Timika (Antara Papua) - Tim kesehatan terpadu Kabupaten Mimika, Provinsi Papua mewaspadai adanya penyakit menular seperti diare, cacar air dan lainnya menyerang para pengungsi asal Kampung Banti, Kimbeli dan Opitawak yang kini diungsikan sementara ke Timika.

Koordinator Lapangan Tim Kesehatan Terpadu Disyan L Berkat di Timika, Sabtu, mengatakan beberapa pengungsi yang ditangani tim kesehatan terpadu sudah ada yang terserang penyakit diare.

Meski jumlahnya belum banyak (belum dikategorikan sebagai wabah), penyebaran penyakit diare di kalangan pengungsi terus dipantau mengingat kondisi lingkungan yang kurang mendukung.

"Sampai sekarang masih bisa kami tangani. Hanya saja ini perlu diwaspadai dan dipantau terus-menerus agar tidak menjadi wabah," kata Disyan.

Tim kesehatan terpadu yang merupakan gabungan dari seluruh layanan kesehatan di Mimika seperti Dinas Kesehatan, Puskesmas Timika Jaya, Puskesmas Timika, Rumah Sakit Mitra Masyarakat, RSUD, Klinik Tribrata, Rumah Sakit Bantuan TNI ditambah Palang Merah Indonesia sejak Senin (20/11) telah terlibat penuh menangani pengobatan ratusan pengungsi Tembagapura di Posko pengungsian Gedung Eme Neme Yauware.

Disyan mengatakan, tim kesehatan terpadu mendapat dukungan penuh dari Departemen Public Health dan Malaria Control PT Freeport Indonesia serta pihak Malaria Center Mimika.

Sejauh ini, katanya, penyakit yang diderita para pengungsi masih bisa ditangani.

"Keluhan mereka kebanyakan ispa, sakit kepala, pusing, ada juga yang datang dengan gejala panas sehingga kami langsung lakukan pemeriksaan malaria. Pihak Malaria Center juga sudah melakukan pemeriksaan sampel malaria pada 360 orang pengungsi," jelas Disyan.

Selama para pengungsi menempati Posko pengungsian di Gedung Eme Neme Yauware, tim kesehatan terpadu setiap harinya mengerahkan lebih dari 20 orang petugas. Mereka didampingi enam orang dokter.

Dari ratusan pengungsi asal Tembagapura itu, enam orang harus dirujuk ke RSUD Mimika karena kondisinya sakit.

Namun saat ini pasien yang sempat diopname di RSUD Mimika sudah sembuh dan sebagian telah kembali bergabung dengan para pengungsi yang lain.

Pada Jumat (24/11) petang, sebanyak 806 pengungsi asal Tembagapura itu telah dipindahkan ke Kampung Damai, Distrik Kwamki Narama.

Koordinator pengungsi Kemaniel Waker mengatakan pemindahan warga pengungsi ke Kwamki Narama lantaran suhu udara di Gedung Eme Neme Yauware sangat panas dan tidak cocok dengan para pengungsi yang terbiasa tinggal di wilayah pegunungan yang bersuhu dingin.

Kamaniel juga khawatir banyak anak-anak dan orang dewasa terjangkit penyakit menular jika berlama-lama bertahan di gedung tersebut.

Di lokasi yang baru, warga pengungsi menempati gedung lama Gereja Kemah Injil Indonesia Wilayah II Pegunungan Tengah Papua, Jemaat Anugerah. (*)

Pewarta : Evarianus Supar
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024