Jayapura (Antara Papua) - Sanak keluarga dari Derta Murib (16), pasien yang meninggal dunia dalam perawatan medis di RSUD Abepura, Kota Jayapura, Provinsi Papua, mengamuk pada Rabu malam, karena beranggapan dokter dan para medis yang menanganinya tidak bekerja maksimal.

Dari pantauan lapangan, sanak keluarga pasien berkumpul di depan Unit Gawat Darurat (UGD) RSUD Abepura sejak pukul 19.45 WIT, hingga terjadi kericuhan.

Sempat terjadi adu mulut antara keluarga pasien dengan petugas kesehatan terutama perawat jaga dan dokter UGD sehingga mencuat kericuhan.

Massa dari keluarga pasien terus berdatangan memadati ruang UGD dan menuntut dokter dan perawat bertanggung jawab.

Ketegangan di rumah sakit pemerintah daerah itu sempat mencuat sejak pukul 21.00 WIT hingga pukul 23.30 WIT.

Juliana Murib, salah satu keluarga yang menjaga pasien ketika ditemui di RSUD Abepura mengatakan sebenarnya pasien bisa tertolong namun dokter dan perawat di rumah sakit itu tidak memasang oksigen.

"Tadi sekitar pukul 18.00 WIT pasien masih sadar, terus perawat suntik, kemudian pasien ke kamar mandi tetapi tiba-tiba langsung pusing, jatuh hingga pingsan. Akhirnya kami bawa ke bangsal dan minta pertolongan medis dan minta dokter serta perawat memasang oksigen," ujarnya.

Namun, kata Juliana, dokter dan perawat jaga di UGD tidak merespons permintaan sanak keluarga pasien yang mendesak dilakukan penggunaan oksigen.

"Tiba-tiba keluar darah dari hidung pasien, pasien masih sadar tetapi dokter menyuruh perawat mendorong pasien ke kamar mayat. Beberapa menit kemudian pasien meninggal, itu yang bikin kami keluarga marah dan mengamuk," ujarnya.

Informasi lain yang diperoleh, pasien Derta Murib (16) dengan diagnosa malaria tropika 2 dan brokup pnemonia BP, masuk di UGD RSUD Abepura itu pada Selasa (9/10) pada pukul 21.15 WIT.

Saat itu kondisi pasien dalam keadaan sadar dengan kondisi tekanan darah 90/60, dan saat pergantian petugas jaga pagi ke sore tekanan darahnya 110/70 dan kondisi pasien relatif stabil.

Selanjutnya, pasien dipindahkan ke ruangan rawat inap RPP pada Rabu (10/5) pukul 17.20 WIT.

Namun, saat berada di ruang perawatan justru selang infus tidak berfungsi baik, dan perawat berupaya memperbaikinya.

Tiba-tiba pasien terkapar di atas tempat tidur, dan dilakukan pemeriksaan tekanan darah lagi dan hasilnya 100/70 atau masih teraba nadinya.

Beberapa saat kemudian, dilakukan tindakan peningkatan kesadaran menggunakan RJP, dan sekitar pukul 19.45 WIT pasien dinyatakan meninggal.

Hanya saja, sanak keluarganya tidak merima kenyataan tersebut sehingga mereka mengamuk.

Hingga berita ini disiarkan, pihak manajemen RSUD Abepura belum memberikan penjelasan resmi. (*)

Pewarta : Pewarta: Musa Abubar
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024