Jayapura (Antaranews Papua) -  Warga yang berdomisili di Distrik Towe, Kabupaten Keerom, belum mengetahui adanya kerja sama Dinas Kesehatan Provinsi Papua dengan empat maskapai penerbangan misionaris untuk memudahkan akses pelayanan rujukan dari daerah pedalaman Papua ke kota dan sebaliknya.

"Kami tidak tahu dana otonomi khusus kesehatan yang dipakai membiayai maskapai penerbangan untuk mengangkut pasien dari pedalaman ke kota untuk berobat," kata Moses Ani, Kepala Kampung Bias, Distrik Towe, di Jayapura, Rabu.

Padahal pada 26 Mei 2015 Dinas Kesehatan Provinsi Papua menggandeng empat maskapai penerbangan misionaris untuk memudahkan akses pelayanan rujukan dari daerah pedalaman Papua ke kota dan sebaliknya.

"Kerja sama dengan keempat maskapai penerbangan itu dilakukan, karena selama ini masyarakat Papua yang berada di balik gunung dan daerah kepulauan berjuang sendiri untuk mendapatkan akses pelayanan kesehatan," kata Kepala Dinkes Papua drg Aloysius Giyai.

Keempat maskapai penerbangan misionaris dimaksud yakni maskapai penerbangan AMA, MAF, maskapai penerbangan Advent Kajazi, dan Heli Mission.

Namun menurut Moses, hingga kini Dinas Kesehatan Kabupaten Keerom tidak pernah menyosialisasikan kerja sama Dinas Kesehatan Provinsi Papua dengan maskapai penerbangan untuk mengangkut pasien.

"Kami berulang kali tanya ke Dinas Kesehatan apakah ada dana otonomi khusus yang membiayai pelayanan kesehatan, tapi tidak ada penjelasan yang baik," katanya lagi.

Menurutnya, masyarakat yang sakit tidak bisa diantar ke kota untuk mendapatkan pengobatan lebih lanjut di kota, karena tidak memiliki biaya yang cukup untuk menyewa pesawat.

"Masyarakat yang sakit itu tinggal di rumah sambil berobat dengan menggunakan obat tradisional seadanya, tapi banyak masyarakat yang tidak bisa tertolong akhirnya meninggal dalam rumahnya," ujarnya pula.

Distrik Towe merupakan pemekaran dari Distrik Web, Kabupaten Keerom pada 2008. Akses transportasi untuk menjangkau pusat distrik ini sangat sulit.

Perjalanan ke Towe hanya bisa ditempuh dengan menggunakan pesawat berbadan kecil berkapasitas hanya lima orang, termasuk pilotnya. Lama perjalanan sekitar satu jam dari Bandara Sentani, Jayapura. (*)

Pewarta : Musa Abubar
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024