Timika (Antara Papua) - Sejumlah warga pengungsian dari Kampung Banti dan Kimbeli, Distrik Tembagapura, Mimika, Papua, mengaku sangat membutuhkan pelayanan di bidang pendidikan dan kesehatan.

Sarce Rumaropen Beanal (28), salah satu pengungsi dari Kampung Banti kepada Antara di Timika, Senin, mengatakan putranya bernama Jeferson Beanal (8) yang masih duduk di kelas 1 SD Negeri Banti sudah berbulan-bulan tidak bersekolah.

"Anak saya sudah tidak sekolah sejak ada kejadian longsor di Utikini bulan Agustus. Apalagi setelah situasi di kampung tidak aman karena ada kasus penembakan maka anak-anak tidak pernah sekolah lagi. Makanya kami putuskan untuk turun ke Timika," kata Sarce.

Sarce bersuamikan seorang warga Suku Amungme dari Kampung Banti bermarga Beanal.

Suaminya tidak ikut dievakuasi ke Timika pada Senin petang lantaran harus bekerja di PT Freeport Insonesia di Tembagapura.

Menurut Sarce, warga mendapat pemberitahuan akan dievakuasi ke Timika pada Minggu (19/11) di gereja Kingmi Jemaat Banti.

"Kemarin ada pemberitahuan di gereja siapa yang mau ikut dievakuasi ke Timika. Tidak ada paksaan. Masih banyak warga Banti yang tinggal di kampung," tutur ibu tiga anak itu.

Selama tiga pekan Kelompok Kriminal Bersenjata/KKB menduduki Kampung Banti, Sarce sekeluarga mengaku tidak mengalami tindakan intimidasi dari kelompok tersebut.

"Kalau kami sekeluarga tidak apa-apa. Tidak tahu bagi warga pendatang," ujarnya.

Ia berharap selama mengungsi sementara ke Timika, putranya Jeferson Beanal bisa bersekolah kembali.

Warga pengungsi lainnya, Jelti Waker asal Kampung Kimbeli mengaku ikut mengungsi ke Timika agar bisa mendapatkan pelayanan kesehatan.

"Mama lagi sakit kepala. Di punggung juga terasa sakit. Kalau di Kimbeli sekarang tidak ada pelayanan kesehatan makanya kami turun ke Timika," tutur Jelti.

Ibu dua orang anak itu mengaku harus berjalan kaki setengah jam dari Kimbeli ke Utikini Lama untuk menumpang bus karyawan PT Freeport yang membawa pengungsi ke Timika pada Senin siang.

Selain dari Banti dan Kimbeli, warga pengungsi lainnya berasal dari Kampung Opitawak.

Warga yang mengungsi dari ketiga kampung itu ke Timika sebanyak 804 orang, dimana sebagian besar merupakan perempuan dan anak-anak.

Hingga Senin malam, para petugas Pemkab Mimika masih melakukan pendataan identitas para pengungsi bertempat di Gedung Eme Neme Yauware Timika yang dijadikan sebagai Posko penampungan pengungsi Tembagapura.

Beberapa warga pengungsi harus diangkut dengan tenda dari bus yang membawa mereka menuju Posko kesehatan karena sakit dan pingsan selama perjalanan lebih dari dua jam dari Tembagapura. (*)

Pewarta : Evarianus Supar
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024