PBB, New York (Antaranews Papua/Xinhua-OANA) - Satu bulan setelah gempa kuat mengguncang Papua Nugini, badan PBB memperingatkan kehidupan anak-anak yang terancam, sementara akses ke desa terpencil dan terkucil yang terdampak gempa masih menjadi tantangan sangat besar.

"Kehidupan anak-anak terancam," kata Karen Allen, Wakil Dana Anak PBB (Unicef) untuk negeri itu, sebagaimana dikutip Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis pagi.

"Dengan akses terbatas ke keperluan dasar, banyak keluarga berjuang untuk bertahan hidup di tempat penampungan yang penuh sesak, atau membangun kembali rumah mereka dan kebun makanan."

Pekan lalu saja, Unicef mengirim 23 metrik ton pasokan bantuan buat negeri tersebut, termasuk tenda dan terpal, tablet penjernih air, alat kesehatan, selimur dan peralatan sekolah.

Menurut Pemerintah Papua Nugini, sebanyak 270.000 orang masih memerlukan bantuan mendesak, termasuk 125.000 anak, setelah gempa bumi dengan kekuatan 7,5 pada Skalat Richter mengguncang pada 26 Februari.

Gempa itu menewaskan sedikitnya 100 orang dan melukai lebih banyak orang akibat tanah longsor dan rumah yang ambruk di seluruh empat provinsi terpencil di negara pulau di Pasifik tersebut.

Unicef sudah mengirim 12.000 paket makanan terapi dan cukup banyak vaksin untuk melindungi 31.700 anak dari resiko wabah penyakit dan gizi buruk, yang meningkat.

Papua Nugini sudah menghadapi kekurangan vaksin dan angka anak dengan gizi buruk kronis tertinggi keempat di dunia, kata badan PBB itu.

Unicef menyatakan lembaga dunia tersebut memerlukan 14,6 juta dolar AS untuk menyediakan bantuan kemanusiaan buat anak-anak dan keluarga yang terpengaruh oleh gempa bumi selama sembilan bulan ke depan.

Pulau itu, yang berada di lempeng seismik yang mudah bergolak, telah mengalami letupan kegiatan, dengan guncangan paling akhir mencapai 6,6 pada Skala Richter selama beberapa jam, kata laporan media. (*)

Pewarta : Penerjemah Chaidar
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024