Jayapura (Antara Papua) - Kapolda Papua Brigjen Pol Paulus Waterpauw meminta keluarga korban membantu identifikasi terhadap korban jatuhnya pesawat Trigana di Oksob, 16 Agustus lalu.
"Tolong bantu kami dalam mempercepat identifikasi dengan memberikan informasi yang dibutuhkan," kata Kapolda Papua di hadapan keluarga korban yang dengan setia menunggu informasi tentang keluarganya yang dipusatkan di gedung serba guna Tongkonan Kotaraja, Kamis.
Paulus mengatakan tim Disaster Victim Identification (DVI) sendiri berupaya agar identifikasi terhadap korban bisa selesai secepat mungkin.
"Setiap hari DVI berupaya mengidentifikasi 10 jenazah," kata Kapolda.
Sebelumnya tim DVI berhasil mengidentifikasi empat korban yang dievakuasi terlebih dahulu ke RS Bhayangkara.
Keempat korban itu masing masing Drs Terianus Salawa yang menjabat Sekretaris Bappeda Pegunungan Bintang, Matius Nikolas Aragai (pegawai kantor pos Jayapura), Labodi alias Boni Woriori (mahasiswa asal Serui), dan Wemdepen Bamulki (guru di Kampung Aldom, Kabupaten Pegunungan Bintang).
Gedung serba guna "Tongkonan" yang berjarak sekitar 200 meter dari RS Bhayangkara saat ini dijadikan tempat bagi keluarga korban untuk mendapatkan informasi tentang perkembangan hasil identifikasi korban. (*)
"Tolong bantu kami dalam mempercepat identifikasi dengan memberikan informasi yang dibutuhkan," kata Kapolda Papua di hadapan keluarga korban yang dengan setia menunggu informasi tentang keluarganya yang dipusatkan di gedung serba guna Tongkonan Kotaraja, Kamis.
Paulus mengatakan tim Disaster Victim Identification (DVI) sendiri berupaya agar identifikasi terhadap korban bisa selesai secepat mungkin.
"Setiap hari DVI berupaya mengidentifikasi 10 jenazah," kata Kapolda.
Sebelumnya tim DVI berhasil mengidentifikasi empat korban yang dievakuasi terlebih dahulu ke RS Bhayangkara.
Keempat korban itu masing masing Drs Terianus Salawa yang menjabat Sekretaris Bappeda Pegunungan Bintang, Matius Nikolas Aragai (pegawai kantor pos Jayapura), Labodi alias Boni Woriori (mahasiswa asal Serui), dan Wemdepen Bamulki (guru di Kampung Aldom, Kabupaten Pegunungan Bintang).
Gedung serba guna "Tongkonan" yang berjarak sekitar 200 meter dari RS Bhayangkara saat ini dijadikan tempat bagi keluarga korban untuk mendapatkan informasi tentang perkembangan hasil identifikasi korban. (*)