Sentani (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jayapura, Papua mengimbau warga daerah setempat untuk melakukan vaksin terhadap hewan ternak babi sejak nol bulan guna mencegah penyebaran Hog Cholera atau demam babi klasik.
Hal ini dilakukan karena satu pekan terakhir di wilayah Jayapura dan sekitarnya terjadi kematian terhadap hewan ternak babi.
Kepala Bidang (Kabid) Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Dinas Perkebunan dan Peternakan (Dispernak) Kabupaten Jayapura drh Adorsina Wompere di Sentani, Selasa mengatakan setelah pihaknya turun lapangan memang ada terjadi kematian terhadap hewan ternak babi di beberapa titik daerah setempat.
“Setelah kami melakukan uji sampel diketahui bahwa kematian itu bukan disebabkan Africa Swine Fever (ASF) atau demam babi Afrika melainkan Hog Cholera atau demam babi klasik;” katanya.
Menurut drh Adorsina, kematian hewan ternak babi saat ini juga tidak sekaligus dalam satu kawanan atau tempat, melainkan kematiannya berbeda tempat.
“Dari hasil turun lapangan kematian babi tidak secara serentak atau matinya sendiri dan tidak berpengaruh terhadap ternak orang lain yang lokasinya berdekatan,” ujarnya.
Dia menjelaskan Hog Cholera atau wabah demam babi klasik di Provinsi Papua sejak beberapa tahun lalu belum terbebas karena kasusnya masih ada meski jumlahnya sedikit.
“Kami terus melakukan sosialisasi untuk mengawasi hewan ternak, hewan dari luar yang masuk, jangan tergiur dengan babi dengan harga murah ketika dibawa pulang bisa jadi hewan yang tadinya sehat di kandang menjadi sakit karena kedatangan hewan baru,” katanya.
Dia menambahkan warga atau peternak harus rajin membersihkan kandang, menyemprotkan kandang dengan disinfektan sebagai keamanan mencegah berbagai penyakit.
“Kami di dinas menyiapkan disinfektan kepada masyarakat atau pun peternak babi secara gratis untuk mendukung usaha peternakan babi,” ujarnya.
Dia menegaskan bahwa untuk kasus African Swine Fever atau demam babi Afrika untuk Provinsi Papua khususnya Kabupaten Jayapura masa kedaruratan telah dicabut karena virus itu sudah tidak ditemukan lagi di masyarakat dan telah diturunkan statusnya dari wabah ke tertular.
“Jadi untuk memastikan Kabupaten Jayapura bebas ASF kami mengambil sampel pada Agustus untuk diperika ke laboratorium di Distrik Sentani, Sentani Timur, Waibu, Sentani Barat serta enam lokasi dan hasilnya negatif,” katanya.
Hal ini dilakukan karena satu pekan terakhir di wilayah Jayapura dan sekitarnya terjadi kematian terhadap hewan ternak babi.
Kepala Bidang (Kabid) Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Dinas Perkebunan dan Peternakan (Dispernak) Kabupaten Jayapura drh Adorsina Wompere di Sentani, Selasa mengatakan setelah pihaknya turun lapangan memang ada terjadi kematian terhadap hewan ternak babi di beberapa titik daerah setempat.
“Setelah kami melakukan uji sampel diketahui bahwa kematian itu bukan disebabkan Africa Swine Fever (ASF) atau demam babi Afrika melainkan Hog Cholera atau demam babi klasik;” katanya.
Menurut drh Adorsina, kematian hewan ternak babi saat ini juga tidak sekaligus dalam satu kawanan atau tempat, melainkan kematiannya berbeda tempat.
“Dari hasil turun lapangan kematian babi tidak secara serentak atau matinya sendiri dan tidak berpengaruh terhadap ternak orang lain yang lokasinya berdekatan,” ujarnya.
Dia menjelaskan Hog Cholera atau wabah demam babi klasik di Provinsi Papua sejak beberapa tahun lalu belum terbebas karena kasusnya masih ada meski jumlahnya sedikit.
“Kami terus melakukan sosialisasi untuk mengawasi hewan ternak, hewan dari luar yang masuk, jangan tergiur dengan babi dengan harga murah ketika dibawa pulang bisa jadi hewan yang tadinya sehat di kandang menjadi sakit karena kedatangan hewan baru,” katanya.
Dia menambahkan warga atau peternak harus rajin membersihkan kandang, menyemprotkan kandang dengan disinfektan sebagai keamanan mencegah berbagai penyakit.
“Kami di dinas menyiapkan disinfektan kepada masyarakat atau pun peternak babi secara gratis untuk mendukung usaha peternakan babi,” ujarnya.
Dia menegaskan bahwa untuk kasus African Swine Fever atau demam babi Afrika untuk Provinsi Papua khususnya Kabupaten Jayapura masa kedaruratan telah dicabut karena virus itu sudah tidak ditemukan lagi di masyarakat dan telah diturunkan statusnya dari wabah ke tertular.
“Jadi untuk memastikan Kabupaten Jayapura bebas ASF kami mengambil sampel pada Agustus untuk diperika ke laboratorium di Distrik Sentani, Sentani Timur, Waibu, Sentani Barat serta enam lokasi dan hasilnya negatif,” katanya.