Timika (Antaranews Papua) - Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Mimika, Provinsi Papua, mengapresiasi langkah cepat Tim Detasemen Khusus 88 Anti Teror Mabes Polri yang telah menangkap Cecep dan Putra, warga Limau Asri-SP5 Timika, terduga teroris yang tergabung dalam Jamaah Ansharut Daulah (JAD).
Ketua MUI Mimika Ustaz Amin AR di Timika, Sabtu, mengatakan sejak awal lembaga MUI menyatakan menolak tegas dan mengharamkan segala bentuk tindakan teror sebagaimana tertuang dalam Fatwa MUI Nomor 3 Tahun 2004.
"Terorisme itu seperti virus atau benalu. Mereka merekrut anak-anak muda untuk menjadi anggota jaringannya. Karena itu, pendekatan harus lebih diutamakan kepada anak-anak muda kita agar terhindar dari pengaruh paham radikal dan terorisme," kata Amin.
MUI Mimika mengaku kecolongan lantaran ada warga Timika yang tertangkap terkait jaringan terorisme.
Informasi penangkapan dua warga Limau Asri-SP5 karena tersangkut jaringan terorisme pada Sabtu (5/5) itu, kata Ustaz Amin, ibarat terkena sambaran petir di siang bolong bagi umat Islam Mimika yang selama ini hidup berdampingan secara damai dengan kelompok umat beragama lainnya.
"Tentu kami merasa sangat kecolongan. Ini pukulan telak bagi kami umat Islam di Mimika," ujar Amin.
Menurut dia, konsepsi jihad seringkali dipahami salah oleh sebagian umat untuk dijadikan alasan pembenar dalam melakukan teror terhadap kemanusiaan.
MUI Mimika mengimbau seluruh ulama dan pemuka agama Islam di wilayah itu agar ikut berperan meminimalkan penyusupan paham radikalisme di kalangan umat yang kemudian dapat berkembang menjadi paham terorisme.
"Yang paling sederhana yang bisa dilakukan yaitu selalu berdakwah soal Islam sebagai rahmatan lil alamin. Apalagi kita berada di komunitas masyarakat yang sangat heterogen, sehingga harus terus disuarakan bagaimana hidup saling berdampingan secara damai dan toleran dengan sesama, walaupun berbeda agama dan keyakinan," tutur Ustaz Amin.
Tersangka kasus teroris di SP5 Timika, Cecep bersama adiknya bernama Putra ditangkap aparat Densus 88 Mabes Polri pada Sabtu (5/5).
Sebelum ditangkap aparat, yang bersangkutan diketahui sempat mengajak seorang warga SP5 Timika untuk ikut membantunya merakit bom atau bahan peledak.
"Sempat ada warga yang diajak oleh yang bersangkutan untuk merakit bom, tapi warga tersebut tidak berani," kata Junaidi, seorang mubalig muda di kawasan SP5 Timika.
Cecep dilaporkan sempat menghilang selama beberapa bulan ke Jawa. Setelah kembali ke Timika, penampilan Cecep berubah drastis lantaran tidak lagi bersosialisasi dengan warga lainnya dan sehari-hari selalu memakai pakaian syar`i. (*)
Ketua MUI Mimika Ustaz Amin AR di Timika, Sabtu, mengatakan sejak awal lembaga MUI menyatakan menolak tegas dan mengharamkan segala bentuk tindakan teror sebagaimana tertuang dalam Fatwa MUI Nomor 3 Tahun 2004.
"Terorisme itu seperti virus atau benalu. Mereka merekrut anak-anak muda untuk menjadi anggota jaringannya. Karena itu, pendekatan harus lebih diutamakan kepada anak-anak muda kita agar terhindar dari pengaruh paham radikal dan terorisme," kata Amin.
MUI Mimika mengaku kecolongan lantaran ada warga Timika yang tertangkap terkait jaringan terorisme.
Informasi penangkapan dua warga Limau Asri-SP5 karena tersangkut jaringan terorisme pada Sabtu (5/5) itu, kata Ustaz Amin, ibarat terkena sambaran petir di siang bolong bagi umat Islam Mimika yang selama ini hidup berdampingan secara damai dengan kelompok umat beragama lainnya.
"Tentu kami merasa sangat kecolongan. Ini pukulan telak bagi kami umat Islam di Mimika," ujar Amin.
Menurut dia, konsepsi jihad seringkali dipahami salah oleh sebagian umat untuk dijadikan alasan pembenar dalam melakukan teror terhadap kemanusiaan.
MUI Mimika mengimbau seluruh ulama dan pemuka agama Islam di wilayah itu agar ikut berperan meminimalkan penyusupan paham radikalisme di kalangan umat yang kemudian dapat berkembang menjadi paham terorisme.
"Yang paling sederhana yang bisa dilakukan yaitu selalu berdakwah soal Islam sebagai rahmatan lil alamin. Apalagi kita berada di komunitas masyarakat yang sangat heterogen, sehingga harus terus disuarakan bagaimana hidup saling berdampingan secara damai dan toleran dengan sesama, walaupun berbeda agama dan keyakinan," tutur Ustaz Amin.
Tersangka kasus teroris di SP5 Timika, Cecep bersama adiknya bernama Putra ditangkap aparat Densus 88 Mabes Polri pada Sabtu (5/5).
Sebelum ditangkap aparat, yang bersangkutan diketahui sempat mengajak seorang warga SP5 Timika untuk ikut membantunya merakit bom atau bahan peledak.
"Sempat ada warga yang diajak oleh yang bersangkutan untuk merakit bom, tapi warga tersebut tidak berani," kata Junaidi, seorang mubalig muda di kawasan SP5 Timika.
Cecep dilaporkan sempat menghilang selama beberapa bulan ke Jawa. Setelah kembali ke Timika, penampilan Cecep berubah drastis lantaran tidak lagi bersosialisasi dengan warga lainnya dan sehari-hari selalu memakai pakaian syar`i. (*)