Jayapura (Antara Papua) - SMA Yayasan Pendidikan dan Persekolahan Katolik (YPPK) Teruna Bakti melakukan kegiatan pementasan komunitas budaya Teruna Bakti dan deklarasi Teruna Bakti "Suka Pake Noken".

Hal itu dilakukan dalam memperingati HUT ke-45, yang berlangsung di Halaman SMA YPPK Teruna Bakti.

"SMA YPPK Teruna bakti ini berdiri sejak 1971 dengan nama Sekolah Pendidikan Guru (SPG) Teruna bakti yang berpola asrama, namun secara de fakto Teruna bakti sudah hadir sejak 1950 di Fak-Fak dengan nama Oplending Dorps Onderwijer (ODO) atau Sekolah Guru Kampung," kata Kepala Sekolah SMA YPPK Teruna Bakti, Demianus Kumanireng di Jayapura.

Menurut dia, seiring dengan terbentuknya alumni Teruna Bakti pada 1 September 2012, maka pada 4 Desember 2012 Titus Pekey yang merupakan alumni Teruna bakti lulusan 1997 bersama kementerian terkait mengikuti sidang UNESCO di Paris, Prancis sejak saat itu Noken diterima sebagai Warisan Budaya Dunia.

"Maka, pada HUT kami yang ke 45, kami juga mendeklarasikan Teruna Bakti Suka Pake Noken, dengan harapan Noken bisa dikenakan oleh para tenaga pendidik, tenaga kependidikan dan para siswa-siswa yang berada di lingkup SMA YPPK Teruna Bakti," ujarnya.

Sementara itu, Titus Pekei, penggagas Noken Papua Warisan Dunia mengatakan dirinya cukup bangga dengan SMA YPPK Teruna Bakti yang telah mendeklarasikan Teruna Bakti Suka Pake Noken, karena Noken yang diperjuangkan bukan perkara mudah.

"Saya berterimakasih kepada para pengajar yang dulu menempa saya di sekolah ini. Sebuah prestasi telah diberikan sekolah ini pada hari ini. Dengan pendeklarasian ini berarti anak-anak di Papua sudah cinta akan Noken," ujarnya.

Dia mengatakan, Noken hanya ada di Tanah Papua. Ia merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan dan budaya orang Papua. Dalam noken terdapat nilai-nilai hakiki baik nilai antropologis, sosiologis, kultur maupun nilai filosofis hidup sejak nenek moyang hingga hari ini.

"Saya ajak kepada kita semua untuk selamatkan Noken Papua sebagai identitas budaya Papua," ujarnya.

Lanjut dia, sejak pertama kali noken ditetapkan oleh UNESCO pada Selasa 4 Desember 2012 di Paris Prancis, Noken resmi sebagai warisan budaya takbenda, mengingatkan kita untuk mencoba merefleksikan kembali arti noken itu sendiri. Tidak sebatas fisik noken semata, melainkan nilai-nilai yang terkandung dalam budaya noken suku-suku di Tanah Papua.

Noken, tambah Titus, menyatu dengan orang Papua sejak dahulu kala. Hanya, kini perlu upaya penyelamatan dari ancaman budaya asing, karena makna budaya asli, termasuk noken, nyaris dibenturkan dengan pemaknaan keliru akibat asimilasi budaya maupun unsur politis tertentu.

"Noken sudah terkenal hingga ke manca negara. Ia warisan budaya dunia. Sekarang, tugas kita untuk harus selamatkan dari kepunahan dan ancaman pencampuran budaya luar terhadap noken Papua," ujarnya.(*)

Pewarta : Pewarta: Musa Abubar
Editor :
Copyright © ANTARA 2025