Jayapura (Antara Papua) - Tim gabungan dari sejumlah lembaga internasional tengah berada di Provinsi Papua guna memantau langsung perkembangan pelaksanaan sirkumsisi menggunakan peralatan "prepex" atau cincin untuk menjempit ujung kulit penis (foreskin).

Ketua Harian Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD) Provinsi Papua Constan Karma kepada Antara di Jayapura, Kamis, mengatakan tim gabungan yang berjumlah delapan orang itu berasal dari Badan Kesehatan Dunia (WHO), Agen bilateral (USAID), Organisasi pendonor (PEPFAR),

USAID merupakan Badan Bantuan Pembangunan Internasional Amerika selaku badan independen dari pemerintahan Amerika Serikat yang bertanggung jawab atas bantuan untuk bidang ekonomi, pembangunan, dan kemanusiaan untuk negara-negara lain.

PEPFAR atau President`s Emergency Plan for AIDS Relief merupakan lembaga inisiatif Pemerintah AS untuk membantu menyelamatkan nyawa mereka yang mengidap HIV/AIDS di seluruh dunia.

Ketiga lembaga internasional itu bekerja secara terintegrasi dalam Program Linkages, yang bertujuan mengidentifikasi keberhasilan dan tantangan dari strategi yang dikembangkan untuk mendorong akses untuk pengobatan bagi populasi kunci HIV/AIDS di berbagai wilayah baik di Indonesia, Afrika Selatan, AS, dan Haiti.

Papua merupakan salah satu daerah populasi kunci penyakit HIV/AIDS di Indonesia.

"Kini tim gabungan itu masih berada di Jayapura untuk kunjungannya selama tiga hari guna melihat langsung perkembangan pelaksanaan sirkumsisi menggunakan peralatan prepex di Papua," ujarnya.

Constan Karma mengatakan, tim gabungan itu akan memulai kegiatannya pada Jumat (24/3) yakni menyerap masukan dari berbagai pihak terkait pelaksanaan sirkumsisi yang dilakukan di Jayapura.

"Sejak 2015 sirkumsisi menggunakan prepex sudah dilaksanakan di Jayaputa, Wamena dan Nabire. Awalnya pelaksanaan sirkumsisi cukup mendapat pertentangan dari berbagai pihak namun dengan pendekatan yang dilakukan maka kini tercatat 900 orang sudah disirkumsisi," ujarnya.

Dia mengakui, masyarakat di Papua awalnya tidak mengenal sirkumsisi atau sunat namun dengan berbagai pendekatan baik melalui tokoh agama maupun tokoh masyarakat maka secara perlahan menerima program tersebut.

Constan Karma mengaku pertama mengenal alat prepex dalam sirkumsisi saat mengikuti pertemuan tentang AIDS di Rhuanda, Afrika dan setelah mempelajarinya kemudian mencoba dilaksanakan di Papua yang diawali di Jayapura.

Metode sirkumsisi menggunakan Prepex yakni foreskin dijepit sehingga jaringan ujung kulit tersebut mati karena tidak mendapatkan suplai darah, dan akhirnya lepas sendiri.

Diperkenalkannya sirkumsisi menggunakan prepex kepada masyarakat di Papua karena tingkat pengidap HIV/AIDS cukup tinggi.

"Kini, KPAD Papua masih memiliki persediaan prepex sebanyak 5.000 unit dan itu akan diberikan gratis kepada masyarakat," kata Constan Karma. (*)

Pewarta : Pewarta: Evarukdijati
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024