Jayapura (Antaranews Papua) - Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Papua mencatat sebanyak 558 kasus campak terjadi di Kabupaten Asmat sejak September 2017 hingga Januari 2018.

Kepala Bidang Pemberantasan Penyakit Menular (P2M) Dinkes Provinsi Papua dr Aaron Rumainum kepada Antara di Jayapura, Senin, mengatakan data terakhir per 13 Januari 2018 yang diperoleh dari RSUD Agats, kasus campak sudah ada sejak September 2017 yakni 34 pasien rawat jalan dan 15 pasien rawat inap.

Pada Oktober 2017 pasien kasus campak rawat jalan 28 orang, rawat inap sebanyak 23 orang.

Pada November 2017 pasien rawat jalan 163 orang, rawat inap sebanyak 40 orang.

Pada Desember 2017 pasien rawat jalan karena campak sebanyak 124 sementara rawat inap sebanyak 68 orang.

Kemudian, pada 1-11 Januari 2018 pasien rawat jalan karena kasus campak sebanyak 34 orang, sementara rawat inap sebanyak 29 orang.

Jumlah total kasus campak yang terdata sebanyak 558 kasus campak.

Wilayah Kabupaten Asmat merupakan dataran rendah pesisir pantai, rawa-rawa tergenang air, sehingga akses menuju ke tiap distrik menggunakan "speedboat" dan juga akses jaringan telekomunikasi seluler di beberapa distrik juga belum bisa.

"Tidak terdapat akses jalan darat yang menghubungkan satu distrik dengan distrik yang lain, kendaraan yang dipakai adalah `speedboat` dan `longboat`, kadang-kadang menggunakan kole-kole," ujar Aaron.

Secara umum, kata dia, penduduk dari masing-masing distrik berkunjung ke Agats, Ibu Kota Kabupaten Asmat sebagai pusat pemerintahan dan perekonomian.

Kuat dugaan penduduk Asmat terinfeksi campak atau penduduk yang datang ke Agats terinfeksi campak dan akan kembali menularkan ke kampung-kampungnya.

"Dan kampung-kampung tersebut kalau tidak ada petugas kesehatan maka anak yang mengidap campak bisa meninggal," ujarnya. (*)

Pewarta : Musa Abubar
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024