Jayapura (Antaranews Papua) - Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Papua menurunkan tim pemantau distribusi dan pemakaian kelambu berinsektisida ke berbagai kabupaten/kota, guna mengecek realisasi program pencegahan penyakit malaria.

Kepala Unit Pelaksana Teknis AIDS, TB dan Malaria Dinkes Papua dr Beeri Wopari di Jayapura, Selasa, mengemukakan tim sudah dilepas oleh Kepala Dinas Kesehatan Papua pada Jumat (6/4), dan kini masing-masing tim sedang melakukan pemantauan di masing-masing kabupaten/kota.

"Satu orang mendatangi satu kabupaten, mereka tersebar di 27 kabupaten serta satu kota di Provinsi Papua. Tim melakukan pemantauan selama satu pekan yakni sejak Senin hingga Jumat (13/4)," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Dinkes Papua Aloysius Giyai mengemukakan tim yang ditugaskan harus bekerja dengan sungguh-sungguh.

"Saya harap tim yang melakukan pemantuan distribusi dan pemakaian kelambu antimalaria ini harus bekerja dengan sungguh-sungguh, dan hasilnya harus jelas," katanya.

Menurut Aloysius, Dinkes Papua akan memberi penghargaan pada rapat kesehatan daerah pada November 2018 khusus untuk pendistribusian dan pemakaian kelambu anti nyamuk terbaik atau yang dianggap sukses mengimplementasikan program pencegahan penyakit malaria.

Hasil penilaian terkait penghargaan itu merujuk pada hasil kerja tim pemantau distribusi dan pemakaian kelambu anti malaria di masing-masing kabupaten/kota di Papua.

Mantan Direktur RSUD Abepura itu berharap formulir pendistribusian kelambu yang dibawa oleh tim pemantauan ke masing-masing kabupaten/kota, diisi dengan baik dan betul-betul sesuai dengan kondisi di lapangan, tidak boleh ditambah dan dikurangi.

"Siapa tau masih ada sebagian kelambu yang masih ada di gudang di Kantor Dinkes kabupaten, atau semua belum terdistribusi," ujarnya.

Tim hanya mengecek apakah benar-benar kelambu itu sudah terdistribusi atau belum, tetapi juga harus ada dokumentasinya, bagaimana sistem pendistribusiannya, apakah didistribusi saja tanpa sosialisasi tentang tata cara pemakaian kelambu atau bagaimana.

Pemakaiannya bagaimana, kemudian apakah kelambu itu benar-benar sampai ke puskesmas kemudian dilanjutkan ke kader untuk didistribusikan.

"Utamanya adalah masyarakat memakai kelambu tersebut atau tidak. Tidak hanya itu, ada manfaat yang didapat dari masyarakat ketika menggunakan kelambu tersebut," ujar Aloysius.

Selanjutnya, yang perlu ditelusuri dalam pemantauan yakni dampak yang timbul setelah menggunakan kelambu berinsektisida itu.

Status malarianya bagimana sebelum dan sesudah memakai kelambu berinsektisida.

Tim yang diturunkan juga diharapkan melakukan pemetaan, apakah ada tantangan yang terjadi dalam pendistribusian dan pemanfaatan kelambu tersebut.

"Itu yang penting sehingga bisa menjadi catatan kita kedepan, kenapa terjadi demikian," ujarnya.

Para anggota tim yang diturunkan, kata dia, paling tidak harus mengetahui teori penyakit malaria, berapa jenis malaria karena bisa saja ditanya oleh masyarakat.

Jenis kelambu juga perlu diketahui, API malaria di kabupaten yang didatangi juga harus diketahui oleh masing-masing anggota tim.

"Setiap kali turun harus didokumentasikan jika bisa divideokan," ujar mantan Kepala Puskesmas Koya itu. (*)

Pewarta : Musa Abubar
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024