Timika (Antara Papua) - Anggota DPR Papua Wilhelmus Pigai dan Mathea Mameyao mengapresiasi program Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK) yang membangun indutri sagu rakyat di Kampung Kekwa, Kabupaten Mimika.

"Ini sangat luar biasa. Kami sangat mengapresiasi apa yang dilakukan LPMAK. Pembangunan industri rakyat seperti ini sangat dibutuhkan untuk memberdayakan masyarakat asli Papua sebab mereka tidak punya penghasilan tetap," kata Wilhelmus, anggota Komisi II DPR Papua, kepada Antara di Timika, Jumat.

Wilhelmus meminta Pemprov Papua dan terutama Pemkab Mimika tidak menutup mata dengan program-program LPMAK yang benar-benar menyentuh langsung kebutuhan masyarakat lokal.

"Pemerintah jangan menutup mata, harus sinergis. Tidak boleh jalan sendiri-sendiri," katanya.

Politisi dari Partai Hanura itu mengatakan akan mengajak Gubernur Papua Lukas Enembe untuk datang melihat langsung industri sagu rakyat di Kampung Kekwa, Distrik Mimika Tengah, itu.

"Kalau jadi digelar acara adat pada awal Oktober nanti, kami akan ajak Pak Gubernur untuk hadir di Kekwa untuk melihat sendiri bahwa ada industri rakyat yang sedang dibangun oleh LPMAK," tuturnya.

Anggota Komisi I DPR Papua Mathea Mameyao meminta LPMAK terus memperkuat program pemberdayaan ekonomi masyarakat Suku Amungme dan Kamoro, dimana lokasi pemukiman mereka menjadi daerah terdampak langsung aktivitas pertambangan PT Freeport Indonesia.

"Dari sekarang perusahaan, LPMAK dan Pemda harus bekerja sama untuk memberdayakan masyarakat Amungme dan Kamoro karena wilayah kami menerima segala dampak negatif dari keberadaan perusahaan tambang ini seperti masalah lingkungan yag rusak akibat tailing dan lainnya. Kalau tidak ada perhatian seperti ini maka masyarakat Amungme dan Kamoro lama-lama akan habis dan punah," kata Mathea.

Pada Rabu (23/9), Wilhelmus Pigai dan Mathea Mameyao beserta sejumlah staf LPMAK berkesempatan meninjau langsung industri sagu rakyat di Kampung Kekwa.

Wakil Sekretaris Eksekutif LPMAK Bidang Program Yohanis Arwakon mengatakan pendirian industri sagu rakyat di Kampung Kekwa melalui sebuah kajian dan pergumulan panjang selama tiga tahun.

Sebagian besar fasilitas sudah siap dioperasikan yang meliputi bangunan dan mesin pabrik pembuatan tepung sagu, bak cuci dan penyaringan, lantai jemur, gudang dan lainnya.

"Fasilitas yang masih kurang hanya sarana pendukung saja. Mengingat abrasi sangat tinggi maka kita perlu membangun tanggul penahan di sekeliling lokasi pabrik. Kita juga akan membangun rumah singgah dan fasilitas pengolahan limbah (air cuci tepung sagu)," jelasnya.

Menurut dia, untuk membangun industri sagu rakyat di Kekwa itu, LPMAK menggelontorkan dana hampir mencapai Rp50 miliar. Dibanding industri sejenis di Kabupaten Sorong Selatan yang menghabiskan anggaran sekitar Rp120 miliar, industri sagu rakyat di Kekwa itu cukup irit dari sisi anggaran.

Meski begitu, katanya, kualitas bangunan pabrik yang terbuat dari bahan gabus yang dilapisi campuran semen dan baja anti gempa itu diyakini cukup kuat hingga 50 tahun ke depan.

Adapun mesin pabrik pengolahan tepung sagu di Kekwa itu sudah dilakukan tiga kali uji coba dan siap beroperasi.

Mengingat industri yang dibangun tersebut berskala industri sagu rakyat, maka target produksi awal nantiya sekitar 200 ton tepung sagu per bulan.

Yohanis mengatakan pabrik sagu Kekwa nantinya akan membeli batang-batang sagu dari masyarakat setempat. Secara bergiliran masyarakat dari Kampung Kekwa dan sekitarnya seperti Kokonao, Timika Pantai, Atuka dan lainnya akan menjual batang sagu di lahan ulayat milik mereka ke industri sagu Kekwa.

"Kami belum tentukan harga per batang sagu. Yang jelas kami akan hitung biaya produksinya berapa besar sesuai dengan biaya tenaga kerja dan bahan bakar," jelasnya.

Untuk mengoperasikan industri sagu rakyat Kekwa itu, LPMAK bahkan sampai membajak seorang kepala pabrik dari Selat Panjang, Provinsi Kepulauan Riau.

"Nanti dia yang akan mengajar masyarakat bagaimana cara panen sagu dan memilih sagu yang siap panen. Dia akan dibantu oleh para pemuda dari Kampung Kekwa untuk mengoperasikan industri sagu," jelas Yohanis.

Adapun untuk memperkaya varietas sagu lokal, LPMAK mendatangkan 10 ribu bibit sagu songulu dari daerah Sentani, Jayapura. Sagu jenis songulu itu memiliki kandungan tepung sagu kering hingga 250 kilogram per batang. Kandungan tepung sagu songulu Sentani itu jauh lebih tinggi dari sagu lokal jenis berduri di seluruh dataran rendah Mimika yang hanya maksimal mencapai 150 kilogram per batang.

Bibit-bibit sagu songulu asal Sentani itu nantinya akan ditanam di sekitar lokasi pabrik dan pinggiran sungai agar lebih mudah dipanen. Sebagian bibit akan disebar ke warga untuk ditanam pada lahan ulayat mereka masing-masing.  (*)

Pewarta : Pewarta: Evarianus Supar
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024