Para ibu rumah tangga di Papua, khususnya yang tergabung dalam organisasi PKK kini turut sibuk berkebun menanam cabai. Pasalnya, Pemerintah Provinsi Papua kembali mencanangkan budaya tanam cabai di pekarangan masing-masing.

Budaya tanam cabai ini kembali dikumandangkan, mengingat faktor pendorong terjadinya inflasi di Kota Jayapura pada Januari 2017 adalah kenaikan harga yang cukup signifikan pada beberapa komoditi, salah satunya adalah cabai rawit.

"Tugas kami untuk membina masyarakat menanam kebutuhan pangan, sehingga inflasi yang cukup tinggi akibat rica (sebutan cabai ala Papua) bisa diatasi," kata Gubernur Papua Lukas Enembe.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Provinsi Papua, cabai rawit menjadi salah satu komoditas yang memberikan andil inflasi sebesar 0,26 persen terhadap inflasi di Kota Jayapura pada Januari 2017 pada kelompok bahan makanan.

Oleh sebab itu, Pemprov Papua terus mendorong masyarakatnya untuk membudayakan gerakan tanam cabai di pekarangan rumah masing-masing.

Mengingat hal ini adalah langkah yang paling mudah dilakukan, dibandingkan harus mendatangkan cabai dalam jumlah besar dari luar Papua, khususnya saat menghadapi hari-hari besar keagamaan.

Selama ini, kebutuhan cabai di Provinsi Papua selain dipenuhi oleh petani asli Bumi Cenderawasih seperti di Kota Jayapura, Merauke dan beberapa provinsi lainnya, juga didatangkan dari Surabaya.

"Hal ini terkadang yang menyebabkan cabai ketika mendekati hari-hari keagamaan harganya bisa melambung tinggi," kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Papua Max Olua.

Bahkan untuk mengantisipasi tingginya harga cabai pada beberapa kegiatan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Papua harus rajin melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke pasar-pasar dan distributor-distributor.

Hal ini juga dilakukan meskipun belum ada laporan yang masuk ke Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Papua, bahwa masyarakat mulai mengeluh mengenai tingginya harga cabai.

"Hanya untuk mengecek dan berjaga-jaga, jangan sampai harga yang tinggi ini akan menyusahkan warga," ujarnya.

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Papua pun mendukung penuh gerakan tanam cabai di pekarangan yang dicanangkan oleh Gubernur Papua bersama instansi terkait.

Sentra Penanaman Cabai
Langkah lain yang dilakukan untuk menekan inflasi melalui ketersediaan komoditas cabai oleh Pemprov Papua melalui Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura setempat, adalah dengan menyiapkan sentra-sentra penanaman cabai untuk meningkatkan produksi dan memenuhi kebutuhan masyarakat.

Sentra-sentra penanaman tersebut yakni di Kota Jayapura seperti Koya Barat dan Koya Timur, dengan sekitar 25 hektare areal yang telah ditanami cabai pada 2016.

"Begitu juga pada tahun ini dengan volume yang sama, kemudian juga ada di Kabupaten Merauke sekitar 30 hektare dan di Kota Wamena sekitar 25 hektare," kata Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Provinsi Papua Semuel Siriwa.

Pembuatan sentra-sentra penanaman ini dilaksanakan di wilayah-wilayah yang diprediksi tingkat konsumsi cabainya tinggi.

Namun untuk Kabupaten Nabire, tahun ini tidak mendapat bagian untuk membuat jatah sentra penanaman cabai. Bagiannya justru bergeser ke wilayah Timika di Kabupaten Mimika seluas 25 hektare pula.

Pembuatan sentra penanaman cabai ini juga dilakukan di Kabupaten Biak pada 2016 dengan luasan yang hampir sama dengan daerah-daerah lainnya.

"Penetapan sentra-sentra penanaman cabai tersebut diharapkan dapat membantu masyarakat memenuhi kebutuhan akan konsumsi komoditas ini," kata Siriwa.

Hal ini juga bersinergi dengan upaya Pemprov Papua dalam mencanangkan gerakan tanam cabai di pekarangan rumah agar harga komoditas ini dapat ditekan dan tidak menyebabkan inflasi.

Di mana berdasarkan data Bank Indonesia pada 2016, komoditas cabai sudah tujuh kali turut andil memberikan kontribusi bagi kenaikan harga barang dan jasa secara umum.

Rumah Pangan Lestari
Tidak hanya Pemprov Papua bersama jajarannya yang terus mengupayakan langkah agar kebutuhan cabai bisa dipenuhi tanpa harus mendatangkan stoknya dari luar Bumi Cenderawasih.

Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Provinsi Papua pun mengimbau masyarakat di wilayahnya untuk menerapkan prinsip Rumah Pangan Lestari (RPL).

Rumah Pangan Lestari ini nantinya akan mendukung budaya tanam cabai di pekarangan rumah, karena mengintensifkan penggunaan lahan yang ada di sekitar masyarakat.

Ketua TP PKK Provinsi Papua Yulce Enembe, mengatakan pihaknya mengharapkan PKK harus menjadi garda terdepan untuk mengoptimalisasi pemanfaatan pekarangan melalui konsep RPL.

"Di mana melalui RPL PKK dapat mengusahakan pekarangan secara intensif untuk dimanfaatkan dengan berbagai sumberdaya lokal secara bijaksana yang menjamin kesinambungan penyediaan bahan pangan rumah tangga yang berkualitas dan beragam," katanya.

Apabila RPL dikembangkan dalam skala luas, misal berbasis kampung atau wilayah lain yang memungkinkan, maka akan dapat membantu pemenuhan kebutuhan berbagai jenis komoditi seperti cabai.

Selain itu, kawasan rumah pangan lestari juga mencakup upaya intensifikasi pemanfaatan pagar hidup, jalan desa, dan fasilitas umum lainnya (sekolah, rumah ibadah), lahan terbuka hijau, serta mengembangkan pengolahan dan pemasaran hasil.

Penerapan Rumah Pangan Lestari ini, baru diujicobakan bagi TP PKK di Kabupaten Mimika, di mana selain mencanangkan penanaman dan panen cabai serta komoditi lain seperti jahe, juga penebaran 200 bibit ikan nila juga mas.

Minimal kebutuhan dalam rumah bisa dipenuhi dari pekarangan masing-masing, itu sudah cukup membantu pemerintah menekan kenaikan harga-harga bahan pokok.

Selain itu juga, menurut Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Koordinasi Penyuluh Provinsi Papua Robert Edi Purwoko, bibit-bibit cabai yang diberikan kepada masyarakat, baik yang secara langsung maupun melalui PKK disediakan oleh Kementerian Pertanian sehingga bersifat gratis.

Di mana selain cabai juga disiapkan bibit tanaman lainnya dan juga sumber-sumber protein baik hewani maupun hayati seperti ikan, ayam, bibit sayur-sayuran, tomat dan sebagainya.

"Itu yang akan kami lakukan dengan pengembangan program kawasan rumah pangan lestari di masing-masing kampung," katanya.

Konsep bibit gratis ini diharapkan dapat memotivasi masyarakat menanam cabai di pekarangan rumah masing-masing dan memberikan dampak positif ketika harga komoditi cabai mulai naik di wilayah Indonesia lainnya. (*)

Pewarta : Pewarta: Hendrina Dian Kandipi
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024