Timika (Antara Papua) - Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK) tetap memberi prioritas utama dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan para pasien yang berobat di Rumah Sakit Mitra Masyarakat (RSMM) Timika.
"Peningkatan kualitas pelayanan di RSMM Timika tentu menjadi salah satu skala prioritas kami," kata Sekretaris Eksekutif LPMAK Abraham Timang di Timika, Senin.
Abraham mengatakan tahun ini alokasi dana kemitraan yang diterima LPMAK dari PT Freeport menurun drastis dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Meski demikian, katanya, hal itu tidak dapat menjadi alasan untuk mengurangi subsidi anggaran ke RSMM Timika. Pasalnya, rumah sakit milik LPMAK yang dikelola oleh Yayasan Caritas Timika itu mengemban tugas yang sangat berat untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat Suku Amungme dan Kamoro serta lima suku kekerabatan lain di Mimika.
Abraham mengatakan LPMAK bersama para pemangku kepentingan lainnya telah melunasi sebagian utang pembelian obat-obatan dan alat kesehatan untuk menunjang pelayanan kesehatan di RSMM Timika. Sisa utang sebagian akan segera dilunasi.
"Sementara ini kami sedang mendiskusikan untuk segera menyelesaikan semua utang RSMM pada pihak ketiga," jelasnya.
Agar pengelolaan rumah sakit tersebut semakin berkualitas maka diharapkan manajemen RSMM Timika memaksimalkan pengoperasian fasilitas privat wing yang telah dibangun oleh LPMAK. Fasilitas privat wing tersebut mencakup ruang rawat inap pasien kelas II, kelas I dan VIP.
Pasien yang berobat pada fasilitas tersebut, meskipun mereka berasal dari kalangan tujuh suku (Suku Amungme dan Kamoro ditambah lima suku kekerabatan lain di Mimika), wajib membayar sesuai dengan standar harga yang ditetapkan pihak rumah sakit.
"Sesuai Renstra RSMM Timika maka fasilitas privat wing tersebut sebagai salah satu unit bisnis dari rumah sakit sudah harus dimaksimalkan supaya dapat membantu keuangan rumah sakit," kata Abraham.
Direktur RSMM Timika Bernadus Freddy Suharto beberapa waktu lalu mengatakan fasilitas privat wing yang dibangun LPMAK telah beroperasi sejak April 2015.
Kendala utama yang dihadapi RSMM dalam pengelolaan fasilitas tersebut yaitu dalam hal mengubah pola pikir masyarakat (pasien) asal tujuh suku.
"Untuk mengubah pola pikir masyarakat itu sulit. Mereka tahunya datang ke rumah sakit untuk sembuh, bukan untuk membayar. Itu yang menjadi kendala," kata Bernadus.
Hingga saat ini, katanya, RSMM Timika menerima pasien rawat jalan sebanyak 300 -- 500 orang per hari dan pasien rawat inap mencapai 132 orang dari 134 tempat tidur yang tersedia. Sebagian besar pasien rawat inap terutama pasien asal tujuh suku masuk ruang perawatan kelas III, dimana masyarakat tidak dipungut biaya sepeserpun alias gratis.
"Pasien rawat inap di RSMM jumlahnya lebih banyak dari tempat tidur yang tersedia," tutur Bernadus.
Kini RSMM Timika dilengkapi dengan tenaga dokter spesialis penyakit dalam, spesialis obgyn, spesialis bedah, spesialis mata, spesialis anestesi dan spesialis radiologi yang merupakan satu-satunya di Kabupaten Mimika. (*)
"Peningkatan kualitas pelayanan di RSMM Timika tentu menjadi salah satu skala prioritas kami," kata Sekretaris Eksekutif LPMAK Abraham Timang di Timika, Senin.
Abraham mengatakan tahun ini alokasi dana kemitraan yang diterima LPMAK dari PT Freeport menurun drastis dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Meski demikian, katanya, hal itu tidak dapat menjadi alasan untuk mengurangi subsidi anggaran ke RSMM Timika. Pasalnya, rumah sakit milik LPMAK yang dikelola oleh Yayasan Caritas Timika itu mengemban tugas yang sangat berat untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat Suku Amungme dan Kamoro serta lima suku kekerabatan lain di Mimika.
Abraham mengatakan LPMAK bersama para pemangku kepentingan lainnya telah melunasi sebagian utang pembelian obat-obatan dan alat kesehatan untuk menunjang pelayanan kesehatan di RSMM Timika. Sisa utang sebagian akan segera dilunasi.
"Sementara ini kami sedang mendiskusikan untuk segera menyelesaikan semua utang RSMM pada pihak ketiga," jelasnya.
Agar pengelolaan rumah sakit tersebut semakin berkualitas maka diharapkan manajemen RSMM Timika memaksimalkan pengoperasian fasilitas privat wing yang telah dibangun oleh LPMAK. Fasilitas privat wing tersebut mencakup ruang rawat inap pasien kelas II, kelas I dan VIP.
Pasien yang berobat pada fasilitas tersebut, meskipun mereka berasal dari kalangan tujuh suku (Suku Amungme dan Kamoro ditambah lima suku kekerabatan lain di Mimika), wajib membayar sesuai dengan standar harga yang ditetapkan pihak rumah sakit.
"Sesuai Renstra RSMM Timika maka fasilitas privat wing tersebut sebagai salah satu unit bisnis dari rumah sakit sudah harus dimaksimalkan supaya dapat membantu keuangan rumah sakit," kata Abraham.
Direktur RSMM Timika Bernadus Freddy Suharto beberapa waktu lalu mengatakan fasilitas privat wing yang dibangun LPMAK telah beroperasi sejak April 2015.
Kendala utama yang dihadapi RSMM dalam pengelolaan fasilitas tersebut yaitu dalam hal mengubah pola pikir masyarakat (pasien) asal tujuh suku.
"Untuk mengubah pola pikir masyarakat itu sulit. Mereka tahunya datang ke rumah sakit untuk sembuh, bukan untuk membayar. Itu yang menjadi kendala," kata Bernadus.
Hingga saat ini, katanya, RSMM Timika menerima pasien rawat jalan sebanyak 300 -- 500 orang per hari dan pasien rawat inap mencapai 132 orang dari 134 tempat tidur yang tersedia. Sebagian besar pasien rawat inap terutama pasien asal tujuh suku masuk ruang perawatan kelas III, dimana masyarakat tidak dipungut biaya sepeserpun alias gratis.
"Pasien rawat inap di RSMM jumlahnya lebih banyak dari tempat tidur yang tersedia," tutur Bernadus.
Kini RSMM Timika dilengkapi dengan tenaga dokter spesialis penyakit dalam, spesialis obgyn, spesialis bedah, spesialis mata, spesialis anestesi dan spesialis radiologi yang merupakan satu-satunya di Kabupaten Mimika. (*)