Timika (Antaranews Papua) - Kementerian Kesehatan sejak akhir 2017 mengirimkan sebanyak 112.400 buah kelambu anti nyamuk ke Kabupaten Mimika, Provinsi Papua, guna meminimalisasi kasus malaria di wilayah itu.

Anggota Tim Supervisi Program Pekan Kelambu Massal dari Kemenkes Dr Roy Tjong di Timika, Senin, mengatakan selain Mimika, terdapat empat kabupaten di Provinsi Papua juga mendapat kiriman kelambu anti nyamuk dari Kemenkes yaitu Keerom, Jayapura, Sarmi dan Boven Digoel.

Empat kabupaten itu dinilai merupakan penyumbang kasus malaria terbesar di Indonesia.

"Dalam hal penanganan kasus malaria ini, kalau kita tidak bisa mengendalikan nyamuknya, maka yang harus dikendalikan yaitu manusianya. Penggunaan kelambu menyangkut masalah perilaku. Di banyak tempat pembagian kelambu efektif, tapi di Mimika kasus malaria masih tetap tinggi. Penyebabnya sedang kami selidiki," kata Roy.

Ia menjelaskan kelambu anti nyamuk itu sebagian besar didanai dari lembaga Global Fund, namun sebagian lagi bersumber dari APBN untuk melindungi ibu hamil dan ibu menyusui dari gigitan nyamuk anoplheles, pembawa bbakteri malaria.

Roy mengatakan kini terdapat lima provinsi di wilayah timur Indonesia menjadi perhatian khusus Kemenkes terkait upaya eliminasi malaria di seluruh Indonesia yang ditargetkan pada tahun 2030.

Kelima provinsi itu yakni Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara dan Nusa Tenggara Timur (NTT).

Roy yang didampingi anggota tim supervisi lainnya, Yety Intarti dari Kemenkes meminta kabupaten-kabupaten yang merupakan daerah endemis malaria di Papua agar belajar dari Kabupaten Bintuni di Provinsi Papua Barat dalam hal penanganan masalah penyakit malaria.

Keberhasilan program penanganan malaria di kabupaten penghasil gas alam terbesar di Indonesia itu yakni dengan mengaktifkan kader yang berasal dari warga sendiri untuk terlibat langsung dalam program pengendalian malaria.

"Tahun ini Kabupaten Bintuni sudah mencanangkan eliminasi malaria," jelas Roy.

Kepala Dinas Kesehatan Mimika Alfred Douw mengatakan jajarannya bekerja sama dengan semua komponen terkait di Mimika akan berupaya menjadikan momentum Pekan Olahraga Nasional (PON) XX tahun 2020 di Provinsi Papua, dimana Kota Timika merupakan salah satu kota penyelenggara event olahraga nasional itu sebagai titik tolak untuk melakukan eliminasi malaria.

Program pengendalian malaria di Mimika, katanya, tidak bisa hanya mengandalkan jajaran kesehatan jika tanpa didukung oleh peran aktif instansi lain dan juga terutama masyarakat.

"Tidak mungkin kita bisa mengeliminsasi kasus malaria di Mimika kalau lingkungan kita belum ditata baik karena disana-sini masih banyak genangan air, sampah menumpuk dimana-mana. Ini perlu keterlibatan semua pihak, tidak bisa hanya jajaran kesehatan," kata Alfred.

Dinkes Mimika akan menggelar program pekan kelambu massal pada Rabu (31/1) bertempat di Distrik Kuala Kencana.

Dalam waktu dekat, Dinkes Mimika bersama jajaran terkait seperti PT Freeport, Biro Kesehatan Lembaga Pengembangan Masyarakat (LPMAK) bersama jajaran terkait lainnya akan duduk bersama untuk merevitalisasi peran Mimika Malaria Center yang merupakan wabah bersama dalam upaya melakukan program-program eliminasi malaria di Mimika. (*)

Pewarta : Evarianus Supar
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024