Timika (Antara Papua) - Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Mimika, Papua, berupaya meningkatkan sumber daya nelayan lokal, khususnya masyarakat asli Suku Kamoro agar kehidupan mereka lebih berkembang.
"Kita akan terus dorong di tiga aspek, antara lain peningkatan hasil tangkap dan alat tangkap, sebagai pengumpul, dan juga sebagai pemasar hasil tangkapan," kata Kepala Dinas DKP Mimika Eddy Santoso di Timika, Jumat.
Hingga kini, kata dia, nelayan Mimika, khususnya Suku Kamoro sebanyak 11 ribu orang yang mendiami pesisir Pantai Mimika, belum berkembang di tiga aspek tersebut.
Dari segi hasil tangkap dan alat tangkap misalnya, katanya, nelayan lokal masih menangkap dalam jumlah yang sedikit.
Menurut Eddy, hal itu dipengaruhi alat tangkap yang mereka gunakan, yaitu jaring dalam kapasitas terbatas.
Selain itu, kebiasaan nelayan yang hanya melaut untuk kebutuhan rumah tangga dan sedikit saja untuk dijual.
Apalagi, katanya, nelayan lokal tidak konsisten untuk pergi melaut.
"Ada yang hari ini pergi mencari ikan dan besoknya tidak pergi. Nah ini yang kami akan dorong agar sedapat mungkin setiap hari bisa pergi melaut," ujarnya.
Selain itu, DKP akan mendorong agar ada nelayan lokal yang bisa menjadi pengumpul hasil tangkap nelayan-nelayan di Mimika.
Pasalnya, katanya, hingga kini nelayan lokal hanya sebatas sebagai penangkap dan belum mampu mengembangkan usaha tersebut lebih lanjut.
Ia mengatakan nelayan lokal juga akan didorong untuk dapat memasarkan hasil tangkapan mereka, bukan saja sebatas di wilayah Mimika melainkan dapat menjangkau pasar-pasar di luar Mimika.
"Selama ini ikan yang ditangkap kemudian dikumpul dan dijual oleh pihak lain dan bukan oleh mereka sendiri dalam arti nelayan lokal yang adalah masyarakat asli Suku Kamoro," tuturnya. (*)
"Kita akan terus dorong di tiga aspek, antara lain peningkatan hasil tangkap dan alat tangkap, sebagai pengumpul, dan juga sebagai pemasar hasil tangkapan," kata Kepala Dinas DKP Mimika Eddy Santoso di Timika, Jumat.
Hingga kini, kata dia, nelayan Mimika, khususnya Suku Kamoro sebanyak 11 ribu orang yang mendiami pesisir Pantai Mimika, belum berkembang di tiga aspek tersebut.
Dari segi hasil tangkap dan alat tangkap misalnya, katanya, nelayan lokal masih menangkap dalam jumlah yang sedikit.
Menurut Eddy, hal itu dipengaruhi alat tangkap yang mereka gunakan, yaitu jaring dalam kapasitas terbatas.
Selain itu, kebiasaan nelayan yang hanya melaut untuk kebutuhan rumah tangga dan sedikit saja untuk dijual.
Apalagi, katanya, nelayan lokal tidak konsisten untuk pergi melaut.
"Ada yang hari ini pergi mencari ikan dan besoknya tidak pergi. Nah ini yang kami akan dorong agar sedapat mungkin setiap hari bisa pergi melaut," ujarnya.
Selain itu, DKP akan mendorong agar ada nelayan lokal yang bisa menjadi pengumpul hasil tangkap nelayan-nelayan di Mimika.
Pasalnya, katanya, hingga kini nelayan lokal hanya sebatas sebagai penangkap dan belum mampu mengembangkan usaha tersebut lebih lanjut.
Ia mengatakan nelayan lokal juga akan didorong untuk dapat memasarkan hasil tangkapan mereka, bukan saja sebatas di wilayah Mimika melainkan dapat menjangkau pasar-pasar di luar Mimika.
"Selama ini ikan yang ditangkap kemudian dikumpul dan dijual oleh pihak lain dan bukan oleh mereka sendiri dalam arti nelayan lokal yang adalah masyarakat asli Suku Kamoro," tuturnya. (*)