Jayapura (Antara Papua) - Seorang tokoh pemuda Papua, Habelino Sawaki berpendapat Pancasila adalah payung dan perisai dalam mengelola keberagaman demi mewujudkan, dan menjaga perdamaian.

"Bagi kita di Papua, Pancasila adalah payung dan perisai bagi terciptanya perdamaian. Di Papua ada banyak kelompok suku dan bahasa, agama, dan masih banyak perbedaan, yang jika tidak dikelola dengan baik maka akan terjadi benturan, konflik dan permusuhan," katanya di Jayapura, Kamis.

Habelino menyebutkan untuk mengeola potensi konflik di Papua menjadi sesuatu yg positif, maka dibutuhkan Pancasila sebagai filter.

"Kita harus bersedia melepaskan ego dan emosi, lalu berpikir jernih bahwa Papua sangat beragam," ujarnya.

Sejak otonomi khusus bergulir, kata dia, sebagai orang Papua merasa ruang demokrasi cukup terbuka lebar untuk menyuarakan kebebasan berpikiran dan berpendapat.

Kebebasan ini adalah hal yang baik dan merupakan sarana perjuangan bersama dari seluruh rakyat Papua, tetapi jika tidak diikuti dengan tanggung jawab, maka akan terjadi konflik dan permusuhan.

Ruang kebebasan yang terbuka lebar sejak otsus digulir menimbulkan ketegangan etnisitas dan identitas baik antarsesama orang asli Papua maupun antara orang asli Papua dan masyarakat nusantara lainnya yang ada di Papua.

"Hal ini perludisaring dan dikelola dalam batas-batas kewajaran supaya tidak meledak dan meluap ke ruang publik. Situasi seperti ini rentan untuk menimbulkan apa yang kita sebut `perang semua melawan semua`," ujarnya.

Selain itu, lanjut dia, potensi konflik di Papua cukup besar, di antaranya konflik vertikal (rakyat melawan negara), konflik horizontal (konflik antar suku dan konflik agama).

"Situasi ini membuat Pancasila menjadi relevan bagi kita di Papua. Bahkan, jika kita mau jernih melihat, nilai-nilai adat yang ada di dalam setiap suku bangsa dari orang asli Papua, sesungguhnya selaras dengan nilai-nilai Pancasila," ujarnya. (*)

Pewarta : Pewarta: Musa Abubar
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024