Jayapura (Antara Papua) - Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Papua menggelar rapat guna membahas kesiapan bulan eliminasi kaki gajah (Belkaga) yang akan dilakukan di Kota Jayapura dan berbagai kabupaten pada 1-30 Oktober 2016.

Pantauan di lapangan, rapat persiapan pelaksanaan Belkaga itu berlangsung di Kantor Dinas Kesehatan Provinsi Papua, di Jayapura, Jumat, yang melibatkan pejabat lintas sektor dan lintas program.

Hadir dalam rapat itu pimpinan dari Dinas Kesehatan Kota Jayapura, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes) Biomedis Kementerian Kesehatan di Papua, TNI/Polri, Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Jayapura, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Cenderawasih Jayapura.

Turut hadir perwakilan dari SMK Kesehatan Jayapura, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Cenderawasih Jayapura dan Unit Percepatan Pembangunan Kesehatan Papua (UP2KP), petugas rumah sakit, dan beberapa pengelola Puskesmas di Jayapura.

Rapat pembahasan itu di pimpin oleh Kepala Bidang Pencegahan Masalah Kesehatan Dinas Kesehatan Papua dr Aaron Rumainum dan Sekretaris Dinas Kesehatan Papua dr Silvanus Sumule.

Mengawali rapat itu Aaron mengatakan rapat tersebut penting karena tidak lama lagi akan dilaksanakan Bulan Eliminasi Kaki Gajah yang sudah memasuki tahun kedua.

"Tahun pertama dicanangkan oleh pesiden Jokowi Widodo pada 2015 dan sebagian besar kabupaten endemik kaki gajah yakni sebanyak 23 kabupaten itu ada di Provinsi Papua," ujarnya.

Dia menjelaskan penyakit kaki gajah ditularkan oleh nyamuk yang terinfeksi baik nyamuk malaria maupun nyamuk demam berdarah.

"Jadi semua nyamuk malaria hanya satu jenis nyamuk, nyamuk demam berdarah hanya satu jenis nyamuk bisa menyebarkan penyakit kaki gajah," ujarnya.

Dinas Kesehatan Papua mencoba untuk menjembatani Dinas Kesehatan Kota Jayapura karena juga merasa warga Kota Jayapura antara leader dari pada pelaksanaan Belkaga yang ada di Kabupaten/Kota di Papua.

Terkait pelaksanaan Belkaga oleh Kementerian Kesehatan bahwa obat-obatan, bener dan kemudian buku lembar balik sudah hampir didistribusikan ke Kabupaten/Kota di Papua.

"Nah, terkait dengan itu karena Oktober semakin dekat, jika Dinas Kesehatan Kota Jayapura bersama jajaran-nya yakni puskesmas tidak bisa bekerja sendiri maka kami mengundang bapak,ibu dan sudara-saudari terkait dengan kesuksesan pelaksanaan bulan kedua pelaksanaan Belkaga di Kota Jayapura," ujarnya.

Aaron menuturkan, pada oktober ini ada 19 kabupaten/kota yang akan melaksanakan pemberian obat pencegahan penyakit kaki gajah secara massal.

Pelaksanaan pemberiaan obat massal pencegahan penyakit kaki gajah ini akan belangsung sampai dengan tahun 2020.

Indonesia menargetkan bahwa di tahun 2020 itu penderita kaki gajah baik yang akut maupun kronis tidak lebih dari satu per seribu jumlah penduduk.

"Misalkan, penduduk Kota Jayapura ada 500 ribu maka dikatakan eliminiasi kaki gajah berhasil tidak lebih dari 500 orang yang terkena kaki gajah baik yang sudah menampakkan gejala klinik maupun yang didalam darahnya terdapat cacing," ujarnya.

Menurut dia, obat pencegahan massal ini akan diberikan kepada setiap penduduk di kota ini yang berumur antara dua tahun sampai tiga tahun penderita kaki gajah.

Pemberian obat akan ditunda kepada penduduk yang menderita sakit berat seperti asma, darah tinggi, penyakit jantung, penyakit kuning, dan penyakit epilepsi dan juga kepada ibu hamil serta sakit hamil.

"Mereka tidak diperkenankan lagi minum obat ini adalah mereka yang kurang dari dua tahun dan lebih dari 70 tahun," ujarnya.

Sementara itu, Sekretaris Dinas Kesehatan Provinsi Papua dr Silvanus Sumule mengatakan pihaknya mengupayakan agar bisa menjangkau masyarakat sebanyak mungkin.

"Saya bilang satu-satunya cara yang bisa kita lakukan adalah menjangkau pada saat apel itu mudah sekali karena dalam jumlah yang besar kita bisa dapat itu, artinya kita bisa lakukan itu pada saat apel gabungan," ujarnya.  (*)

Pewarta : Pewarta: Musa Abubar
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2025