Jayapura (Antara Papua) - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Papua Boy Markus Dawir meminta maskapai mengutamakan keselamatan penerbangan dengan bercermin pada kecelakaan pesawat Trigana Air di Kabupaten Pegunungan Bintang, 16 Agustus 2015.
"Kami sudah berkali-kali memberikan masukan kepada pihak penerbangan di Papua untuk mengutamakan keselamatan penumpang dan kargo," kata Ketua Komisi IV DPR Papua yang membidangi infrastruktur Boy Markus Dawir, di Jayapura, Kamis.
Namun, lanjut dia, kini yang terjadi banyak praktik percaloan, dan insiden Trigana membuktikan bahwa penumpang tidak sesuai dengan manifest.
Selanjutnya, kargo yang dimuat juga melebihi kapasitas muat karena dipaksakan.
Kemudian, penanganan muatan berupa bahan bakar minyak juga harus lebih diperhatikan.
"Kalau drum-drumnya tidak diikat dengan baik di dalam pesawat, itu juga bisa menjadi penyebab kecelakaan," katanya.
Keselamatan penerbangan lemah, khususnya di Papua, katanya.
"Sekarang kembali lagi kepada Menteri Pehubungan dan para operator di Papua, kalau masih mau tetap dengan kelakuan-kelakuan seperti itu, pasti korban akan berjatuhan terus," ujarnya.
"Saya lebih bersyukur kalau penerbangan itu berdisiplin seperti penerbangan misionaris, teman-teman pilot asing lebih tertib dan saya pun lebih nyaman memilih terbang dengan mereka," katanya.
Dia menambahkan, bukan berarti mengecilkan pilot dan kru dari Indonesia, tetapi dari kejadian ke kejadian, seperti ada pembiaran-pembiaran.
"Sekali lagi, kembali ke Menteri Perhubungan untuk mendisplinkan semua maskapai penerbangan," ujarnya.
Ia menambahkan, operator penerbangan juga harus memberikan jaminan kenyamanan dan keamanan penumpang, dan kargo juga harus dijaga dengan baik. (*)
"Kami sudah berkali-kali memberikan masukan kepada pihak penerbangan di Papua untuk mengutamakan keselamatan penumpang dan kargo," kata Ketua Komisi IV DPR Papua yang membidangi infrastruktur Boy Markus Dawir, di Jayapura, Kamis.
Namun, lanjut dia, kini yang terjadi banyak praktik percaloan, dan insiden Trigana membuktikan bahwa penumpang tidak sesuai dengan manifest.
Selanjutnya, kargo yang dimuat juga melebihi kapasitas muat karena dipaksakan.
Kemudian, penanganan muatan berupa bahan bakar minyak juga harus lebih diperhatikan.
"Kalau drum-drumnya tidak diikat dengan baik di dalam pesawat, itu juga bisa menjadi penyebab kecelakaan," katanya.
Keselamatan penerbangan lemah, khususnya di Papua, katanya.
"Sekarang kembali lagi kepada Menteri Pehubungan dan para operator di Papua, kalau masih mau tetap dengan kelakuan-kelakuan seperti itu, pasti korban akan berjatuhan terus," ujarnya.
"Saya lebih bersyukur kalau penerbangan itu berdisiplin seperti penerbangan misionaris, teman-teman pilot asing lebih tertib dan saya pun lebih nyaman memilih terbang dengan mereka," katanya.
Dia menambahkan, bukan berarti mengecilkan pilot dan kru dari Indonesia, tetapi dari kejadian ke kejadian, seperti ada pembiaran-pembiaran.
"Sekali lagi, kembali ke Menteri Perhubungan untuk mendisplinkan semua maskapai penerbangan," ujarnya.
Ia menambahkan, operator penerbangan juga harus memberikan jaminan kenyamanan dan keamanan penumpang, dan kargo juga harus dijaga dengan baik. (*)