Timika (Antara Papua) - Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK) dalam waktu dekat akan segera mengoperasikan Klinik Kesehatan Franke Mollen di Distrik Agimuga, Kabupaten Mimika, Papua agar pelayanan kesehatan masyarakat setempat lebih baik.

Sekretaris Eksekutif LPMAK Abraham Timang di Timika, Selasa, mengatakan kendala utama belum beroperasinya Klinik Kesehatan Agimuga tersebut karena sebagian fasilitas belum dilengkapi.

"Sementara sedang dilakukan beberapa perbaikan dan pembenahan. Mudah-mudahan bulan depan sudah bisa kita operasikan. Soal nanti siapa yang akan mengoperasikan klinik itu akan kita atur. Yang penting pelayanan kesehatan masyarakat di Distrik Agimuga bisa berjalan maksimal," jelas Abraham.

Menurut dia, klinik tersebut tidak dirancang untuk menangani pasien penyakit berat. Jika nantinya terdapat pasien penyakit berat yang tidak bisa tertangani di Klinik Agimuga maka dapat dirujuk untuk berobat di Rumah Sakit Mitra Masyarakat (RSMM) Timika atau RSUD Mimika.

"Sebetulnya kita harapkan peran maksimal klinik-klinik dan puskesmas yang ada di kampung-kampung untuk dapat menangani kasus- kasus yang biasa sehingga rumah sakit yang ada di Timika baik RSMM maupun RSUD hanya menerima pasien rujukan. Kenyataan selama ini kedua rumah sakit ini terpaksa menerima dan melayani pasien yang semestinya dapat dilayani di klinik atau Puskesmas," jelas Abraham.

Beberapa waktu lalu, sejumlah warga Distrik Agimuga mengeluhkan kinerja petugas kesehatan pemerintah yang ditempatkan di wilayah mereka.

Tokoh masyarakat Amungun Eduardus Pinimet mengatakan sejak beberapa tahun terakhir Puskesmas Agimuga yang berada di Kampung Kiliarma tidak pernah aktif. Petugas yang ditempatkan Dinas Kesehatan Mimika, katanya, selalu tinggal di Timika dan sangat jarang berada di tempat tugas.

Kami minta orang-orang yang bertugas di Puskesmas Kiliarma maupun Pustu Aramsolki, Pustu Amungun dan Pustu Fakafuku diganti semua. Mereka tidak pernah ada di tempat untuk melayani masyarakat," kata Eduardus.

Ia mengatakan selama 2015 terjadi enam kasus kematian warga Agimuga akibat terserang penyakit. Enam warga itu akhirnya tidak tertolong dan meninggal dunia karena tidak ada petugas kesehatan yang merawat sakit mereka.

"Mau pergi berobat di mana, petugas tidak ada," tutur Eduardus.

Menurut dia, kinerja bobrok Puskesmas Kiliarma terjadi semenjak kepemimpinan Kepala Puskesmas Yohanes Tsolme dan berlanjut hingga kini setelah diganti oleh Gregorius Kwalik.



Dulu bagus sekali

Kondisi itu, katanya, sangat berbeda jauh saat Puskesmas Kiliarma masih ditangani oleh petugas-petugas asal luar Papua seperti Kamal, Saiful Taqin (kini menjabat Sekretaris Dinkes Mimika), Guntoro, dan lainnya.

"Dulu waktu orang luar tangani Puskesmas Kiliarma bagus sekali. Mereka tidak pernah tinggalkan tempat tugas. Sekarang setelah anak-anak putra daerah bertugas di situ menjadi kacau. Kalau seperti ini terus sama saja mereka mau membunuh masyarakat," ujar Eduardus kecewa.

Tokoh masyarakat Agimuga lainnya, Frans Kelanangame mengatakan warga di wilayah Agimuga cukup beruntung lantaran hingga kini suster-suster dari salah satu biara Katolik masih membuka pelayanan kesehatan di Kampung Aramsolki.

Frans menyambut baik pembangunan Klinik Kesehatan Franke Mollen oleh Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK) di Kampung Aramsolki untuk membantu memberikan pelayanan kesehatan kepada warga Agimuga.

"Kami harapkan klinik kesehatan yang dibangun LPMAK secepatnya bisa beroperasi tahun 2016. Kalau mengharapkan petugas yang ditempatkan pemerintah di Puskesmas Kiliarma, kami pesimistis. Karena dari dulu penyakit mereka sama saja yaitu tidak pernah ada di tempat tugas," tutur Frans. (*)

Pewarta : Pewarta: Evarianus Supar
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024