masa depan," ujarnya.
Dia menambahkan edukasi yang diberikan kepada para calon pengantin baru, pasangan pengantin usia subur dan juga pasangan usia subur tentang pentingnya pola makan sehat, perencanaan kehamilan, serta pentingnya 1.000 hari pertama kehidupan anak merupakan langkah preventif yang sangat penting untuk menurunkan angka stunting di Supiori.
Kepala BKKBN Papua Sarles Brabar dalam siaran pers yang diterima Antara di Jayapura, Sabtu, mengatakan pemenuhan gizi bagi calon pengantin tetap juga calon pasangan usia subur menjadi salah satu fokus utama dalam pendampingan yang dilakukan Tim Pendamping Keluarga (TPK).
"Pencegahan stunting harus dilakukan sejak sebelum menikah dikarenakan tingginya angka anemia dan kurang gizi pada remaja putri sebelum nikah sehingga pada kehamilan yang terjadi berisiko menghasilkan anak stunting," katanya.
Menurut Sarles, semua sektor harus bergerak untuk menurunkan angka stunting apalagi di Kabupaten Supiori merupakan daerah dengan prevalensi stunting tertinggi di Papua.
"Pendampingan harus lebih banyak dilakukan untuk diberikan edukasi ke sekolah-sekolah lain karena pencegahan jauh lebih penting untuk dilakukan demi generasi-generasi yang akan datang," ujarnya.
Dia menjelaskan peningkatan pemenuhan gizi menjadi indikator penentu untuk mencegah kekurangan energi kronis dan anemia baik pada calon pengantin maupun calon pengantin usia subur yang dapat memperlebar potensi lahirnya bayi stunting.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Supiori Juma'ali mengatakan stunting merupakan salah satu permasalahan kesehatan yang masih menjadi perhatian serius di Indonesia termasuk di Kabupaten Supiori.
"Dampak dari stunting tidak hanya terbatas pada pertumbuhan fisik anak yang terhambat tetapi juga pada perkembangan otak dan kecerdasan anak," katanya.
Dia menjelaskan kesehatan dan kesiapan calon pengantin sebelum memasuki pernikahan serta pasangan usia subur adalah faktor krusial dalam mencegah terjadinya stunting.
Dengan memberikan pelayanan kesehatan yang optimal termasuk pengukuran dan pemeriksaan kami dapat mendeteksi sejak dini potensi resiko kesehatan yang dapat menyebabkan stunting pada anak yang lahir di masa depan," ujarnya.
Dia menambahkan edukasi yang diberikan kepada para calon pengantin baru, pasangan pengantin usia subur dan juga pasangan usia subur tentang pentingnya pola makan sehat, perencanaan kehamilan, serta pentingnya 1.000 hari pertama kehidupan anak merupakan langkah preventif yang sangat penting untuk menurunkan angka stunting di Supiori.