Jayapura (Antara Papua) - Komite Internasional Palang Merah atau International Committee of the Red Cross (ICRC) rencananya akan menjadikan Provinsi Papua sebagai pilot project penanganan korban kekerasan seksual.
Ahli Kesehatan Masyarakat ICRC Ita Prawira, ketika dihubungi Antara melalui telepon sekeluarnya di Jayapura, Sabtu, mengatakan Papua dipilih sebagai pilot project dikarenakan data yang menyebutkan korban kekerasan seksual di wilayah tersebut cukup tinggi.
"Kami sudah melakukan riset terlebih dahulu dengan berkoordinasi dengan beberapa lembaga terkait dan hasilnya menyatakan korban kekerasan seksual di Papua terbilang cukup tinggi," katanya.
Menurut Ita, meskipun pihaknya telah memutuskan bahwa Papua akan menjadi pilot project tersebut, namun belum ditentukan kabupaten dan kota mana saja yang akan menjadi fokus.
"ICRC tidak akan bekerja sendiri, kami akan menggandeng Palang Merah Indonesia (PMI) sebagai mitra kerja seperti program-program sebelumnya," ujarnya.
Dia menuturkan salah satu alasan menggandeng PMI dalam program penanganan korban kekerasan ini adalah agar masyarakat tidak mengenal PMI hanya sebagai tempat mendonorkan darahnya saja.
"Jadi kami juga ingin menunjukkan kepada masyarakat bahwa PMI juga memiliki fokus bagi bidang lainnya seperti `sexsual violence`," katanya lagi.
Dia menambahkan pihaknya optimis PMI mampu menjalankan program tersebut, pasalnya dalam kerja sama sebelumnya, mitra ICRC ini berhasil melaksanakan program operasi katarak di wilayah pegunungan tengah Papua. (*)
Ahli Kesehatan Masyarakat ICRC Ita Prawira, ketika dihubungi Antara melalui telepon sekeluarnya di Jayapura, Sabtu, mengatakan Papua dipilih sebagai pilot project dikarenakan data yang menyebutkan korban kekerasan seksual di wilayah tersebut cukup tinggi.
"Kami sudah melakukan riset terlebih dahulu dengan berkoordinasi dengan beberapa lembaga terkait dan hasilnya menyatakan korban kekerasan seksual di Papua terbilang cukup tinggi," katanya.
Menurut Ita, meskipun pihaknya telah memutuskan bahwa Papua akan menjadi pilot project tersebut, namun belum ditentukan kabupaten dan kota mana saja yang akan menjadi fokus.
"ICRC tidak akan bekerja sendiri, kami akan menggandeng Palang Merah Indonesia (PMI) sebagai mitra kerja seperti program-program sebelumnya," ujarnya.
Dia menuturkan salah satu alasan menggandeng PMI dalam program penanganan korban kekerasan ini adalah agar masyarakat tidak mengenal PMI hanya sebagai tempat mendonorkan darahnya saja.
"Jadi kami juga ingin menunjukkan kepada masyarakat bahwa PMI juga memiliki fokus bagi bidang lainnya seperti `sexsual violence`," katanya lagi.
Dia menambahkan pihaknya optimis PMI mampu menjalankan program tersebut, pasalnya dalam kerja sama sebelumnya, mitra ICRC ini berhasil melaksanakan program operasi katarak di wilayah pegunungan tengah Papua. (*)