Jayapura (Antara Papua) - Balai Arkeologi Jayapura mensosialisasikan hasil penelitian arkeologi situs Gunung Srobu, yang terletak di Kelurahan Abepantai, Distrik Abepura, Kota Jayapura, Papua, Kamis.
Kepala Balai Arkeologi Jayapura, Muhammad Irfan Mahmud, di Jayapura, Kamis, mengatakan, situs Gunung Srobu perlu disosialisasikan kepada para pemangku kepentingan agar peninggalan prasejarah itu bisa dilestarikan.
"Harapan kami sosialisasi ini dapat bermanfaat bagi kita semua karena situs gunung Srobu bisa merupakan bukti bahwa ada aktivitas manusia pada masa lampau di Kota Jayapura," katanya.
Menurut dia, kegiatan yang akan digelar selama sehari penuh itu para nara sumber akan menjelaskan tentang kehidupan yang pernah terjadi di Gunung Srobu pada 330 tahun SM.
"Di Srobu banyak cerita yang perlu diketahui, ada peninggalan prasejarah yang perlu dilestarikan. Di Srobu mulai di mukimi pada 330 tahun SM, dan ditinggalkan pada abad 6 masehi atau sudah sudah ditinggalkan kurang lebih 9 abad," kata Muhammad Irfan Mahmud.
Sementara itu, Erlin Novita Idje Djami, peneliti situs Gunung Srobu mengatakan, tujuan dari sosialisasi tersebut ingin menyampaikan kepada masyarakat tentang keberadaan warisan budaya, nilai penting, dan manfaatnya.
Ia mengajak masyarakat agar terlibat langsung dalam menjaga, memelihara dan melestarikan warisan budaya.
"Termasuk ingin mendorong masyarakat mempunyai rasa memiliki dan bertanggungjawab terhadap keberadaan dan kelestarian situs maupun objek budaya tersebut," katanya.
Pemerintah bersama masyarakat setempat juga, kata Erlin bisa mengelola dan mengembangkan situs tersebut agar tetap lestari sehingga berdampak pada kemajuan daerah dan memberikan nilai tambah bagi wilayah situs dan sekitarnya.
"Kedepannya kalau situs Gunung Srobu ini diperhatikan dan dikelola dengan bijak maka akan memberikan manfaat bagi masyarakat setempat dan pemerintah daerah," katanya. (*)
Kepala Balai Arkeologi Jayapura, Muhammad Irfan Mahmud, di Jayapura, Kamis, mengatakan, situs Gunung Srobu perlu disosialisasikan kepada para pemangku kepentingan agar peninggalan prasejarah itu bisa dilestarikan.
"Harapan kami sosialisasi ini dapat bermanfaat bagi kita semua karena situs gunung Srobu bisa merupakan bukti bahwa ada aktivitas manusia pada masa lampau di Kota Jayapura," katanya.
Menurut dia, kegiatan yang akan digelar selama sehari penuh itu para nara sumber akan menjelaskan tentang kehidupan yang pernah terjadi di Gunung Srobu pada 330 tahun SM.
"Di Srobu banyak cerita yang perlu diketahui, ada peninggalan prasejarah yang perlu dilestarikan. Di Srobu mulai di mukimi pada 330 tahun SM, dan ditinggalkan pada abad 6 masehi atau sudah sudah ditinggalkan kurang lebih 9 abad," kata Muhammad Irfan Mahmud.
Sementara itu, Erlin Novita Idje Djami, peneliti situs Gunung Srobu mengatakan, tujuan dari sosialisasi tersebut ingin menyampaikan kepada masyarakat tentang keberadaan warisan budaya, nilai penting, dan manfaatnya.
Ia mengajak masyarakat agar terlibat langsung dalam menjaga, memelihara dan melestarikan warisan budaya.
"Termasuk ingin mendorong masyarakat mempunyai rasa memiliki dan bertanggungjawab terhadap keberadaan dan kelestarian situs maupun objek budaya tersebut," katanya.
Pemerintah bersama masyarakat setempat juga, kata Erlin bisa mengelola dan mengembangkan situs tersebut agar tetap lestari sehingga berdampak pada kemajuan daerah dan memberikan nilai tambah bagi wilayah situs dan sekitarnya.
"Kedepannya kalau situs Gunung Srobu ini diperhatikan dan dikelola dengan bijak maka akan memberikan manfaat bagi masyarakat setempat dan pemerintah daerah," katanya. (*)